Diharapkan bijak dalam memilih bacaaan
Rosaline Malorie adalah seorang wanita sederhana, tidak suka pakaian terbuka, cantik, rendah hati, tapi selalu diabaikan oleh kedua orang tuanya. Dalam hidupnya tidak sekalipun mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya dan kakak satu- satunya, bahkan dijadikan jaminan untuk mempertahankan perusahaan ayah yang tidak mengangapnya.
Tapi semua penderitaan Rosaline berubah, ketika dia secara tak sengaja bertemu dengan seorang CEO dari perusahaan terkenal di Spanyol dan termasuk jajaran orang terkaya di Eropa. Pria itu mengklaim bahwa Rosaline adalah wanitanya.
Rhadika Browns adalah seorang CEO berkedok Mafia. Jarang orang yang mengetahui wajah dari ketua Black Sky ini.
Bagaimana kisah pertemuan mereka?
Apakah Rosaline besedia menjadi milik Rhadika, dan menjalani takdir yang mempermainkannya ketika masa lalu pria itu muncul kembali?
Apa alasan Adijaya selalu mengabaikan Rosaline?
So,Yuk kita baca selanjutnya di cerita Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon The Winner Purba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belajar Menembak
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK. LIKE, VOTE, KOMEN DAN HADIAHNYA. GRATIS KOK🤣🤣👌
Mendengar ejekan Levi, Ros cemberut dan menunduk. Ia merasa seperti orang bodoh saat ini. Ditambah Levi selalu mengejeknya, membuat harga diri ya seakan jatuh didepan suaminya. Tingkah Ros tidak lepas dari penglihatan Dika. Ia lalu menutup laptopnya.
"Ada apa baby, hmm?" ucap Dika berdiri lalu mengusap pelan kepala istri kecilnya. Ros langsung menelusupkan kepalanya ke dada bidang suaminya.
"Aku ingin belajar menembak, bolehkah?"
"Tidak boleh!"
"Kenapa?"
"Otak kecilmu ini tidak akan mampu melakukan nya," ucap Dika sambil menyentil dahi istrinya.
"Tapi aku adalah seorang istri dari bos mafia. Harus kuat, bisa menembak, bisa bela diri," ucap Ros dengan wajah serius.
"Litle wife Kakak ipar," sahut Levi berhasil memicu emosi kakak iparnya.
"Sayang, boleh yah. Dan aku mau Levi yang menjadi papan tembaknya," seru Ros dengan puppy eyesnya. Levi melotot disana. Apa dia akan dijadikan sebagai bahan percobaan? Levi melihat kakak iparnya sedang tersenyum licik.
"Boleh ya sayang," bertahan dengan puppy eyesnya. Melihat puppy eyes Ros, Dika tidak sanggup menolaknya dan hanya pasrah mengangguk saja.
"Yes, habislah kau Levi," ucap Ros terang-terangan menggertak adik iparnya.
"Sayang, kamu disini saja. Punggung mu masih sakit bukan? Biar Levi saja yang mengajariku nanti."
"Kau pikir aku lemah seperti pria itu?" tunjuk Dika kearah adiknya Levi. "Kenapa sepasang suami istri ini selalu menyiksaku?" batin Levi.
"Tapi Sayang...."
"Yang sebenarnya suamimu siapa? Aku atau dia?" Dika mengulangi perkataan istrinya tempo lalu. Ros yang mendengar itu menunduk malu.
"Baiklah, kamu ikut," jawab Ros pasrah.
Mereka keluar dari ruang kerja menuju ruang belakang mansion. Didepan pintu Clasy masih setia menunggu majikannya. Dika yang melihat itu hanya abai saja, tapi saat Dika hendak berjalan seperti ada yang menahan ujung bajunya. Dan benar saja, istri kecilnya sedang menahan ujung bajunya.
"Ada apa?" tanya Dika.
"Sayang, bisa tidak aku bawa temanku?"
"Teman? Apa kamu punya teman di negara ini?"
Ros berbalik dan menunjuk wanita berbaju pelayan didepan pintu ruang kerja.
"Dia temanku, saat kamu pergi waktu itu, Clasy menemaniku dan kami jadi teman," ucap Ros dengan senyum polosnya.
"Hmm, baiklah. Levi, beri tahu Max untuk datang ke mansion dan suruh keruang kerja ku" titah Dika.
Clasy yang dipanggil sebagai teman oleh nyonya mudanya merasa terharu sekaligus terbebani. "Nyonya, saya mohon jangan seperti ini. Saya akan lebih sulit untuk melakukan tugas saya," batin Clasy namun tetap tersenyum kearah Ros.
Akhirnya orang-orang didepan pintu ruang kerja itu akhirnya serentak menuju ruang belakang mansion.
" Levi, berdiri didepan papan tembak!" Sesuai permintaan Ros, Dika menyuruh Levi sebagai papan percobaan.
"Kakak ipar, seriously?" tanya Levi panik.
Ros sebenarnya tidak tega namun rasa kesalnya mengalahkan belas kasihnya.
Melihat tidak ada respon kakak iparnya, terpaksa Levi menjadi papan tembak percobaan.
"Baiklah Baby, aku akan mengajarimu!"
Dika mulai mengambil pistol yang terletak dimeja kecil dan mulai mengisi peluru. Lalu memeluk Ros dari belakang.
"Pegang pistolnya Baby, haru sejajar dengan bahu. Jangan tegang dan atur nafas dengan beraturan. Genggam pistolnya dengan kuat, masukkan jari telunjuk mu ke trigger!" Dika memberikan arahan dengan serius. Levi yang menjadi papan target hanya menatap datar kearah pistol.
Dika merasa istrinya tidak mengikuti arahannya, tapi ia merasa bahu istrinya bergetar. Dika langsung melepaskan pistol dan membalikkan tubuh istrinya. Benar saja, mata istrinya sudah siap mengeluarkan air mata.
"Why bab?" tanya Dika dengan khawatir.
"Sayang, hiks... hiks.. kasian Levi," Isak Ros dan berhasil memicu tawa Levi disana. Levi mendekat sambil tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha, Kakak ipar katanya mafia boss' litle wife, tadi saja sok berani. Sekarang sudah seperti anak kecil yang tidak diberi jajan," ucap Levi kembali tertawa.
Dika yang melihat istrinya tambah deras air matanya mendekat dan menghapus air mata istri kecilnya. "Sudah kukatakan, otak kecilmu tidak akan bisa melakukan nya."
"Hiks, tapi aku pengen belajar menembak."
"Baiklah, mulai belajar dengan pelan bersama Levi. Aku harus melanjutkan meeting tadi. Max akan membantu kalian," ucap Dika dan diangguki Ros. Dika meninggalkan ruang latihan dan menuju ruang kerjanya dimana Max sudah menunggu disana.
"Bagaimana Max, apa sudah ada kabar tentang ketua baru Ghost Lion?"
"Belum Tuan, mereka sangat tertutup dan tidak meninggalkan jejak."
"Selalu pantau, dan satu lagi perketat penjagaan istriku. Mereka pasti akan menargetkan titik kelemahan ku!
"Baik Tuan."
"Hmmm. Kita keruang latihan sekarang, istriku ada disana." Kedua pria itu akhirnya beranjak menuju ruang latihan.
Sesampainya disana, mereka melihat dua orang sedang bertengkar. Dimana si wanita sedang berada di ketiak sipria.
"Lihat, Kakak ipar memang litle alias kecil seperti kelinci," ucap sipria dengan mensejajarkan kepala kakak iparnya kedalam ketiaknya.
"Aish, Levi lepasin gak. Aku laporin nanti sama suamiku kau melecehkan aku!" Akhirnya Levi melepaskan kakak iparnya. Clasy yang ada disana tertawa melihat tingkah majikannya.
Levi sebenarnya sudah mengajari kakak iparnya tadi meskipun masih dikatakan gamblang. Namun kedua orang itu selalu memiliki perdebatan ditengah keseriusan.
"Clasy, kamu juga harus belajar menembak," akhirnya Ros buka suara setelah menetralkan rasa kesalnya pada Levi.
"Maaf Nyonya, saya tidak layak belajar ditempat ini," ucap Clasy menunduk.
"Kau melawan perintah ku?" seru Ros dibuat-buat seperti marah besar.
Dengan terpaksa Clasy mengambil pistol yang terletak disana. Dengan lihai meskipun tidak terlalu tepat, namun tembakan Clasy hampir mengenai titik target.
Ros menutup mulutnya tak percaya.
"Wow, Clasy kamu hebat," puji Ros. "Apa kamu juga bisa bela diri," tanya Ros kembali.
"Sedikit Nyonya."
Dika yang melihat aksi pelayan pribadi istrinya mendekat. "Kamu akan diajari oleh Max agar lebih baik. Kamu juga akan saya jadikan sebagai pelayan pribadi sekaligus pengawal istriku," titah Dika.
Max dan Clasy yang mendengar itu melotot tak percaya. Mereka berdua saling menatap sesaat dan secara bersamaan membuang muka.
"Dan kamu kelinci kecil kemari!" Ros ikut saja dan mengikuti suaminya dari belakang.
"Sayang kenapa aku tidak ikut belajar bela diri? Pasti seru," ucap Ros antusias.
"Aku belum sembuh, belum bisa mengajarimu." Ros manggut-manggut, ia tau suaminya tidak akan rela pria lain menyentuhnya, kecuali Levi adik ipar menyebalkannya.
Sedangkan diruangan latihan Max sedang melatih Clasy bagaimana cara menembak. Max memeluk Clasy dengan erat dan mengarahkan posisi jari yang benar.
Sekilas Max terkejut, "Aroma wanita ini. Kenapa sama seperti... Ah tidak mungkin. Pasti hanya kebetulan saja. Banyak aroma tubuh wanita seperti ini," batin Max.
Jempolnya, jangan lupa😊👍👍👍
Gracias (Terimakasih 😊) 🇪🇸