NovelToon NovelToon
Penyesalan Anak Dan Suami

Penyesalan Anak Dan Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:4.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Sikap anak dan suami yang begitu tak acuh padanya membuat Aliyah menelan pahit getir segalanya seorang diri. Anak pertamanya seorang yang keras kepala dan pembangkang. Sedangkan suaminya, masa bodoh dan selalu protes dengan Aliyah yang tak pernah sempat mengurus dirinya sendiri karena terlalu fokus pada rumah tangga dan ketiga anaknya. Hingga suatu hari, kenyataan menampar mereka di detik-detik terakhir.

Akankah penyesalan anak dan suami itu dapat mengembalikan segalanya yang telah terlewatkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PAS 25

Amar masih mematung di tempatnya. Ia benar-benar syok melihat video yang Nana kirimkan. Bagaimana bisa dua orang itu melakukan hal tercela seperti itu? Apalagi selama ini Budi selalu saja berusaha mendekatkannya dengan Nafisa, tapi ternyata tanpa sepengetahuannya, keduanya pun telah menjalin hubungan yang bahkan sudah begitu jauh.

Amar syok. Bagaimana anaknya yang usianya bahkan masih tergolong anak-anak terpaksa melihat sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat. Mata suci anaknya telah ternoda oleh perbuatan dua orang yang entah sejak kapan telah menjalin hubungan terlarang itu. Terlebih Budi sebenarnya pun telah beristri. Tapi di belakang istrinya, ia melakukan hal terlarang dengan perempuan lain, sungguh sangat keterlaluan.

"Bukankah kau pun keterlaluan, Amar. Meskipun kalian tidak pernah bersentuhan fisik secara berlebihan, tapi dengan sadar kau telah membawa perempuan itu masuk dalam kehidupanmu. Kau sendiri yang membuka celah itu sehingga membuat istrimu terluka," gumam Amar merutuki kesalahan fatalnya pada Aliyah.

Seandainya ia bisa menjaga diri dan sikapnya, tidak mungkin masalah akan mendera dengan begitu hebatnya seperti saat ini.

Amar sudah menghentikan video tersebut. Ia merasa muak sekaligus jijik sendiri melihat video pergulatan keduanya. Ia tak habis pikir, bagaimana bisa mereka menjalin hubungan terlarang itu sampai sejauh itu? Bila keduanya memiliki hubungan, lantas apa tujuan Budi mendekatkan mereka berdua?

Tiba-tiba panggilan telepon di ponselnya membuyarkan lamunan Amar. Setelah melihat nama pemanggil yang muncul, Amar berdecih sinis. Tiba-tiba ia merasa muak sekaligus jijik dengan orang tersebut yang tidak lain adalah Nafisa itu. Tapi ia tetap mengangkat panggilan itu. Ia ingin menyelidiki apa tujuan Nafisa mendekatinya. Entah mengapa, ia tiba-tiba merasa curiga terhadap sikap Budi dan Nafisa. Ia menduga keduanya memiliki tujuan tertentu padanya.

"Halo," ucap Amar datar.

"Halo, Mas," ucap Nafisa ceria. "Kamu dimana, Mas? Masih di rumah sakit? Rencananya sore nanti, sepulang kerja, aku dan Budi akan ke sana. Boleh?"

Dahi Amar berkerut. Wajahnya seketika masam mendengar keduanya ingin datang ke rumah sakit. Entah apa tujuannya, tapi ia tidak bisa menolak kedatangan keduanya untuk sementara ini. Biarlah saja ia berpura-pura tak tahu tentang hubungan keduanya. Amar akan mengikuti permainan keduanya.

"Aku ada di rumah. Baiklah, datang saja. telepon saja kalau sudah tiba biar aku temui kalian di lobby."

"Oke, Mas. Oh ya Mas, Nana ada cerita apa sama kamu? Pasti dia ngadu yang macam-macam kan?"

Amar lagi-lagi mendengkus. Ya, Nana memang mengadu, tapi yang sebenarnya. Bukan sekedar mengada-ada seperti yang Nafisa lakukan. Berpura-pura baik dan polos, taunya beracun. Sungguh pantas Nana menyebutnya Nenek sihir dan wanita bermuka seribu. Dirinya saja yang sudah dewasa bisa tertipu dengan kebaikan dan kepolosannya, apalagi anak-anak seperti Nana. Andai saja Nana tidak memergoki hubungan Nafisa dan Budi, mungkin sampai sekarang mereka masih akan tertipu dengan segala sandiwara yang Nafisa perankan.

"Nggak kok. Dia nggak ada cerita apa-apa. Mungkin kemarin itu dia ketusin kamu karena khawatir kamu merebut tempat ibunya. Maklumlah, namanya juga anak-anak, mereka pasti khawatir kalau posisi ibunya disingkirkan. Tolong jangan ambil pusing ucapannya kemarin, oke!" kilah Amar.

"Oh, Mas benar juga. Baiklah. Ya sudah, kalau begitu aku tutup dulu teleponnya ya, Mas. Aku udah tiba di kantor nih. Nanti sore kita ketemu lagi. Bye Mas Amar," ucap Nafisa ceria. Bila orang lain yang baru mengenalnya yang melihat, pasti mereka pun akan seperti dirinya sebelumnya mengira kalau Nafisa merupakan sosok yang lembut, penuh perhatian, dan penyayang. Tidak tahunya, dia tak lebih dari seorang wanita manipulatif. Bagaimana ia bisa menjalin hubungan terlarang dengan laki-laki yang merupakan suami orang. Untung saja hubungannya belum sampai sejauh itu dengannya. Kalau iya, Amar pasti akan sangat menyesalinya.

Meskipun ia sering lalai akan kewajibannya, tapi untuk hal satu itu, Amar selalu berusaha menjauhinya. Imannya memang masih setipis sehelai rambut, tapi setidaknya ia sadar kalau hubungan seperti itu dilarang. Bahkan dulu saat berpacaran dengan Aliyah, ia tidak pernah melakukan kontak fisik berlebih selain bergandengan tangan. Apalagi Aliyah tipe gadis pemalu. Tidak seperti Nafisa yang begitu berani. Bahkan di tempat umum pun, Nafisa sering secara terang-terangan merangkul lengannya. Tak peduli Amat merasa risih atau tidak, ia selain saja berusaha melakukan kontak fisik dengannya.

Amar hendak kembali ke rumah sakit. Tapi ia kebingungan bagaimana dengan kedua anaknya. Dilihatnya, ternyata Gaffi sudah bangun, tapi Amri belum. Amar lantas menghampiri Gaffi dan menawarkannya sarapan pagi.

"Gaffi udah bangun?" tanya Amar yang sudah duduk di samping Gaffi. Gaffi mendongak, kemudian kembali menunduk sambil menganggukkan kepalanya.

"Gaffi mau sarapan? Tadi ayah beli nasi uduk. Ada telur bulatnya juga, Gaffi mau?"

Gaffi menggelengkan kepalanya, "ibu. Affi hayu ibu," ucapnya sendu. Gaffi benar-benar merindukan ibunya sebab sudah berapa hari ibunya tidak ada di rumah.

Mendengar sang anak mengatakan ingin ibunya, jelas saja membuat hati Amar bagai dihujam sembilu. Begitu perih dan pedih.

"Abang Gaffi, ibu sedang sakit. Jadi ibu ada di rumah sakit. Diobatin Bu dokter biar sehat lagi."

"Ibu akit epala ama pelut lagi?" tanya Gaffi membuat Amar tertegun. Bahkan anak keduanya yang masih berusia 5 tahun pun tahu kalau sang ibu sering sakit kepala dan perutnya.

Amar mengangguk, "Gaffi doain ibu ya supaya cepat sembuh."

Gaffi mengangguk, "ayah nangan malah-malah lagi. Nanti ibu syedih telus sakit lagi."

Lagi, Amar tertegun. Dari kalimat Gaffi barusan dapat Amar simpulkan setiap ia memarahi Aliyah, pasti ibu dari anak-anaknya itu akan bersedih dan berakhir kesakitan. Mata Amar sudah memerah. Dadanya kian sesak karena penyesalannya yang entah masih bisa ditebusnya atau tidak.

Amar terus mencoba membujuk Gaffi agar mau makan. Awalnya anak itu menolak, tapi setelah ia menjanjikan kapan-kapan akan membawanya menemui sang ibu, Gaffi pun akhirnya bersemangat. Ia pun mau makan meskipun tak banyak.

Saat sibuk memperhatikan Gaffi, tiba-tiba terdengar pintu yang diketuk. Amar pun gegas membuka pintu. Matanya seketika terbelalak saat melihat siapa yang berdiri di hadapannya.

"Bunda," ucap Amar terkejut saat melihat wanita paruh baya yang merupakan ibu kandungnya telah berdiri di hadapannya.

"Assalamu 'alaikum," ucap bunda. "Amar, kamu kok bengong sih liat bunda?" tegur sang ibu saat Amar tidak menyahut ucapan salamnya.

"Ah, maaf, Bun. Wa'alaikumussalam. Ayo Bun, silahkan masuk."

Bunda pun masuk sambil menenteng sebuah kantong berukuran besar. Setiap mengunjungi anak dan menantunya memang bunda sering membawakan oleh-oleh.

"Kok sepi? Aliyah mana, Mar? Oh ya, kok kamu di rumah? Nggak kerja?" tanya Bunda sambil celingukan.

Jelas saja, Amar kebingungan. Bagaimana ia menjelaskan keadaan Aliyah sekarang. Apalagi saat ibunya itu tahu kalau Aliyah koma saat ini. Entah bagaimana reaksinya nanti.

"Eyang," seru Gaffi saat melihat kedatangan sang nenek.

"Uh, cucu Eyang yang cakep, sini peluk Eyang. Eyang kangeeen banget sama Abang Gaffi," seru ibu Amar saat melihat cucunya.

Gaffi pun dengan cepat memeluk sang nenek.

"Affi juga angen Eyang," balas Gaffi ceria.

"Ibu mana, bang? Lagi nyuci atau lagi mandiin adek?"

"Ibu akit."

"Apa? Ibu sakit?" seru bunda terkejut. Gaffi pun mengangguk. "Jadi ibu di kamar?" Bunda Amar pikir Aliyah sakit dan istirahat di kamarnya.

Gaffi menggeleng. Ingin menyebut rumah sakit, tapi ia bingung menyebutkannya.

Dahi bunda berkerut, "jadi ibu dimana? Mar, Aliyah sakit? Sakit apa? Kenapa nggak kabarin bunda sih? Kamu nggak kerja karena bantu Aliyah jagain anak-anak? Bagus, Mar. Itu baru namanya suami teladan dan bertanggung jawab. Kalau begitu, bunda mau liat Aliyah dulu ya! Bunda udah kangen sama Aliyah," ucap Bunda yang segera berdiri dan beranjak menuju kamar Aliyah. Jelas saja Amar gelagapan. Entah bagaimana reaksi ibunya nanti saat tidak menemukan keberadaan Aliyah di kamarnya.

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

1
mumu
neng pisa, bangun dong udah maghrib. gak baek ibuk hamil tidur maghrib2
mumu
buah jatuh sepohon pohonnya
mumu
sedih, kasihan, tapi bagus. entahlah sepertinya memang lebih baik Aliyah pergi biar mereka berdua menyesal seumur hidupnya, walaupun tak ada artinya lagi
mumu
jiah jiah jiah ketawa aku mar mar 🤣🤣🤣
mumu
noh ada ibu baru kan na, gih temui sana
Tutik Susilowati
Alhamdulillah....
terima kasih, Kak. telah membuat karya yang bagus.
Semangat untuk kak Autor,
ditunggu karya2 yang lain
icha
😭😭😭😭😭
Imas Tuti
rek naon nya c Nafisah meni nunutur wae.....kaget da 😒😒
mumu
yg aku rasakan dan baru berubah sebulan terakhir. kondisi hampir sama, bedanya anak keduaku di diagnosis ASD. udah hampir gila, bahkan menyakiti anak2ku. akhirnya aku ke psikiater dan di diagnosa Depresi sedang yg udh mau menuju ke tinggi. ibarat kanker udah stadium 3. awal mula kasib tau suami itu aku dianggap lebay dan gak mendukung samsek. tapi lambat laun mulai ada perubahan bahkan udh mau megang anak. udh 4 bulan berobat, sampai sekarang emosi ku masih naik turun. anxietyku juga masih ada. doakan cepat sembuh ya 🙏🙏
fiza
😭😭..dh tamat....yg buruk dtg dri kita,yg baik dtg dri allah, syukur alhamdulilah.. semoga author dpt ide yg best tuk novel seterusnya..amin3!!>>salam dri Malaysia..nana..😘😘
fiza
budi@gita..Antara diaorg berdua nih..
fiza
anotomi tubuh ya🥱
fiza
cantik sbb dia xyah urus ko,dia urus diri dia,bikin makin ayu🥱
fiza
ceh.. adikberadik tiri.padan muka..jahat sgt.tu balasannya...gugur,trus mandul..
fiza
deng deng deng...🎉🎊
fiza
pelik org mcm nih,kain dia sdri dh koyak rabak lagi salah orb lali lalang..mende siak😤
fiza
nafisa nih kurang kasih syg jantan nih..cian🤔
fiza
🙄pening aku tgok nafisa nih,nama dh bagus xsebagus orgnyr..
fiza
apa yg kai tuai itu la ko dpt,untung cepat ko tanam,klo dh jdi pokok dh trlambat,klo xkerna aliyah jatuh sakit mmg ko xsado2... aish,🙄
fiza
simbah air lada kat anu nyr skali,bio terkinja cm beruk mak yeh,😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!