Akibat memiliki masalah ekonomi, Gusti memutuskan bekerja sebagai gigolo. Mengingat kelebihan yang dimilikinya adalah berparas rupawan. Gusti yang tadinya pemuda kampung yang kolot, berubah menjadi cowok kota super keren.
Selama menjadi gigolo, Gusti mengenal banyak wanita silih berganti. Dia bahkan membuat beberapa wanita jatuh cinta padanya. Hingga semakin lama, Gusti jatuh ke dalam sisi gelap kehidupan ibukota. Ketakutan mulai muncul ketika teman masa kecil dari kampungnya datang.
"Hiruk pikuknya ibu kota, memang lebih kejam dibanding ibu tiri! Aku tak punya pilihan selain mengambil jalan ini." Gusti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2 - Mbak-Mbak Seksi
"Makasih, Tante!" ujar Aman yang segera masuk ke kamar. "Aku duluan ya, Gus. Nanti setelah rehat kita nongki lagi," ujarnya yang sekarang bicara pada Gusti.
Kini Hesti menatap Gusti. Dia tersenyum dan berkata, "Nah kalau kamar buat Mas cakep ini di sana!"
Hesti berjalan menghampiri kamar yang akan di tempati Gusti. Lalu membukakan pintu untuk cowok tersebut.
"Namanya siapa ya, Mas? Kalau Mas Aman kan aku sudah kenal. Tapi Masnya kan belum," cetus Hesti.
"Saya Gusti," jawab Gusti dengan senyuman canggung.
"Ya sudah. Kalau ada apa-apa kasih tahu aku. Rumahku ada di sebelah kost-kostan ini. Yang pakai cat biru," ungkap Hesti. "Oh iya. Kalau mau nomor telepon, tinggal minta sama Aman," tambahnya.
Gusti hanya mengiyakan. Dia berharap Hesti cepat-cepat pergi sehingga dirinya bisa beristirahat. Akan tetapi wanita paruh baya itu masih diam di ambang pintu.
"Apa ada yang mau dikatakan lagi?" tanya Gusti. Terpaksa bertanya karena Hesti tak kunjung beranjak.
"Nggak apa-apa. Masnya ganteng banget. Sudah lama nggak lihat yang segar-segar begini. Ya sudah, aku pergi dulu," ujar Hesti. Dia akhirnya beranjak.
Kini Gusti mendengus lega. Ia menutup pintu terlebih dahulu. Lalu menghempaskan diri ke ranjang. Meregangkan tubuhnya beberapa kali.
"Ahh... Capek banget," keluh Gusti. Atensinya terfokus pada tas yang berisi barang pemberian Mawar. Ia segera mengambil tas tersebut dan memeriksa isinya.
Mawar memberikan perlengkapan dapur. Terdapat juga tempe mendoan buatannya di dalam sana. Kebetulan tempe mendoan adalah makanan favorit Gusti.
Senyuman mengembang di wajah Gusti. Dia jadi rindu pada Mawar. Padahal dirinya baru berpisah beberapa jam dengan gadis itu.
Gusti memilih tidur sejenak. Dia akan membereskan kamarnya besok saja. Lelaki itu segera jatuh terlelap.
...***...
Bruk!
Terdengar suara pintu tiba-tiba terbuka. Gusti sontak terbangun dari tidurnya. Ia langsung merubah posisi menjadi duduk sambil melihat ke arah pintu. Di sana tampak seorang perempuan cantik dengan pakaian crop top dan rok mini.
"Wah! Ada cowok tampan di kamarku..." ucap perempuan yang sering disapa Ana itu. Dia melangkah sempoyongan dengan tatapan sayu. Sepertinya Ana sedang dalam kondisi mabuk.
"Kau siapa? Ini kamarku!" seru Gusti yang tentu saja kebingungan. Dia menyesal karena lupa mengunci pintu tadi.
"Aku tidak peduli ini kamar siapa," kata Ana sembari menghampiri Gusti. Tanpa diduga, dia melepaskan crop topnya begitu saja. Kini yang terlihat hanya bra dan rok mini.
"Apa yang kau lakukan!" Mata Gusti membulat. Dia buru-buru menjauhi Ana. Berlari keluar dari kamar.
Gusti mendatangi kamar Aman. Mengetuk dan memanggil temannya itu beberapa kali. Sebagai pemuda kampung, jelas berhadapan dengan perempuan seperti Ana bukanlah hal biasa. Pemuda kampung seperti Gusti terbiasa hidup menjunjung tinggi norma.
Setelah lama mengetuk, akhirnya Aman membuka pintu. Lelaki itu tampak malas karena baru terbangun dari tidur.
"Apaan sih, Gus. Baru malam pertama udah heboh aja," tukas Aman.
"Di kamarku ada cewek, Man!" ungkap Gusti yang sesekali melihat ke arah kamarnya. Namun perempuan yang dia maksud tak terlihat sama sekali.
Mendengar Gusti menyebut perempuan, kelopak mata Aman langsung terbuka lebar. "Apa? Cewek?!" tanyanya tak percaya.
"Iya! Dia tadi tiba-tiba masuk ke kamarku," jelas Gusti.
"Rambut panjang dan pakai baju putih nggak?" tebak Aman. Takut kalau perempuan yang mendatangi Gusti bukanlah manusia.
"Kau pikir kuntilanak apa? Jelas dia manusia. Itu lebih menakutkan, Man!" sahut Gusti.
Aman yang meragu, segera mendatangi kamar Gusti. Pupil matanya membesar tatkala benar-benar melihat seorang perempuan di kamar temannya tersebut.
"Edan kau, Gus! Baru beberapa jam di sini sudah dapat aja cewek cantik," imbuh Aman sambil menelan ludah sendiri. Dia melihat Ana telentang dalam keadaan hanya mengenakan bra dan rok mini. Lelaki mana yang tidak panas dingin melihatnya.