mampir mampir mampir
“Mari kita berpisah,”
“Mas rasa pernikahan kita sudah tidak bisa di pertahankan, mungkin ini memang salah mas karena terlalu berekspektasi tinggi dalam pernikahan ini.” Lirih Aaron sambil menyerahkan sesuatu dari sakunya.
Zevanya melakukan kesalahan yang amat fatal, yang mana membuat sang suami memilih untuk melepasnya.
Namun, siapa sangka. Setelah sang suami memutuskan untuk berpisah, Zevanya di nyatakan hamil. Namun, terlambat. Suaminya sudah pergi dan tak lagi kembali.
Bagaimana kisahnya? jadikah mereka bercerai? atau justru kembali rujuk?
Baca yuk baca!!
Ingat! cerita hanya karangan author, fiktif. Cerita yang di buat, bukan kenyataan!!
Bijaklah dalam membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rayuan Aaron yang gagal
Malam harinya, Marsha sudah tidur di kasur barunya. Tentunya, Zeva harus menemani putrinya itu sampai tertidur.
Cklek!
Aaron membuka pintu dengan perlahan, dia melangkah masuk menghampiri ranjang sang putri.
"Sudah tidur?" Bisik Aaron.
Zeva mengangguk dengan tangannya yang masih menepuk paha putrinya yang tertutup selimut.
Perlahan, Zeva beranjak dari ranjang putrinya. Lalu, dia berjalan menghampiri Aaron yang berdiri di dekat pintu.
Melihat istrinya yang berjalan mendekatinya, Aaron segera menarik Zeva pergi. Istrinya terlihat kebingungan, walau begitu mereka tetap sampai di kamar.
Cklek!
Tak!
"Loh, kenapa di kunci mas? nanti kalau Marsha kebangun, dia gak bisa masuk kamar ini." Protes Zeva.
Aaron malah menatap Zeva dengan tatapan lekat, kakinya melangkah pelan menuju istrinya.
Zeva merasa aneh dengan sikap suaminya, karena takut. Dia pun memundurkan langkah hingga menabrak ranjang dan terjatuh.
BUGH!!
Bukannya membantu Zeva berdiri, Aaron malah menindih tubuh istrinya.
"Mas! berat! geser dong! kan sebelah masih luas!!" Pekik Zeva yang tak tahan dengan berat bobot Aaron.
Aaron pun akhirnya menyanggah tubuhnya dengan meletakkan kedua tangannya di sisi kepala sang istri. Satu lututnya menekuk di atas kasur.
"Ma-mas, kamu kenapa sih? aku takut." CIcit Zeva setelah menyadari tatapan berbeda dari suaminya.
Aaron mengangkat tangannya, dia menyingkirkan anakan rambut yang menghalangi kecantikan istrinya.
"Orang bilang, syarat rujuk harus kembali melakukan hubungan suami istri. Berarti, kita. ...,"
"Kita apa? nikah lagi?" Tanya Zeva dengan tatapan polosnya.
Raut wajah Aaron berubah menjadi datar, dia kesal dengan pertanyaan Zeva.
Mereka bukan pengantin baru, tapi kenapa istrinya awam tentang kode yang Aaron berikan.
"Aku ngantuk mas, geser lah!" Pinta Zeva mendorong sang suami.
Namun, Aaron tetap kekeuh. Dia menatap kesal Zeva yang tak mengerti kodenya.
"Kamu niat rujuk denganku gak sih?!" Kesal Aaron.
"Ya niatlah! kalau gak niat, kenapa aku disini?! udah awas!!" Ujar Zeva yang ikut-ikutan kesal.
Aaron beranjak dari atas tubuhnya istrinya, dia berkacak pinggang dan mengusap wajahnya kasar.
"Biar aku jelasin, kita kan rujuk nih."
"Iya, terus?" Sahut Zeva yang sudah memposisikan bantalnya bersiap tidur.
"Kata orang, syarat rujuk itu harus kembali melakukan hubungan suami istri. Biar sah rujuknya." Terang Aaron.
"Oh." Sambut Zeva dengan singkat, sepertinya dia belum sadar dengan penjelasan suaminya karena dirinya masih sibuk membenarkan bantalnya.
Raut wajah Aaron menjadi pias, ingin sekali dia membenturkan kening istrinya pada keningnya agar isi otaknya bisa sama-sama tersalurkan.
"Zeva! kamu enggak ngerti maksudku?" Tanya Aaron berusaha sabar.
"Ngerti, kamu mau minta jatah kan?" Tanya Zeva dengan santai, tangannya menarik selimut dan menyelimuti tubuhnya.
Raut wajah Aaron berubah menjadi berseri-seri, dia tersenyum lebar dan langsung merangkak mendekati Zeva.
"Iya! tuh! kamu ngerti! ayo!" Ajak Aaron.
Zeva yang tadinya akan memejamkan matanya seketika mengerutkan keningnya, dia berbalik hingga berhadapan dengan suaminya.
"Ayo ngapain?" Tanya Zeva.
"Kamu jangan pura-pura gak tau gitu deh," ujar Aaron yang sudah kepalang kesal.
"Kan aku lagi datang bukan, masih mau kinta jatah?"
"APA?! DATANG BULAN!!" Teriak Aaron.
Zeva pun turut kebingungan dengan ekspresi kaget suaminya, salahkah dia mengatakan seperti itu?
"Loh, biasanya juga aku datang bulan setiap tanggal 15. Kenapa kamu kaget begitu?"
Aaron menggaruk kasar pipinya, dia menepuk p4hanya dengan tatapan sendu.
"Kamu tau gak, mas udah puasa lama. Tapi, kamu malah datang bulan. Emang gak bisa di tunda dulu gitu?"
Zeva melongo, bagaimana bisa suaminya meminta haknya di kala dirinya tengah datang bulan? di suruh tunda lagi.
"Mas Aaron minta jatahnya, apa gak canggung gitu? secara kita kan baru aja rujuk." Batin Zeva.
***
"PAGI SEMUA!! HARI YANG CERAH, SECERAH SUASANA HATIKUU!!"
Raihan berseru keras sembari memasuki ruang makan, dia langsung menarik kursi di sebelah sang abang.
"Eh si mantan jomblo karatan, mukanya datar amat kayak jalan tol. Ngapa bang? kayak gak di kasih jatah aja." Celetuk Raihan sembari mengambil piring.
"UHUK! UHUK!"
Zeva terbatuk, dia segera mengambil airnya lalu meminumnya.
Melihat sepasang suami istri dengan tingkah aneh itu Raihan pun mengedipkan matanya ke arah sang abang.
"Kurang jos rayuanmu bang, nanti ku ajarkan. Tenang aja." Bisik Raihan.
"Ngerti apa kamu soal rumah tangga huh? pikiranmu kotor banget!" Kesal Aaron.
"Dih, jatah makan! otak lu kemana emangnya?! liat noh! piring lo cuman diisi nasi sama tempe, kurang kan jatahnya!"
Zeva menunduk, sepertinya dia sama sang suami sama-sama memikirkan hal lain. Padahal, Raihan tak bermaksud seperti itu. DIrinya pikir, karena Aaron mendapati jatah makan yang sedikit.
"Udah ah, mending gue makan biar ada tenaga buat ketemu ayang." Senang Raihan.
"Kamu mau ke bandung?" Tanya Zeva.
Raihan mengangguk cepat, "Iya, kangen gue sama neng yayang." Jawab Raihan.
Marsha tak meperdulikan mereka, dia hanya fokus pada makanannya. Zeva telah menyiapkan steak daging dengan keju leleh. Marsha sangat menyukai keju, untuk itu Zeva membuat Steak keju leleh untuknya.
"Bunda." Panggil Marsha.
"Apa sayang?" Sahut Zeva menoleh pada putrinya.
"Malcha mau jajan." Linta Marsha.
Mendengar keponakannya minta jajan, Raihan pun terkekeh.
"Etdah bocah! he! lu tuh lagi amnesia! masa sama jajan inget, sama bonyok lu kagak!" Seru Raihan.
"HIII!! CILIK AJA CIH! KECAL KALI LACANA!!" Pekik Marsha dengan kesal.
"Rai!!" Tegur Aaron.
"Ah elah, bercanda doang juga. Baperan amat." Dengus Raihan.
"Dacal kelbau!" Sindir Marsha.
"HE! CANGCOR4NG! LO TUH ANAK SET ...,"
"RAIHANNNN." Sentak Aaron dengan penuh penekanan.
Raihan langsung menutup mulutnya, dia kembali meraih sendoknya dan fokus lada makanannya.
"Gitu doang bapel," ujar Marsha.
"Kau ...,"
"EKHEM!!"
Raihan kembali menutup mulutnya rapat-rapat, di otaknya sudah banyak rencana untuk membuat Marsha kesal. Tapi, pastinya setelah tidak ada pawangnya.
Selepas sarapan, Aaron pun langsung bersiap pergi ke kantor. Zeva membantu mengantar Aaron menuju mobil sembari menggandeng lengan suaminya.
"Kamu datang bulan sampai kapan?" Tanya Aaron.
"Astaga mas, baru juga kemarin. Biasanya kan aku datang bulan sepuluh hari," ujar Zeva dnegan tidak habis pikir.
"APA?! Se-sepuluh hari?" Pekik Aaron.
Zeva menahan tawanya, melihat raut wajah Aaron yang tertekan itu membuatnya puas.
"Nanti sore kita ke dokter yah." Ajak Aaron.
Kening Zeva mengerut. "Buat apa?" Tanya Zeva dengan bingung.
"Buat minta obat penghenti datang bulan sama dokter, kalau nunggu sepuluh hari. Kelamaan," ujar Aaron.
"Kamu ada-ada aja sih mas!" Kesal Zeva.
"Udah sana berangkat!" Usir Zeva.
Aaron mengerucutkan bibirnya sebal, tak menunda lagi. Dia akhirnya memasuki mobilnya dan berangkat menuju kantor.
Zeva menatap kepergian mobil suaminya dengan senyuman yang tertahan.
"Haahh, semoga tetap seperti ini. Keluarga kecilku, akan selalu bahagia." Batin Zeva dengan penuh harap.
Saat Zeva akan berbalik, ujung matanya tak sengaja menatap sorot lampu mobol. Akhirnya Zeva mengurungkan niatnya, dan memutuskan untuk melihat mobil itu.
"Bukan mobil Mas Aaron, siapa yah?" Gumam Zeva.
Mobil Alph4rd terhenti tepat di depan Zeva, seorang bodyguard keluar dan membukakan pintu mobil.
Melihat siapa yang ada di mobil itu, seketika Zeva membulatkan matanya.
"Nyonya LAras." Lirih Zeva.
****