Terpaksa Menikah Demi Kembaranku

"Dasar Brengsek! Kenapa kalian bisa gagal? Membawa satu wanita saja kalian tidak becus!! sekarang, enyalah dari hadapanku!!" bentak seorang wanita yang sudah tidak muda lagi, menatap tajam kedua bandit itu.

"Sialan kenapa rencanaku harus gagal total begini? Aku tidak akan biarkan wanita itu lolos begitu saja, dan akan ku pastikan pria arogan itu menyesal telah mengabaikan putriku!" gumam wanita tersebut sembari menatap tajam ke arah foto yang dia pegang.

PRANK!!!

PRANK!!!

"Tunggu pembalasanku pria brengsek!" teriak wanita itu.

Kini ruangan pribadinya tampak seperti kapal pecah, semua barang barang di ruangan itu sudah hancur lebur tidak ada yang tersisa. Seketika wanita itu teringat dengan seseorang yang sudah bekerja sama untuk melancarkan misinya, buru-buru dia mengambil benda pipih yang berada di atas nakas. Sambungan telpon pun terhubung, namun belum ada sahutan dari orang yang dia hubungi, membuat wanita itu semakin murka. Beberapa menit kemudian, terdengar bunyi suara dari ponselnya, tertera sebuah nama yang dia hubungi tadi, tanpa berpikir panjang dia segera mengangkatnya.

"Kemana saja kau! Kenapa aku telpon, tidak kau angkat, Hah?" bentak wanita tersebut pada wanita di ujung telpon sana.

"Diam kau! Lebih baik kau dengarkan dulu penjelasanku," ucap wanita itu yang tak lain adalah Eva.

"Sekarang jelaskan padaku, kenapa kedua bandit suruhanku tidak berhasil membawa wanita itu! Dan siapa yang sudah berani menggagalkan rencana ku ini ? Cepat katakan!!"

"Semua itu ulah dari seorang pria yang akan jadi menantu Keluarga Harison! Namanya Marcell, dan aku juga tidak tau kenapa dia mau menolong wanita itu," terang Eva pada wanita yang sedang berbincang dengan nya, yakni Adelia sahabat Eva.

"Baiklah, kalau begitu buatlah wanita itu terlihat jelek di mata Alex, sampai akhirnya Alex menceraikan wanita itu, dan setelah itu, putri ku bisa memperjuangkan lagi cintanya pada keponakanmu yang arogan itu!!" sahut Adelia antusias.

"Kau tenang saja, tidak perlu mengajariku seperti itu, dan aku juga tau apa yang harus ku lakukan. Selain membantumu, aku juga punya kepentingan sendiri, dan tanpa ku jelaskan pun kau sudah mengerti bukan, kalau aku tidak ingin melihat wanita itu berada di mansion Keluarga Harison!"

"Aku sangat membencinya, terlebih Daddy ku sendiri begitu menyayangi wanita itu, dibanding aku putri kandungnya sendiri," imbuhnya dengan perasaan kesal.

"Ingat kali ini kita tidak boleh gagal! Aku tidak ingin melihat putriku yang terus menderita karena seorang pria yang mengabaikannya. Kau tau bukan bagaimana rasanya cinta bertepuk sebelah tangan?"

"Ya, tentu aku mengerti akan perasaan putrimu, secepatnya aku akan membuat Alex membenci wanita itu!" kata Eva sambil menyeringai.

Tak lama kemudian sambungan telpon pun terputus, Eva segera memasukkan ponselnya ke dalam tas nya, dan segera menyuruh pelayan untuk membersihkan pecahan gelas yang dia genggam tadi.

Pesta perayaan pun telah usai, semua keluarga Harison pergi meninggalkan Hotel, sedangkan Alex memilih untuk pulang ke mansion nya sendiri, bersama Denada dan Eva. Opa Harison mengiyakan keinginan Alex dengan dalih ingin mengenal lebih jauh sosok Denada yang kini sudah jadi istrinya.

🌷🌷🌷

Mansion Alexander Harison Galaxi

Mobil mewah Alex sudah tiba di lobby Mansion, di depan pintu utama sudah ada Pak Heru dan para pelayan menyambut kedatangan Alex. Pak Heru segera membukakan pintu mobil untuk Tuan nya.

"Selamat malam, Tuan, Nona, Nyonya Eva..." sapa Pak Heru ramah seraya memberi hormat pada Tuan nya, dan di balas anggukan saja oleh Alex sembari tangan kekarnya tetap menggenggam tangan Denada, berjalan masuk ke dalam mansion menuju kamarnya, sedangkan Eva semakin geram melihat Alex bersikap manis pada Denada.

Saat Alex ingin membawa Denada masuk ke kamarnya, sontak Denada meronta berusaha melepaskan genggaman tangannya dari tangan besar Alex, membuat Alex kaget dan menatap datar ke arah Denada.

"Lepaskan!" bentak Denada dengan sorot tajam menatap Alex, yang kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Ada apa?" tanya Alex menatap datar Denada.

"Aku bilang lepaskan, ya lepaskan! Aku ingin tidur di kamarku!!" teriak Denada yang terus memberontak berusaha lepas dari genggaman tangan Alex, namun Alex tetap menggenggam erat tangan mungil Denada.

"Kenapa? Apa kau tidak ingin tidur satu kamar dengan ku?" tanya Alex menatap lekat Denada.

"Kalau kau sudah tau jawaban nya, mengapa kau masih bertanya lagi?" sahut Denada ketus sambil memutar malas kedua bola matanya.

"Kau masih ingat bukan, kalau kita sudah menikah, jadi sudah sepantasnya kau tidur di kamarku!" kata Alex tegas.

"Menikah atas dasar paksaan itu maksudmu? Kau tau, aku begitu menderita dengan pernikahan ini, jadi lebih baik kita akhiri saja hubungan kita, daripada akan menyakiti satu sama lain, ceraikan aku secepatnya!"

DEG!!!

"Tidak! Sampai kapan pun aku tidak akan menceraikan mu!" tolak Alex menatap tajam ke arah Denada.

"Sekarang masuklah ke kamarku, aku tidak ingin Tante Eva tau kalau kita pisah kamar lagi," titah Alex sembari menarik paksa jemari tangan Denada.

BRAK!!!

Pintu kamar terbuka dengan lebar, lalu Alex menjatuhkan tubuh Denada di atas sofa, terlihat jelas aura dingin yang memancarkan sebuah amarah di raut wajahnya, membuat Denada takut dengan tatapan Alex padanya.

"Denada... Apa kau tidak bisa, sekali saja menurut padaku, Hem?" tanya Alex dengan dada yang bergemuruh menahan sebuah amarah di benaknya.

"Semakin kesini kau semakin melunjak, Kenapa kau selalu menguji kesabaran ku?" imbuhnya yang masih menatap wajah Denada.

"Sudahlah, aku tidak ingin berdebat lagi denganmu, dan tolong biarkan malam ini aku tidur nyenyak, jangan ganggu aku lagi," Denada langsung beranjak menuju ke kamar mandi, dan segera membersihkan tubuhnya.

"Aaaargghh... Kenapa dia tidak pernah menurut padaku?" Alex meraup kasar wajah tampannya, dia begitu dilema dengan sikap Denada padanya.

Bersamaan dengan itu, terdengar bunyi suara dari ponsel Alex, lalu dia mengambil benda pipih tersebut dari kemeja nya yang dia simpan di balik tuxedonya. Tertera nama Opa Harison yang ada di layar ponselnya, tanpa berpikir panjang Alex segera mengangkat nya.

"Alex, Bagaimana keadaan Denada?" tanya Opa Harison yang berada di seberang telpon.

"Denada baik Opa, Opa tidak perlu khawatir," sahut Alex pelan.

"Oh iya, jangan lupa segera cari tau dalang di balik penculikan Denada."

"Carlos sudah ku suruh untuk menyelidikinya Opa."

"Ya sudah sekarang istirahatlah, ingat jangan berbuat kasar lagi pada Dena, atau Opa akan mencoret dirimu dari daftar ahli waris Keluarga Harison!" kecam Opa Harison di seberang telepon.

"Opa mengancamku? Asal Opa tau, Dena sendiri yang selalu membuat Alex emosi, bahkan dia berani melawanku," terang Alex mengungkapkan semua isi hatinya.

"Opa tidak mengancam mu, hanya saja Opa tidak ingin kau menindas Denada, terlebih kau membawanya tinggal di mansion mu."

"Opa ini sudah tua Alex, jadi segeralah berikan Opa cicit yang lucu lucu, Opa ingin melihat kau hidup bahagia bersama anak dan istrimu, supaya tidak kerjaan saja yang kau pikirkan, dan tentunya kau akan lebih betah di rumah karena ada seorang istri dan anak yang menunggumu, masalah pekerjaan serahkan pada Carlos, dia yang akan membantumu sekaligus menghandle semua pekerjaan mu pada saat kau tidak ada," pinta Opa Harison dengan suara yang sedikit tercekat.

"Kau harus bisa mengambil hati Denada agar dia bisa membuka hatinya untukmu."

"Ya sudah Opa, hari sudah malam, Opa beristirahatlah."

Sambungan telpon pun terputus, Alex segera membuka pakaiannya yang sudah membuat nya gerah, dan mengambil kimono di walk in closet.

Ceklek...

Denada keluar dari kamar mandi setelah lamanya dia berendam di bathtub, melepaskan semua rasa penat yang ada di pikirannya, aroma tubuhnya masih wangi dan segar, bahkan Alex bisa merasakan sensasi dari aroma tubuh Denada. Denada melirik ke arah Alex yang sedang berada di walk in closet, buru-buru dia berjalan ke arah ranjang mengambil sebuah bantal yang akan dia gunakan untuk tidurnya. Denada lebih memilih untuk tidur di atas sofa daripada satu ranjang dengan Alex, terlebih Denada tidak ingin mengecewakan Marcell pria yang begitu dia cintai. Denada membaringkan tubuhnya di atas sofa sambil menonton TV, dan sampai akhirnya dia tertidur pulas dengan TV yang masih menyala.

Sedangkan Alex masih berada di kamar mandi, dia masih nyaman berada di bathtub, dirasa sudah puas Alex segera keluar dari kamar mandi memakai kimono nya. Alex berjalan mendekat ke arah Denada, di lihat nya Denada sudah tertidur, lalu Alex berinisiatif mengoleskan salep pada wajah Denada dengan hati-hati supaya tidak menggangu tidurnya. Alex menatap lekat wajah cantik Denada, ada rasa penasaran yang menyelimuti dirinya akan sosok wanita yang ada di hadapan nya.

"Kalau memang benar Deswita masih hidup, kenapa dia tidak mau menemuiku setelah dia sadar ? Kenapa dia lebih memilih pergi ke Korea bersama pria lain? Atau sebenarnya dia tidak ingin menikah denganku, tapi kenapa dia selalu bersikap manis di hadapanku?" gumam Alex penasaran yang masih menatap wajah Denada.

Alex segera mematikan TV dan menyelimuti tubuh mungil Denada, lalu dia duduk di kursi malasnya, sembari menenggak wine untuk melepaskan semua kekalutan yang ada di benaknya, Alex terus menatap denada dari kejauhan hingga dia tertidur.

.

.

.

🌷Bersambung🌷