NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Pembantu

Terpaksa Menikahi Pembantu

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Janda / Pengantin Pengganti / Pengganti / Dijodohkan Orang Tua / Pembantu
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Madava dipaksa menikah dengan seorang pembantu yang notabene janda anak satu karena mempelai wanitanya kabur membawa mahar yang ia berikan untuknya. Awalnya Madava menolak, tapi sang ibu berkeras memaksa. Madava akhirnya terpaksa menikahi pembantunya sendiri sebagai mempelai pengganti.

Lalu bagaimanakah pernikahan keduanya? Akankah berjalan lancar sebagaimana mestinya atau harus berakhir karena tak adanya cinta diantara mereka berdua?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyesal

"Jadi ini tempat persembunyiannya?" tanya Bu Shanum pada sang putra.

"Ya. Semoga saja benar perempuan itu Via."

Ya, kini keduanya sudah berada di dekat kediaman seorang perempuan yang diduga adalah Via. Madava memang meminta sang ibu menemaninya. Bukan karena takut, hanya saja ia memang membutuhkan bantuan sang ibu untuk menjalankan aksinya.

Beberapa saat yang lalu.

"Apa? Kau sudah menemukan keberadaan Via?" pekik Bu Shanum terkejut.

Madava mengangguk.

"Jadi kau masih mencarinya selama ini?" seru Bu Shanum dengan mata melotot.

"Iya."

"Untuk apa lagi kau cari perempuan sialan itu, hah? Apa kau memiliki niat untuk kembali padanya?" sentak Bu Shanum.

"Mama nggak usah su'udzon dulu. Aku nggak sebodoh itu untuk kembali pada perempuan itu. Apalagi sekarang dia sedang hamil yang ... "

"Apa? Hamil?" pekik Bu Shanum syok. "Kau ... Jadi ... dia sedang hamil anakmu, begitu? Dasar anak sialan! Bagaimana kalau Ayu tau, hah? Dia pasti akan terluka. Bagaimana kalau perempuan itu meminta pertanggungjawaban kamu untuk menikahinya? Lalu bagaimana dengan Ayu? Dasar anak brengsek!" Bu Shanum yang kadung kesal pun mengambil bantal sofa lalu memukuli Madava membuat putranya itu kalang kabut sendiri.

"Ma, berhenti! Berhenti, Mama! Dengar dulu penjelasan ku!" sergah Madava sambil menahan pukulan sang ibu.

"Penjelasan apa lagi? Kau masih tetap ingin menikahinya secara diam-diam, begitu?" Bu Shanum gelisah sendiri. Ia tentu ingin putranya bertanggung jawab atas perbuatannya, tapi bagaimana dengan nasib Ayu? Bila menantunya itu tahu, ia pasti akan segera meminta cerai dan Bu Shanum tidak rela kehilangan Ayu dan Rafi.

"Nggak, Ma. Nggak. Makanya dengerin Dava dulu."

"Nggak mau nikahin, lalu kamu mau apa? Kita harus bertanggung jawab atas perbuatanmu itu."

Madava berdecak kesal. Ibunya ini kalau sudah mengomel, tidak bisa berhenti.

"Bertanggung jawab untuk apa? Lha, Dava nggak pernah hamilin dia kok. Mama aneh-aneh saja."

"Apa? Kamu nggak menghamili dia?"

"Ya, emang nggak. Makanya mulut Mama diem dulu. Dengerin penjelasan aku. Dava ngomong ke Mama tuh biar mama bantu ambil mahar yang sudah dibawa larinya. Nggak rela aku hartaku dinikmati perempuan itu. Mending aku pakai duitnya untuk pengobatan Rafi. Mana biaya pengobatan Rafi nggak main-main jumlahnya. Jadi Mama mau 'kan temenin aku ke sana?"

Bu Shanum malu sendiri. Tapi ia tidak mau mengaku salah karena sudah berprasangka buruk pada putranya.

"Ekhem ... " Bu Shanum berdeham untuk menetralkan ekspresi wajahnya. "Kenapa nggak bilang dari tadi? Jangan salahin Mama kalau Mama salah tanggap."

"Dih, masih sempat-sempatnya nyalahin Dava. Padahal Mama sendiri yang nggak mau dengerin penjelasan Dava. Taunya marah-marah doang. Nggak takut darah tingginya kumat."

"Eh, kamu nyumpahin Mama darah tingginya kumat?"

"Tuh, 'kan, suka banget su'udzon. Dahlah, kita ke tempat Via sekarang aja, gimana?"

"Ya udah. Ayo! Mama rasanya nggak sabar mau jambak-jambak rambutnya. Kesel banget Mama sama dia."

"Please, Mama nggak usah bar-bar! Bukan mau melarang, cuma dia 'kan sedang hamil. Gimana kalau sampai kenapa-kenapa, 'kan kita juga yang repot."

"Ih, nyebelin banget sih! Tapi bener juga yang kamu bilang. Tapi kalau bukan kamu siapa yang menghamilinya? Bukankah selama ini dia menjalin hubungan dengan kamu? Kamu bukannya hendak mangkir dari tanggung jawab 'kan?' tuding Bu Shanum curiga.

"Astaghfirullah, nggak, Ma. Nggak. Aku nggak pernah tidur sama dia. Sumpah."

Bu Shanum menghela nafas panjang. Syukurlah kalau bukan, pikirnya. Sebab ia tidak tahu harus melakukan apa kalau sampai benar putranya yang sudah menghamili mantan calon istrinya itu.

...***...

Tok tok tok

Pintu diketuk. Tak butuh waktu lama, pintu pun akhirnya terbuka. Seseorang yang barusan saja membuka pintu sontak membelalakkan matanya. Ia terkejut melihat dua orang yang sudah berdiri di depan pintu kontrakannya itu.

"Halo calon mantu gagal ku, apa kabar?" ucap Bu Shanum sambil tersenyum lebar.

Lalu dengan santainya, Bu Shanum masuk ke kontrakan itu diikuti Madava. Perempuan yang tak lain adalah Via itu sampai mematung karena terlalu terkejut.

"Wah, ternyata ini tempat persembunyianmu? Setelah membuat putraku hampir kehilangan muka, ternyata kau tetap bisa makan enak dan bersantai dengan enaknya? Ckckck, kau memang perempuan picik," ucap Bu Shanum sambil menatap tajam Via. Ia melihat di meja terdapat tumpukan kemasan makanan yang berhamburan. Bu Shanum terus berjalan hingga ke dapur, ternyata di kitchen sink pun dipenuhi oleh piring dan cangkir kotor yang sepertinya sudah beberapa hari tidak dicuci. Terlihat jelas dari jamur-jamur yang mulai tumbuh dan aroma menyengat di bekas makanan itu. Bu Shanum sampai bergidik sendiri. Tidak bisa dibayangkan kalau perempuan seperti ini yang menjadi istri putranya.

Mendengar cemoohan itu, membuat Via seketika memutar otak. Ia harus mencari cara agar tidak serta merta disalahkan seperti ini.

"Mama, Dava, ke-kenapa kalian bisa tau aku tinggal di sini? Em, aku ... aku tidak bermaksud bersembunyi. Maafkan aku. Aku terpaksa bersembunyi di sini sebab aku malu kalau Mama dan Dava tahu aku ... aku hamil. Maafkan aku, Ma, Dav. Aku terpaksa. Aku melakukan ini karena aku tidak ingin kau bertanggung jawab atas sesuatu yang tidak kau lakukan. Meskipun ini bukan kesalahanku sepenuhnya karena ... karena ... Aku ... a--aku diperkosa."

Lalu tangis Via pecah. Madava dan Bu Shanum saling menoleh. Bukannya iba, mereka justru tersenyum geli.

"Sudahlah, Via. Sudahi tangisan kebohongan mu itu. Kau pikir kami percaya. Dari kau yang telah sengaja menipu kami dengan orang tua bayaranmu itu saja sudah terlihat jelas kalau kau memang sengaja menipu kami. Sekarang jelaskan saja pada kami, apa motifmu menipuku mentah-mentah, hah? Katakan!" ucap Madava tegas membuat Via terperanjat. Ia menelan ludah. Bingung. Kalau ia berkata jujur, maka nyawanya akan segera terancam.

"Aku ... tidak menipumu. Aku berkata jujur. Sungguh."

Bu Shanum dan Madava menghembuskan nafas kasar.

"Sudahlah Dava, dia pasti takkan berkata jujur. Segera selesaikan tujuan kita saja."

"Hmmm ... "

Via kebingungan dengan perkataan Bu Shanum tadi. Tapi saat mendengar kata-kata Madava, Via jelas saja terkejut.

"Kembalikan semua mahar yang sudah aku berikan padamu!"

"A---apa? Jangan!!!" Via memekik keras saat mendengar kata-kata itu. "Bukankah kau sudah memberikan semua itu padaku."

Madava berdecih. "Aku memberikannya karena aku akan menikahimu dan kau akan jadi istriku. Tapi kenyataannya ... " Madava menyipitkan matanya.

"Mama sudah menemukannya. Ayo, Dava, ambil semua mahar ini. Ini barang mahal. Lebih baik kau berikan ini para Ayu daripada penipu itu."

Madava tersenyum lebar. Lalu ia melenggang dengan santai ke sumber suara. Ia tersenyum makin lebar sata melihat tumpukan barang yang ia jadikan mahar dan seserahan itu. Termasuk beberapa kotak perhiasan dan frame mahar yang didalamnya terdapat logam mulia dan uang tunai. Madava pun segera mengambilnya. Sementara Bu Shanum mengambil perhiasan, tas, dan sepatu.

Via memekik. Ia tidak terima semua mahar itu diambil kembali. Ia bahkan menghalangi langkah Madava dan Bu Shanum agar tidak mengambil semua mahar dan barang seserahan itu.

"Kau memilih aku mengambil barang-barang ini atau aku melaporkanmu ke polisi atas pasal penipuan?" ancam Madava membuat Ayu mendadak pucat pasi. Akhirnya, dia pun terpaksa merelakan semua maharnya diambil.

"Tidak perlu bersedih. Itu aku masih menyisakan sedikit untukmu," ucap Bu Shanum.

Ya, sebenarnya merasa tidak mengambil semua mahar dan seserahan itu. Ada beberapa yang tidak diambil, seperti handuk, baju, dan perlengkapan kosmetik. Namun Via tidak begitu menginginkan itu. Ia justru lebih memilih uang, perhiasan, tas, dan sepatu yang sudah diambil Bu Shanum dan Madava.

Setelah kepergian Bu Shanum dan Madava, Via pun segera mengambil ponsel dan menghubungi kekasih gelapnya itu.

Tapi bukannya diangkat, panggilannya justru direjek oleh laki-laki itu. Via memekik kesal.

"Dasar Asrul sialan! Menyesal aku berselingkuh denganmu!"

...***...

...Happy reading 🥰 🥰 🥰 ...

1
Siti Nurbaidah
Luar biasa
guntur 1609
mantap Rafa. kata2 mu tu sprti seorang casanova
Siti Nurbaidah
Luar biasa
guntur 1609
rasain kau tika. itulah hasil yg kau tanam selama ni. tinggal mila sja yg blm
guntur 1609
dasar orang gila. muka tembok
guntur 1609
mampus kau dava. kalau kau percaya sm gisela ular. padahal ayu sedang hamil sekarang. kau akan menyesal jika aoercaya gisel
Emil Husin juhri
Kecewa
Emil Husin juhri
Buruk
guntur 1609
telat
guntur 1609
sama ja semuanya... satu jurusan. daar dava. mentang2 sdh kena
guntur 1609
ayu sdh terotak. gak jadi tersalurkan. makanya uring2 an
guntur 1609
pasti ragi cocok darah sm sum2 belakangnya sm dava
guntur 1609
kau pun salah yu. seharusnya kau juga peka dengan kejadian ini
guntur 1609
hahah laporan kau dava
guntur 1609
jangan bilang laki2 yg sm via tu asrul
guntur 1609
jangan blngbdava pernah melecehkan mamanya rafi tapi gak sadar.
guntur 1609
hmngkn ayu ramah sm mu di waktu pagi. agar kau semangat bekerjanya
guntur 1609
pa rafi bukan anak kandungnya ayu ya
guntur 1609
hahahha kena kau kan dava
guntur 1609
hahahhah krna mental madava
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!