Semua orang pasti memiliki pernikahan impiannya, begitu pula dengan Kaila Sasmita.
Seorang gadis cantik yang harus merelakan pernikahan impiannya yang sudah di depan mata hancur lebur berganti dengan rasa sakit yang teramat dalam. Pria yang di cintainya selama beberapa tahun belakangan ini nyatanya dengan tega bermain di belakangnya, dan lebih sialnya wanita itu tak lain adalah saudaranya sendiri. Di tengah rasa sakit hatinya, Kaila bertemu dengan seorang Brian Davis yang tiba-tiba saja menawarkan sebuah hubungan karena juga mengalami hal yang serupa.
Ingin hubungan yang normal seperti lainnya, namun apakah semua itu bisa sedangkan hubungan mereka saja berawal dari sebuah sandiwara.
*****
Bisakah hubungan Kaila dan Brian bertahan untuk selamanya? akankah kisah mereka berakhir dengan hubungan yang sebenarnya? Ikuti kisah pernikahan penuh drama dari Kaila dan Brian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTMC 26
Tepat pukul setengah tiga sore, Kaila yang sedang berada di La cafe & resto di jemput oleh Natalia. Sore ini rencananya mereka akan pergi ke butik untuk fitting pakaian yang akan di kenakan saat pemberkatan dan resepsi pernikahan Nathan.
"Loh kok kamu sendiri? Tante Wanda mana?" tanya Kaila kala melihat kehadiran Natalia yang seorang diri.
"Mama berangkat sama papa juga kakek dan nenek kak." jawab Natalia. "Jadi, apa bisa kita pergi sekarang?" tanya gadis itu.
"Tentu saja." jawab Kaila. "Semuanya, mbak titip cafe ya ... " kata Kaila pada semua karyawannya yang ada di sekitar dirinya berdiri. "Gak usah tutup malam-malam, tutup aja sekitar jam tujuh." sambungnya.
Karena sekarang memang jam tutup La cafe & resto lebih malam dari awal buka. Jika dulu jam tujuh sudah tutup, kini jadi jam sepuluh baru tutup. Tapi untuk honor karyawan tentu saja juga bertambah karena bertambahnya jam kerja.
"Baik mbak." sahut mereka semua.
Setelah menempuh perjalanan sekitar hampir satu jam, akhirnya mereka sampai juga di salah satu butik ternama di sana.
"Selamat sore tan, om, kakek, nenek." sapa Kaila ketika baru saja masuk ke dalam dan melihat orang-orang tersebut duduk di sofa-sofa yang memang di sediakan untuk tamu. "Apa kabar?" tanya Kaila.
"Kami baik sayang, kamu sendiri bagaimana? Kok terlihat agak kurusan." sahut nenek Rosa dengan mata yang masih mengamati tubuh Kaila.
"Ah enggak kok nek ,masih sama." jawab Kaila.
Ingin melanjutkan perbincangan namun tante Wanda meminta mereka untuk masuk ke ruangan sang pemilik butik. Karena tadi mereka memutuskan untuk duduk di luar guna menunggu kedatangan Kaila dan Natalia.
Satu persatu mulai mencoba pakaian ,hingga tibalah Kaila yang mencobanya. Pakaian pertama sih oke, tak ada masalah namun saat mencoba pakaian kedua, barulah ada sedikit komplain.
"Ih kak Kaila cantik banget pakai itu." puji Natalia begitu keluar dari ruang ganti.
Cklek
"Maaf aku telat datangnya." ucap Brian saat baru masuk.
Kedua mata tajam Brian langsung bertemu tatap dengan kedua mata indah milik Kaila, bahkan seulas senyum pun menghiasi bibir keduanya pertanda perasaan rindu yang membuncah di hati keduanya. Rindu? terlalu lebay gak sih ... karena keduanya baru hari ini saja yak bertemu.
"Khem, kak Bri ... Kak Kaila cantikkan?" kata Natalia menggoda Brian yang tatapan matanya masih terpaku pada Kaila seolah tak ada orang lain di sana.
"Iya cantik." jawab Brian.
"Bri." panggil kakek Bili dengan suara sedikit keras untuk mengembalikan kesadaran cucu laki-lakinya dari keterpesonaannya pada sang kekasih.
"Eh iya kek." sahut Brian yang secara otomatis juga langsung mengalihkan pandangannya.
"Sini." panggil nenek Rosa sambil melambaikan tangannya meminta Brian untuk mendekat.
Wanita tua itu langsung memeluk tubuh sang cucu kala Brian sudah ada di dekatnya. Ini adalah kali pertama mereka bertemu setelah kejadian di vila yang membuat Brian harus pulang duluan dengan keadaan emosi yang di sebabkan sang papi.
Rasanya ingin menangis, tapi ini bukanlah momen yang pas dan nenek Rosa tak ingin merusak kebahagiaan ini.
Setelah usai melepas rindu, Brian duduk di samping sang nenek dan mulai kambali menelisik pakaian yang akan di kenakan Kaila di pernikahan Nathan.
"Coba berputar." pinta Brian pada kekasihnya itu. Kekasih sebenarnya ya bukan lagi kekasih pura-pura.
Brian mengembuskan nafasnya dengan kasar kala tubun Kaila dalam posisi membelakanginya.
"Ganti bajunya, aku gak mau kamu pakai baju itu nanti." kata Brian dengan nada memerintah.
"Loh kenapa Bri? itu bagus kok." kata tante Wanda yang cukup heran dengan keputusan Brian.
"Apa tante gak lihat kalau bagian punggungnya terbuka gitu?" kata Brian. "Aku gak mau ya Tan kalau Kaila sampai masuk angin karena pakai baju kurang bahan itu, dan lebih gak rela kalau apa yang seharusnya hanya bisa aku yang lihat jadi konsumsi publik." sambungnya yang membuat Natalia langsung mencibir kakak sepupunya itu.
"Ck, dasar posesif." kata Natalia.
Kaila cukup lega karena ada Brian yang mengatakan hal itu, jujur dirinya juga merasa gak nyaman pakai pakaian itu, karena terlalu terbuka menurutnya namun untuk menolak dirinya pun merasa tak enak pada tante Wanda.
Kaila pun kembali ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya. Dan pihak butik pun akan membuat pakaian yang sesuai dengan permintaan Brian untuk Kaila.
❤️
Seusai makan malam bersama, mereka berpisah untuk kembali ke kediaman masing-masing.
"Eh Bri." panggil Kaila pada Brian yang tengah fokus mengemudikan kendaraannya.
"Iya sayang." sahut Brian dengan mata yang melirik sebentar ke arah Kaila.
Satu tangan Brian dia lepas dari setir mobil untuk meraih salah satu tangan Kaila yang berada di atas pangkuan gadis itu.
Cup
Brian membawa tangan Kaila dan di arahkan ke bibirnya untuk dia cium. Hal ini membuat hati Kaila menjadi berbunga-bunga bahkan pipi gadis itu pun saat ini sudah berubah warna menjadi merah seperti tomat. Kaila memang pernah menjalin hubungan dengan Rafa bahkan hampir menikah, tapi perlakuan yang seperti ini sama sekali belum pernah dia dapatkan.
"Mau bicara apa sayang?" tanya Brian. Karena menurutnya tak mungkin Kaila memangilnya jika tak ingin membicarakan sesuatu.
"Em, tapi kamu jangan marah ya." kata Kaila yang jadi ragu sendiri.
"Tergantung dengan apa yang ingin kamu tanyakan sayang." sahut Brian dengan tangan yang tak lepas menggenggam tangan Kaila.
"Kok gitu sih, ya udah deh aku gak jadi ngomong." kata Kaila yang takut juga kalau membuat Brian jadi emosi nantinya.
"Yakin?" tanya Brian yang sebenarnya merasa penasaran dengan apa yang ingin di katakan kekasihnya. "Ya udah deh aku gak akan marah, sekarang kamu ngomong mau tanya apa." sambung Brian.
"Itu Bri, kok papi kamu sama anak dan istrinya tadi gak ada? apa mereka sudah fitting duluan?" tanya Kaila dengan hati-hati.
"Kenapa tadi gak tanya ke tante Wanda atau yang lainnya?" tanya Brian.
"Gak berani." cicit Kaila dengan lirih yang membuat Brian tersenyum.
"Cuma nanya doang gak berani?" imbuh Brian yang lebih ke seperti sebuah ejekan.
"He'em." kata Kaila di sertai dengan anggukan kepala.
Brian menghela nafasnya dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan dari Kaila guna menetralkan emosi yang langsung menyusup dalam dirinya kala mendengar pertanyaan tentang pria yang di sebutnya papi. Jujur dirinya belum bisa melupakan apa yang pipinya katakan saat di vila kemarin.
"Tante Wanda memang tak memberi mereka pakaian untuk keluarga, kamu tau sendiri hubungan istri papi dengan keluarga papi yang lainnya bagaimana. Dan mungkin hubungan mereka semakin bertambah buruk karena kejadian di vila kemarin." kata Brian yang mulai menjawab rasa penasaran Kaila. "Sudah gak usah di pikirin, itu semua urusan mereka." sambung Brian dengan ibu jari yang mengelus punggung tangan Kaila yang ada di dalam genggamannya.