Balas Dendam seorang istri yang tersakiti.
Mentari tidak menyangka jika suami yang di cintainya selama ini ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Perlahan rasa cinta itu mulai hilang dan berubah menjadi kebencian. Balas dendam adalah jalan satu-satunya untuk membalaskan rasa sakit yang di rasakan oleh Mentari selama ini.
Di sisi lain, Jhonatan Alfarizzy pria berusia 31 tahun, laki-laki masa lalu Mentari datang kembali dalam kehidupannya. Laki-laki yang begitu mencintainya dan laki-laki yang rela melakukan apa pun untuk mendapatkan Mentari, perempuan yang sudah lima tahun pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Cerita ini tidak menarik, cerita yang membosankan dan bikin darah tinggi. Untuk yang penasaran, silahkan di baca ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadisti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepulangan Jhon
Makan malam yang romantis ternyata hanya khayalan Alex saja. Nyatanya saat ini istrinya terlihat tidak menikmatinya sama sekali membuat Alex harus menghela nafasnya kasar.
Alex mengambil makanan favorit istrinya, lalu menyodorkannya kepada sang istri. "Buka mulutmu, sayang. Aku sengaja memesankan makanan favoritmu ini." Ucapnya terdengar halus dan lembut.
"Aku bisa sendiri, mas. Kamu tidak perlu menyuapiku." Tolak Mentari sambil menatap suaminya.
"Ayolah, sayang. Aku hanya ingin menyuapimu. Kamu tahu besok aku akan pergi ke luar negeri, dan kemungkinan ponselku tidak akan aktif. Aku hanya ingin menghabiskan waktu yang romantis bersama istriku malam ini. Jadi jangan menolaknya, ya." Ucap Alex sambil menatap lekat wajah cantik istrinya.
Mentari menghela nafasnya panjang, ia segera membuka mulutnya dan membiarkan suaminya itu menyuapinya. Alex tersenyum, dengan segera ia pun memasukan makanan itu ke dalam mulut istrinya.
"Aku sudah kenyang, mas."
"Baiklah, kalau begitu aku bayar dulu, ya. Nanti baru kita pulang." Ucap Alex yang mendapat anggukkan kepala dari istrinya. Alex segera beranjak dari tempat duduknya, kemudian ia melangkahkan kedua kakinya menuju kasir.
Setelah selesai membayar, Alex kembali berjalan menghampiri istrinya, lalu mengajaknya untuk pulang. Mentari hanya menuruti ucapan suaminya itu, ternyata berpura-pura tidak mengetahui pengkhianatan yang di lakukan oleh suaminya itu sama sekali tidak menyenangkan.
***
Setelah tiba di kediamannya, Alex segera memarkirkan mobilnya, kemudan ia turun dan membukakan pintu mobil untuk istrinya. "Sudah sampai sayang." Ucapnya sambil mengulurkan tangan kanannya kepada sang istri, tak lupa ia juga memperlihatkan senyuman manisnya yang ntah mengapa membuat Mentari muak.
Namun Mentari harus berpura-pura bahagia dan tersenyum sambil menerima uluran tangan suaminya itu. "Terima kasih, mas." Jawab Mentari lembut membuat Alex merasa bahagia karena sikap Mentari sudah kembali seperti dulu lagi. Halus dan lembut.
Alex menggandeng mesra pinggang ramping istrinya, kemudian mereka pun segera pergi melangkahkan kedua kakinya memasuki rumahnya. Setelah tiba di dalam rumah, keduanya langsung bergegas menuju kamarnya. Tidak membutuhkan waktu yang lama, pasangan itu pun sudah tiba depan pintu kamarnya, Alex segera meraih knop pintu tersebut dan memutarnya dengan tidak sabaran membuat Mentari langsung mengerutkan keningnya bingung dan bertanya-tanya dalam hatinya.
"Sayang, ayo masuk. Kenapa kamu masih berdiri di sana?" Ucap Alex sambil menarik tangan istrinya untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Ada apa denganmu, mas? Kenapa tingkahmu aneh sekali?" Tanya Mentari sambil menatap suaminya yang sedang mengunci pintu kamarnya.
"Sayang. Sudah lama kita tidak melakukannya." Alex berbisik sambil menelusri seluruh wajah istrinya. "Malam ini aku ingin melakukannya bersamamu." Alex kembali berbisik membuat Mentari meremang seketika.
"Aku lelah, aku tidak ingin melakukannya sekarang." Tolak Mentari sambil mendorong pelan tubuh suaminya itu.
"Sayang! Ayolah, aku akan pergi besok, apa kamu tidak ingin memberikan hakku sebelum aku pergi?" Alex kembali mendekatkan tubuhnya dengan sang istri, kabut gairahnya sudah mulai menguasai dirinya.
"Tapi aku benar-benar tidak mau melakukannya, mas. Kebetulan aku juga sedang halangan. Jadi kita tidak bisa melakukannya. Aku harap kamu mengerti." Ucap Mentari sambil berlalu meninggalkan Alex yang sudah di kuasai oleh bara asmaranya. "Aku tahu, kalau aku sangat berdosa karena menolak untuk memberikan hak kepada suamiku, tapi hatiku masih terasa sangat sakit jika mengingat pengkhianatannya dengan Lisa. Lagian untuk apa dia meminta haknya kepadaku, sementara besok dia akan bersenang-senang dengan perempuan lain. Dasar brengsek." Batin Mentari sambil melangkahkan kedua kakinya menuju tempat tidur.
Sementara itu, Alex menggeram frustasi, gairahnya sudah memuncak namun sang istri justru menolaknya untuk berhubungan dengannya. Alex hanya dapat melampiaskannya dengan mandi air dingin.
***
Hari ini adalah hari kepulangan Jhon ke Indonesia. Saat ini ia sudah berada di bandara Soekarno Hatta. Ia memakai setelan tiga potong, rambutnya sedikit berantakkan, dan tak lupa kacamata hitam yang menambah ketampanannya.
Jhon berjalan dengan gayanya yang elegant, beberapa perempuan yang melihatnya tersenyum kagum melihat ketampanan seorang Jhonatan Alfarizzy. Bahkan tidak banyak dari mereka yang mengambil ponselnya dan memotret Jhon layaknya seorang aktor.
Jhon terus berjalan tanpa menghiraukan pandangan dari para perempuan itu, bagi Jhon itu sudah menjadi hal biasa, karena selama tinggal di luar negeri, ia juga sering bertemu dengan perempuan yang selalu menatapnya penuh kekaguman.
"Tuan Jhon." Panggil seorang laki-laki yang di perkirakan usianya 30 tahunan. Jhon mengernyitkan keningnya sambil menatap laki-laki itu, sementara laki-laki itu tersenyum dan kembali membuka mulutnya. "Saya Egi, saya adalah asisten anda atas perintah tuan Calvin."
Jhon menghela nafasnya pelan, sebelum ia pulang, pak Calvin memang sudah memberitahukannya tentang asisten yang di siapkan oleh papanya itu. Tetapi Jhon tidak tahu kalau asisten yang di siapkan oleh papanya masih muda dan sepertinya seumuran dengan dirinya.
"Namamu siapa?" Tanya Jhon seperti biasanya selalu dingin.
Egi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, rasanya ia sudah memberitahukan namanya tadi, tetapi kenapa tuan barunya itu menanyakannya lagi. Apakah tuannya memiliki ingatan yang pendek? Ah ntahlah. "Nama saya Egi Algani, tuan." Jawab Egi sopan.
"Umur?"
"30 tahun, tuan."
"Kau sudah memiliki kekasih?" Tanya Jhon membuat Egi sedikit terkejut. Apakah menjadi asisten seorang Jhon harus di tanya se detail ini? " Aku sedang bertanya, apakah kau sudah memiliki seorang kekasih? Kamu jangan salah paham, aku tidak suka jika asistenku memiliki kekasih karena nantinya akan mengganggu pekerjaanmu. Mengerti."
"Mengerti, tuan. Saya juga kebetulan tidak memiliki kekasih, jadi anda tenang saja." Jawab Egi dengan penuh semangat.
"Baiklah, tunjukkan mobilnya, dan bawakan koperku. Dan satu lagi, jangan panggil aku tuan, mengerti."
"Lalu saya harus memanggil apa? Pak atau bos saja?"
"Bos, boleh. Terserah kau saja." Ucap Jhon sambil melepaskan jas yang di kenakannya. "Cepatlah jalan, aku sudah sangat lelah berdiri terus." Perintahnya yang mendapat anggukkan kepala dari Egi.
Egi segera berjalan dengan sangat cepat, hari pertama ia kerja, ia tidak boleh membuat bos dinginnya itu marah atau dia akan kehilangan pekerjaannya sebagai seorang asisten.
Jhon terus berjalan mengikuti asistennya, sesekali ia menghela nafasnya panjang ketika mengingat bahwa dirinya sudah berada di tempat kelahirannya sekaligus tempat yang menyimpan kenangan indah bersama kekasinya.
Bersambung.