Ciara Anstasya, wanita berusia 27. merantau demi kesembuhan emntalnya, dari luar jawa sampai akhirnya hanya sebatas luar kota.
di tempat kerja barunya ini, dia bertemu orang-orang baik dan juga seorang pria bernama Chandra. satu-satunya pria yang selalu mengikutinya dan menggodanya.
"Berbagilah, kamu tidak sendirian sekarang"
kalimat yang pernah dia katakan pada Cia, mampu membuat hati Cia berdebar. namun, tiba-tiba rasa insecure Cia muncul tiba-tiba.
mampukah Chandra meredam rasa insecure yang Cia alami? dan menjalin hubungan lebih jauh denganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ningxi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Zara bikin ulah
"KARAMEL?" Cia berteriak saat melihat Nina dan Karamel yang berada di halaman kos Cia. Dia segera turun saat melihat dua orang beda usia itu bermain di rerumputan di sana.
"ih lucunya, kak Cia kangen" Cia mencium kepala bagian atas Karamel dengan gemas. Sedangkan yang di cium tak merespon, dia tetap sibuk mencabuti rumput di depannya
"shift berapa kamu Ci?" tanya Nina, dia duduk di samping Karamel. Selang air tergeletak di dekat kaki Nina, antara habis menyiram tanaman atau malah baru akan melakukannya.
"shift pagi kak, karena seminggu kemarin udah dapat malam" Cia menjawab dengan tangan yang sibuk mencubit dengan lembut pipi chubby Karamel. Sedangkan Karamel sama sekali tidak terganggu, kini bocah kecil itu berpindah tempat ke arah bunga-bunga yang berada di pot kecil.
"lama banget kakak nggak lihat kamu Ci, padahal dekat ini tempat tinggalnya" Nina sering melihat Cia yang lewat untuk berangkat kerja. Tapi memang juga sering pergi ke rumah mertuanya hingga membuat mereka semakin sulit bertemu.
"akhir-akhir ini banyak masalah kak di tempat kerja" keluh Cia. Dia duduk di samping Nina, mengawasi Karamel yang masih sibuk mencabut rumput.
"bukannya masalahmu dengan Sandra sudah selesai? Chandra bilang ternyata semua terjadi karena salah paham" Nina bertanya dengan penasaran. Dia mengira Sandra membuat masalah lagi.
"anak baru bernama Mita kak. Lebih parah daripada kak Sandra." Cia berdiri menghampiri Karamel, tangan balita kecil itu mulai terulur ingin mencabut bunga yang berada di dalam pot-pot kecil.
"alasannya karena Chandra lagi?" Nina menghembuskan nafasnya dengan berat, sekan dia yang merasa lelah dengan kelakuan para perempuan itu.
"sudah pasti kak, memang alasan apalagi? Padahal yang kerja di Restoran juga tampan-tampan, kalaupun tidak tampan kan mereka manis. Kenapa pada ngejar mas Chandra ya?" Cia menatap Nina yang nampak berfikir.
"karena Chandra tampan dan kaya mungkin?" Nina mulai berdiri untuk menyalakan kran air karena matahari sudah lebih tinggi, jadi dia harus menyiram tanaman-tanaman di sana.
"apa iya kak? Padahal mas Chandra tampangnya nggak yang ramah begitu, awal aku masuk aja takut melihat wajah mas Chandra" Cia mengingat pertama kali saat masuk kerja, wajah Chandra benar-benar kaku tak bersahabat.
"yakin kamu takut? Siapa yang waktu itu ngomongin Chandra di parkiran? Pas ada orangnya malah lari" ledek Nina yang masih menyiram tanaman.
"Cia sama kak Nina" sewot Cia, Nina tertawa mendengarnya. Dia pergi menghampiri Karamel yang asik bermain air di bak yang sebelumnya di isi air oleh Nina.
Mereka berpisah setelah hari semakin siang, Karamel harus mandi dan Cia juga sebentar lagi haru bersiap untuk bekerja.
"Tunggu Ci" Chandra melebarkan langkah kakinya saat Cia sudah berjalan lumayan jauh di depannya.
"tumben mas Chandra agak terlambat?" tanya Cia, kepalanya menoleh menatap Chandra yang sudah di sampingnya. Pria itu mengenakan celana kain hutan dan t_shirt hitam juga. Memang style pria ini selalu simple seperti itu. Orang ganteng kan bebas ya.
"iya, kesiangan Ci. Gimana liburannya?"
"Seru mas, lain kali mas harus ikut" Cia tersenyum menjawab pertanyaan Chandra.
"Mas mau?" lanjut Cia menawarkan permen kaki merah di tangannya pada Chandra.
"Masih pagi dan kamu sudah makan permen?" heran Chandra namun tetap mengambil permen di tangan Cia dan memasukkannya ke dalam kantong celanya.
Mereka sampai di Restoran bersamaan dengan Riko dan Sandra. Mereka masuk ke dalam bersamaan, Cia dan Sandra masuk ke kamar mandi untuk perempuan, begitupun Chandra dan Riko. Setelah berganti pakaian, mereka bergegas keluar untuk mulai bersih-bersih dan menyiapkan segala peralatan.
Saat jam 11 siang, ada seorang gadis berseragam sma masuk ke dalam Restoran. Gadis itu duduk di depan pria yang lebih tua darinya.
"Anak sma sekarang bahaya ya Ci" bisik Riko di sampingnya. Pria itu melirik gadis sma dan pria dewasa yang sedang berpegangan tangan di atas meja.
"bahaya apanya bangko? Masa ketemu bapaknya nggak boleh?" sinis Cia, ya kan benar. Pria itu seperti ayahnya.
"yaelah nih anak, emang ada anak sma bolos buat ketemu sama bapaknya? Akh" Suara Riko sedikit lebih keras hingga Cia mencubit lengan Riko dengan gemas.
Cia menatap lagi dua orang beda usia itu. Memang agak aneh kalau itu di lakukan seorang ayah dan anak. Cia lebih bergidik lagi saat tanpa sengaja menatap ujung sepatu pria dewasa itu mengelus betis mulus gadis muda itu di bawah meja.
"Gila gila gila, isi bumi ini semakin gila" Cia menggelengkan kepalanya, tangannya mengelus kedua lengannya yang merinding melihat itu semua.
Riko tertawa di sampingnya, dia juga tau apa yang di lakukan kedua orang itu sedari tadi.
Mata Cia menatap jendela kaca yang mengarah ke parkiran. Dia melihat seorang gadis sma lain dengan seragam yang sama seperti gadis yang duduk dalam Restoran. Gadis muda itu duduk memunggungi Restoran hingga terlihat bagian belakangnya saja.
Cia berjalan ke arah tempat bartender berada.
"Mas Chandra? Coba lihat gadis sma di parkiran depan, bukankah itu adek mas Chandra?" Cia berbisik pelan.
Chandra menatap ke arah yang di katakan Cia barusan. Dia menatap gadis sma dengan tas berwarna hitam gambar Kuromi ungu.
"Aku keluar dulu Ci, Don? Tolong lanjutin kopiku!" Chandra dengan buru-buru melangkah keluar ke arah parkiran.
Cia mengikuti Chandra keluar Restoran. Memang jam segini Restoran masih terbilang lenggang karena belum jam makan siang.
"Zara" panggil Chandra dengan yakin jika itu adiknya.
"Abang?" Zara kaget karena sang abang sudah berada di belakangnya.
"mau putus sekolah aja?" Chandra bertanya dengan pelan namun penuh tekanan di dalamnya.
Zara menundukan kepalanya dengan takut.
"kenapa diam saja? Jawab Ra, mau berhenti sekolah saja?" nada bicara Chandra benar-benar datar sedari awal menyapa Zara tadi.
Zara hanya menggelengkan kepalnya tanpa menjawab.
"sudah berapa kali kamu bolos? Kamu kira abang nggak tahu?" nada bicara Chandra lebih tinggi dari sebelumnya. Sedangkan yang di marahinya hanya diam menunduk.
Hiks.. Hiks..
"Kenapa nangis? Kamu membuat masalah atas keinginanmu sendiri" ucap Chandra saat mendengar isakan pelan Zara yang tertahan.
Chandra merogoh ponsel di kantong celananya. Dia menempelkan ponsel itu di telinganya.
"Jemput adek bungsumu di Restoran abang. Katakan pada mama kalau dia bolos lagi, katakan juga jika abang yang akan mengurus berkas pindah sekolahnya" Chandra segera mematikan telfon itu tanpa menunggu jawaban dari Zaki. Dia menyuruh Zaki untuk menjemput Zara.
Tangisan Zara semakin kencang. Dia tau jika abangnya iti sudah sangat marah. Saat Zara akan melangkah menghampiri adek kakak itu, tiba-tiba Riko memanggilnya karena ada pelanggan baru lagi.
Tak lama kemudian mobil Zaki datang, Chandra membuka pintu mobil agar Zara segera masuk. Zaki menatap Zara yang masih menangis dengan sesenggukkan di sampingnya.
"kenapa kamu bandel banget sih Ra?" keluh Zaki dengan pelan, karena dia juga kena marah sama Chandra.
"Nggak seharusnya kamu berteman dengan orang bermasalah di sekokahmu. Kamu sudah besar, sudah bisa bedain mana teman yang baik dan enggak" Zaki memijat kepalanya pelan. Masalahnya adeknya ini sudah sering kena marah sama mamanya, tapi sama sekali tidak di dengarnya.
Zara terus menangis, dia kembali mengingat nasihat yang di berikan Cia padanya. Harusnya dia mendengar apa yang di katakan oleh Cia.
Chandra memasuki Restoran dengan muka dinginnya. Tapi tetap ramah jika ada pelanggan yang menyapanya. Sangat profesional sekali.
Saat jam istirahat, Cia duduk di dekat Chandra yang sedang rebahan di atas matras. Cia hanya diam sampai akhirnya Chandra yang bangun dan memposisikan dirinya untuk duduk di samping Cia.
"Dari mana kamu tau kalau mas dan Zara adek kakak?" tanya Chandra penasaran.
"Foto keluarga kalian sangat besar terpajang di ruang tamu mas" Cia tersenyum menatap Chandra.
"jika kamu tau, kenapa kamu nggak pernah bertanya tentang itu?" Chandra semakin penasaran dengan Cia. Perempuan ini memang beda.
"buat apa? Sudah jelas kalian keluarga, buat apalagi Cia bertanya? Lagi pula tante Celine atau yang lain juga nggak pernah bahas mengenai mas Chandra, jadi Cia juga diam saja" Cia mengatakannya dengan santai. Memang benar mereka tak pernah membahas mengenai Chandra.
"terima kasih untuk yang tadi, Zara akhir-akhir ini sering membuat masalah. Bahkan yang bilang menginap di tempatmu, dia nginep di rumah temannya yang tadi. Tapi izinnya nginep di tempatmu" Chandra menerawang, mengingat tingkah adiknya yang melewati batas belakangan ini.
"Sebenarnya Cia nggak tega lihat Zara nangis tadi. Tapi ini semua kan demi kebaikannya, soalnya temen Zara mainnya sama sugar daddy terus. Bahaya juga kalau di biarin nanti"
Mereka mengobrol ringan sebelum keduanya keluar untuk mencari makan siang di luar. Ada Riko juga karena pria itu selalu ikut kemanapun mereka saat pergi makan.
"Ci? Katanya saat ada orang yang berduaan, yang ketiga itu setan" Chandra mulai menggoda Riko yang dengan lahap menyantap makanannya.
"iya, aku tau kalau aku tuh setan, tapi setan juga butuh makan" Riko mengatakannya dengan nada kesal, namun tangannya tak berhenti menyuap nasi di piringnya.
"HAHAHA" Cia dan Chandra tertawa saat mendengar jawaban Riko.
Mereka segera kembali ke tempat kerja setelah menyelesaikan makan siang.
"Nasi Padang memang yang terbaik" Ucap Riko sembari mengelus perutnya selama di jalan.
Mereka bekerja tanpa ada masalah. Apalagi Mita libur hari ini, jadi lebih nyaman untuk bekerja.
"Mas Chandra langsung pulang ke rumah tante Celine?" tanya Cia saat mereka dalam perjalanan pulang.
"iya Ci, besok juga mas harus libur buat ngurus surat pindah sekolah Zara" Chandra menghela nafasnya berkali kali setelah mengatakan soal kepindahan Zara.
"ada apa mas? Emang mas Chandra mau pindahin Zara ke mana sampai merasa berat seperti itu?" tanya Cia. Dia curiga, jangan-jangan Zara mau di pindahin ke luar negeri seperti di novel-novel yang pernah dia baca.
"bukan karena sekolahnya Ci, hanya saja, mas bingung harus memperlakukan Zara seperti apa supaya dia bisa lebih nurut dan baik lagi" Chandra nampak sedih memikirkan adiknya.
"pada dasarnya, Zara sudah sangat baik mas. Coba tanyakan lagi alasan dia melakukan aksi bolos dan berteman sama orang bermasalah seperti tadi. Tanyakan alasannya tanpa harus marah-marah. Dengarkan ungkapan isi hatinya, setelah itu baru mas Chandra bisa memutuskan akhirnya harus seperti apa" Cia mengelus lengan Chandra dengan halus seakan memberi semangat.
Keduanya berpisah saat mobil milik Chandra mulai berjalan meninggalkan pelataran kos khusus laki-laki. Cia melanjutkan langkahnya untuk kembali ke kamarnya. Dia ingin mandi dan kemudian membeli bunga juga makan untuk malam nanti.
.
.
...****************...