Di pertengahan tahun 2010, kerasnya kehidupan wanita bernama Sekar Nabila Putri dimulai. Tak ada dalam benak Sekar jika hidupnya setelah selesai kuliah berubah menjadi generasi Sandwich.
Setiap anak tentu tak bisa memilih di keluarga mana mereka dilahirkan. Ibunya lebih menyayangi sang kakak daripada Sekar. Alasannya sepele, hanya karena kakaknya adalah laki-laki dan menjadi anak pertama. Sedangkan Sekar adalah anak perempuan, si bungsu dari dua bersaudara.
Impiannya menjadi seorang akuntan yang sukses. Untuk menggapai sebuah impian, tak semudah membalikkan telapak tangan. Sekar harus terseok-seok menjalani kehidupannya.
Aku butuh rumah yang sebenarnya. Tapi, saat ini rumahku cuma antidepressant ~ Sekar Nabila Putri.
Akan tetapi sederet cobaan yang mendera hidupnya itu, Sekar akhirnya menemukan jalan masa depannya.
Apakah Sekar mampu meraih impiannya atau justru takdir memberikan mimpi lain yang jauh berbeda dari ekspektasinya?
Simak kisahnya.
Mohon dukungannya.💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - Terpaksa Berbohong
"Ya, ada kenaikan. Tapi gak banyak, Bu."
"Jadi, gajimu yang sekarang berapa?"
"Nambah lima ratus ribu, Bu."
"Ah, masa gajimu cuma nambah lima ratus ribu sih Kar? Kan kantormu sekarang itu gede. Provider ternama di negeri ini masa kasih gaji karyawan segitu?" Bu Nanik merasa ragu dan tak percaya dengan ucapan Sekar. "Resti kerja di sana sudah dua tahun sejak kalian lulus kuliah, gak mungkin dia betah di sana kalau cuma gaji dua juta lima ratus ribu doang!" sambungnya.
"Setiap orang bekerja kan gak melulu karena cari gaji gede, Bu. Keluarga Resti kan orang berpunya. Dia pernah bilang ke Sekar kalau kerja cuma buat hiburan biar gak kelihatan nganggur di rumah yang cuma bengong saja. Jadi, ya Resti gak terlalu butuh gaji tinggi. Yang penting nyaman saat bekerja,"
Sekar terpaksa berbohong pada keluarganya perihal gajinya di PT. HALO. Bukan bermaksud membohongi kedua orang tuanya, tapi dirinya bertekad ingin menabung serta mewujudkan segala impiannya di masa depan dengan baik tanpa membebani orang tuanya di kemudian hari.
Jika perkara Resti, memang faktanya seperti itu karena sahabatnya tersebut yang mengatakan alasan bekerja pada Sekar. Resti kategori dari keluarga yang berpunya. Resti tak pernah memberi uang gajinya tiap bulan pada orang tua. Alhasil kerja hanya sekedar hiburan bukan mencari uang semata bagi Resti.
"Sekar masih masa percobaan, Bu. Nanti kalau lulus baru jadi karyawan kontrak. Doakan saja kenaikan gaji Sekar di kantor baru bisa cepat dan lancar,"
"Apa? Jadi kamu di situ belum karyawan tetap, Kar?"
"Belum, Bu."
"Gaji ketimbang naik cuma sedikit saja, eh ini malah turun level jadi karyawan kontrak. Mending di kantor lamamu gaji dua juta tapi karyawan tetap," ucap Bu Nanik.
"Tapi di sana kan sudah dua tahun ini gak ada kenaikan gaji, Bu. Kalau bertahan di sana terus, gimana ke depannya? Ujungnya Sekar gak maju-maju," jawab Sekar lirih.
"Cari kerja lain yang gajinya gede dan kamu jadi karyawan tetap. Kalau enggak, ya kamu daftar CPNS saja."
"Sekar kan udah sering coba CPNS tapi ya belum rezekinya di sana, Bu."
"Masa kamu daftar CPNS kalah sama Si Ucik sih, teman mainmu di kampung sini! Dia saja sekarang sudah jadi PNS di kota tetangga,"
Sekar memilih untuk diam dan tak menanggapi ucapan ibunya yang terakhir. Faktanya, teman Sekar yang bernama Ucik dan rumahnya masih satu RT itu memang diterima sebagai PNS hanya saja melalui jalur ordal bukan jalur langit.
Ibu kandung Ucik sendiri yang sempat mengatakan pada beberapa tetangga dekatnya dengan bangganya jika berhasil memasukkan anaknya lewat ordal. Sekar sudah tahu hal itu dari bibir Ucik sendiri.
Bukan rahasia umum lagi untuk hal seperti ini di sekitar kita. Ada uang dan punya koneksi, maka bisa diatur untuk berjalan sesuai keinginan kita.
"Sudah-sudah. Ibu pagi-pagi malah bahas gaji anak, eh terus melebar ke tetangga yang PNS. Rumput tetangga selalu hijau, Bu. Gak usah pedulikan tetangga mau ngapain. Yang penting kita syukuri saja apa yang ada di keluarga sendiri. Harusnya ibu doakan Sekar biar lancar kerjanya," tutur Pak Tresno.
"Ya, ibu penginnya Sekar itu kerja mapan Pak. Apa salahnya?"
"Gak salah, Bu. Cuma jangan menekan anak juga. Biarkan anak memilih jalan hidupnya sendiri. Yang penting halal dan pakai cara yang bersih biar berkah. Buat apa kaya dan jabatan mentereng kalau dari hasil yang gak halal. Apa ibu mau dikasih makan sama anak tapi uangnya gak halal?"
"Ya gak mau lah, Pak."
"Nah itu ibu paham. Bisa dosa nantinya," ucap Pak Tresno.
Setelah selesai membungkus bekalnya, Sekar berpamitan untuk berangkat kerja. Hari ini dirinya hanya membawa bekal mie goreng instan dan telur mata sapi.
Dikarenakan Sekar masih masa OJT, maka ia belum mendapatkan jatah makan siang dari kantornya. Jatah makan siang khusus diberikan pada karyawan kontrak dan tetap saja.
Pukul 07.00 WIB motor matic Sekar melaju dari rumahnya menuju gedung PT. HALO yang berada di tengah kota Surabaya. Operasional bagian Call center berada di lantai 12 yakni lantai paling atas sendiri di gedung tersebut. Sedangkan lantai paling bawah yakni gerai milik PT. HALO dan sebuah minimarket. Di bagian tengah khusus ruangan para petinggi, HRD, keuangan, serta back office.
Sekar masuk pukul delapan pagi. Ia sengaja berangkat lebih awal karena jarak tempuh dari rumah ke kantor barunya itu sekitar tiga puluh menit jika berkendara. Alasan lain karena Sekar juga ingin mempelajari beberapa hal di kantor untuk persiapan hari pertama bekerja. Datang lebih awal bukankah lebih baik daripada terlambat.
Jujur masih ada rasa gugup yang melanda dirinya. Walaupun ketika training yang lalu, ia sudah bertemu pelanggan melalui udara untuk beberapa menit dan berjalan lancar tanpa hambatan yang berarti. Akan tetapi, ketika bekerja pasti atmosfer serta ritme akan beda dibandingkan sewaktu training.
☘️☘️
Saat ini Sekar sudah berada di jalan raya. Ia membawa motornya dengan kecepatan sedang. Tiba-tiba ada petugas berseragam coklat menghentikan laju motornya dan menyuruh Sekar untuk menepi.
Sekar pun menuruti perintah polisi lalu-lintas tersebut. Lalu, Sekar membuka kaca helmnya.
"Selamat pagi, Mbak. Anda baru saja melanggar rambu-rambu lalu lintas," ucap polisi tersebut dengan ramah namun terlihat tegas.
"Memangnya saya melanggar apa, Pak?"
"Lampu lalu lintas tadi merah dan Anda tetap lanjut jalan bukan berhenti," jawab si polisi yang berjenis kela_min laki-laki.
"Tadi saya lihat lampunya masih kuning bukan merah, Pak. Otomatis ya saya masih jalan lah. Perempatan ini kan jaraknya sangat lebar. Dari sana lampu masih kuning terus pas saya di tengah jalan belum sampai ke sisi seberang sini misal mendadak merah, apa saya harus berhenti di tengah perempatan?" cecar Sekar tak terima dituduh melanggar lalu-lintas.
"Ya bisa-bisa saya ketabrak dari arah lain yang lampunya baru menyala hijau dong, Pak. Gimana sih, Bapak?!" seru Sekar. "Ya mana saya tahu kalau di tengah jalan perempatan mendadak lampunya berubah dengan cepat dari kuning ke merah," sambungnya.
"Boleh tunjukkan SIM dan STNK motornya?" pinta sang polisi.
"Boleh, Pak." Sekar kemudian memberikan apa yang diminta oleh polisi tersebut.
"Ayo kita masuk ke pos polisi di sana. Kita duduk di dalam,"
"Loh mau apa, Pak? Kan saya gak salah loh," tolak Sekar.
"Lebih baik bicara sambil duduk di dalam pos," saran sang polisi.
"Saya buru-buru mau kerja nih, Pak."
"Ayo, saya tunggu. Daripada SIM dan STNK nya gak balik!" ancamnya.
Seketika...
Bersambung...
🍁🍁🍁
cintanya emang pollllllllllllllll
Sekar pelan² sajaaaaaaa
dihhh si yuni ga di beliin oleh" ko sewot, dasar ipar ga da ahlak