"Daddy dan mommy menemukan wanita yang cocok untuk menjadi isterimu! Tepati janjimu! Kau akan menikah bila kami menjodohkanmu kan?"
"Baiklah. Dengan siapa?" tanya Xander
"Namanya Audrey Lee, puteri Christoper Lee dan Margareth Lee. Usianya sembilan belas tahun."
Xander langsung membelalakkan matanya, "Sembilan belas?!"
Bab 8
Di ujung ruangan terdapat mini bar dengan minuman beralkohol berjejer rapi di sana. Dan di samping mini bar terdapat pintu yang mengarah ke balkon. Dan di balkon itu sudah di sulap menjadi tempat makan malam yang romantis. Sebuah meja bundar sudah terletak disana dengan makanan yang sudah tersaji di atasnya. Jangan lupakan bunga mawar merah yang menambah keromantisannya.
Xander melangkah dengan tatapan datar ke balkon kamar itu. Dia belum melihat siapa yadan berdiri membelakanginya dan bersandar pada pagar batas. Xander menarik kursi dan duduk di sana, tangannya terulur dan menuangkan wine yang sudah disediakan lalu menyesapnya perlahan.
Mendengar suara kursi di tarik dan juga gelas yang berdenting, gadis yang membelakangi Xander itu perlahan berbalik dan menatap Xander. Xander langsung mengerutkan keningnya ketika melihat siapa yang berdiri di depannya. Bukan Audrey yang ada di pikirannya, melainkan kakaknya, jika dia tidak salah namanya Angeline.
"Adikku sedikit tidak enak badan, sehingga memintaku menggantikannya" ucapnya seolah mengklarifikasi pertanyaan yang muncul di benak Xander.
Xander menaikkan sebelah alisnya, dia belum mengatakan apapun. Dia tau jika gadis di depannya ini sedang memainkan sebuah drama. Apa katanya? Adiknya tidak enak badan dan memintanya menggantikannya? Apakah dia pikir Xander sebodoh itu sehingga dia memakai alasan seklise itu?
Angeline melangkah dengan gerakan anggun, lalu dia menarik kursi dan duduk di hadapan Xander. Dia tersenyum menatap Xander yang menatapnya dengan datar. Ah! Bagaimana bisa hanya diam dan menatapnya dengan tatapan judes begini Xander justru tampak begitu seksi dan menggairahkan!
Imajinasi Angeline langsung liar dibuatnya hanya dengan memandang Xander dalam jarak sedekat ini! Apalagi penampilan Xander hari ini berbeda dengan saat malam itu. Malam ini Xander tampil hanya mengenakan kemeja yang lengannya digulung hingga siku dan dua kancing teratasnya dibiarkannya terbuka. Penampilan yang jauh lebih santai tapi sangat menggairahkan ini membuat isi kepala Angeline berantakan dengan semua imajinasi liarnya sendiri.
"Bukankah aku lebih cantik dari adikku?" ucap Angeline
"Apa yang kau inginkan?" tanya Xander, nafsu makannya sudah menguap begitu saja, sehingga dia memilih meraih gelas wine nya lagi dan menyesapnya.
"Adikku masih terlalu kecil. Kau tidak mau disebut pedofil kan? Maka bagaimana bila kamu menikah denganku Xander?" ucap Angeline tenang dan anggun.
"Maka kau salah jika menemuiku! Temui ibuku! Jika dia setuju, maka aku pun setuju!" ucap Xander tenang, tangannya memainkan gelas berisi wine itu sementara matanya masih tertuju pada Angeline
Angeline tersenyum menggoda mendengar suara seksi Xander, "Tapi aku yakin jika kau yang meminta, ibumu akan setuju. Bukankah kamu yang akan menjalani rumah tangga itu"
Xander mengangguk pelan, "Bagiku sama saja denganmu atau Audrey, jadi aku akan menuruti perkataan ibuku!"
Xander mengerutkan keningnya saat tiba - tiba dia merasakan panas di tubuhnya. Matanya melirik wine yang ada di tangannya, lalu menatap tajam Angeline yang sudah tersenyum lebar. Pandangan mata Xander menajam dan rahangnya mengeras.
"Kau yang melakukannya?" desis Xander
Angeline bangkit berdiri dan melangkah dengan gerakan menggoda dan sensual mendekati Xander. Xander yang melihat itu langsung meremas gelas wine di tangannya membuat gelas itu pecah dan hancur dan melukai tangannya.
Angeline yang mengira itu adalah bentuk pengalihan gejolak Xander langsung menaikkan alisnya. Sesungguhnya dia sedikit takut jika melihat tenaga Xander yang begitu kuat. Jika gelas itu dengan mudah pecah karena genggamannya, lalu bagaimana dengan nasibnya? Tapi semua sudah terjadi, Angeline tak mungkin mundur sekarang! Paling parah dia tak bisa berjalan besok, dan tak masalah asalkan bisa menikah dengan Xander.
Angeline melangkah mendekati Xander, dan langsung mendudukkan dirinya di pangkuan Xander. Xander menggeram ketika merasakan kulit Angeline menyentuh dirinya.
"Menyingkir sebelum kau menyesal!" bisik Xander berbahaya.
*
*
*
Jemima membelalakkan matanya melihat punggung Audrey yang penuh dengan bekas luka.
Tidak hanya luka baru tapi juga ada beberapa yang sudah mengering dan ada beberapa yang sudah lama dan masih meninggalkan bekasnya. Ellea yang juga berada di sana langsung terpaku melihatnya.
"Astaga! Apakah mereka hewan!" bisik Ellea
Jemima mengangguk setuju pada puterinya, bahkan Jemima tak sadar bahwa puterinya baru saja berteriak di depannya. Jemima mengangkat tangannya dan menyusuri luka di punggung Audrey dan gadis itu langsung meringis.
"Mereka melakukan ini semalam?" tanya Jemima
Audrey mengangguk pelan, "Bolehkah saya memakai pakaian tertutup aunty?"
Jemima mengangguk, dia meminta Ellea memilihkan pakaian lain untuk Audrey. Tadinya mereka memilihkan sebuah gaun terbuka di punggung untuk Audrey. Tapi saat Audrey menolak, dan Jemima memaksa, akhirnya Audrey menunjukkan kondisi punggungnya pada Jemima.
Ellea kembali dengan sebuah dress yang panjangnya di bawah lutut dan berlengan panjang. Dress itu tentu saja mampu menutup semua luka di punggung dan paha Audrey. Sehingga Audrey dengan cepat memakai gaun berwarna soft pink itu dengan cepat.
Setelahnya Jemima meminta penata rambut dan perias untuk membantu calon menantunya ini bersiap. Dia harus membuat Audrey tampil menawan untuk bertemu Xander. Hingga Xander akan berubah pikiran dan jatuh cinta pada Audrey.
Setelah menunggu beberapa saat, Audrey akhirnya siap. Rambutnya di tata sedemikian rupa dan make up nya juga hanya tipis, sehingga tidak membuat gadis berusia sembilan belas tahun itu tampak tua. Dewasa, tapi tidak tua. Jemima langsung menatap Ellea dan keduanya tersenyum bersama, puas dengan hasilnya.
"Baiklah, kita ke hotel sekarang!" ucap Jemima
Mereka kembali masuk ke mobil, tapi kali ini Hector sudah mengambil alih kemudi. Kevin sudah mengirimkan Hector dan melarang isterinya mengemudi sendiri. Sehingga Ellea memilih duduk di depan, di samping Hector dan Jemima duduk bersama dengan Audrey di belakang.
"Jangan gugup ya? Kamu adalah calon isteri Xan kami dan bukan Angeline!" ucap Jemima lembut
Audrey mengangguk pelan, "Ya aunty"
"Dan tolong bersabar, Xan kami memang sedikit kaku dan dingin, tapi jika kamu sudah memenangkan hatinya, dia akan berubah menjadi pribadi yang sangat hangat" ucap Jemima lembut
Audrey mengangguk lagi, "Ya"
Setelah beberapa menit menghabiskan waktu di perjalanan, akhirnya mereka sampai di hotel milik keluarga Bastian. Mereka keluar, dan para pegawai langsung membungkuk memberi hormat ketika melihat kehadiran Jemima dan Ellea.
"Antarkan nona Audrey ke kamar tuan muda" ucap Jemima
Seorang wanita yang adalah resepsionis langsung terdiam mendengar perintah nyonya besarnya, "Tapi nyonya, tadi sudah ada wanita bernama Audrey yang masuk ke dalam kamar tuan muda"
Jemima mengangguk tenang, "Hmm, biarkan! Perintahku antarkan nona Audrey yang asli, ini, ke kamar tuan muda!"
"Ba-baik nyonya" ucap resepsionis itu
Audrey menoleh pada calon mertuanya bingung, apakah sekarang dia akan naik sendirian? Jemima tersenyum lembut melihat tatapan Audrey, "Xan akan marah kalau aunty dan Ellea ikut naik. Naiklah, dan tunjukkan siapa kamu di depan Angeline! Aunty yakin, Xan akan membelamu"ucap Jemima