Jelly Putri Wijaya sadar, menikahi seseorang yang tidak dicintai hanya akan membawa masalah. Itulah alasan mengapa ia harus menghentikan rencana pernikahannya dengan Benjamin Huang. Mungkin lebih tepatnya melarikan diri dari pernikahan itu.
Pelarian Jelly ke Hongkong mempertemukan gadis itu dengan Oscar Liu, musisi muda yang sedang naik daun dan digilai fans. Sosok Jelly yang kikuk dan misterius, membuat Oscar tertarik menjadikan gadis itu tameng dari serbuan gosip media.
Perasaan Oscar yang semakin kuat dan kenyataan bahwa Jelly bukanlah gadis sembarangan, membuat Oscar jadi mempertanyakan niatnya. Jelly pun sadar bahwa ia tidak bisa selamanya melarikan diri. Ketika masa lalu dan masa depan bertarung di depannya, akankah Jelly kembali lari dan menjauh dari kebahagiaan?
Bagaimana kisahnya? yuk ikuti di novel baruku.. 🙏
Jika suka, like, komen positif, sub, rate 5 and share ya.. Terimaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Slyterin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10.
"Maaf, " gumam Jelly.
"Kenapa kau harus minta maaf? "
Jelly bisa menebak laki-laki itu pasti kelihatan sekali bingung, tanpa harus menatapnya. "Kalau kata- kata ku membuatmu tak nyaman atau melukaimu."
"Kata-kata yang mana? "
Jelly akhirnya menoleh. "Aku tahu. Aku ini sungguh bisa melihatnya dari matamu. "
Oscar tertawa kecil.
"Mungkin omong kosong bagimu. " Jelly tersenyum." Selain menjadi asisten desain, aku juga seorang yang mencintai lukisan. Cukup melihat mata saja. Aku bisa melukis perasaan seseorang."Senyumannya mulai mengembang ketika tawa Oscar menyurut.
"Kau mempelajari Mesir saat di Universitas?" Tanpa menunggu jawaban pemuda itu. Jelly bertanya lagi, " Dimana? "
Oscar tersenyum. Dari bahasa tubuhnya, laki-laki itu terlihat gelisah. Jelly bisa melihatnya enggan untuk menyimpulkan apa- apa. Ia takut dinilai sok tahu, dan meski kenyataannya, ia yakin, Oscar sudah bisa dan sudah beranggapan begitu terhadap dirinya saat ini.
"Di... di jurusan Bahasa Italia. Fakultas bahasa modern dan pertengahan. Cambridge University."
mata Jelly melebar. " Cambridge University? " tanyanya, tanpa bisa menutupi nada kagum pada suaranya. "Jadi kau pernah tinggal di Inggris?"
Untuk sejenak, Jelly Putri Wijaya lupa akan rasa yang menjadi ketakutannya. Saat ini, ia bahkan benar- benar tidak ingat kalau dirinya sedang berada di dalam pesawat yang selama ini dianggapnya sejenis. " Burung besi raksasa mematikan" itu.
****
Oscar Liu tertawa sumbang. Bagaimana mungkin gadis ini yang entah siapa namanya bersikap seolah- olahraga mengenal dirinya.
"Mungkin omong kosong bagimu. " Oscar melirik ke arah gadis itu ketika ia melihat gadis itu bicara lagi." Selain asisten desain, aku juga seorang yang sangat mencintai lukisan. Cukup melihat mata saja. Aku ini bisa melukis perasaan seseorang."
Jeda sejenak. Kali ini Oscar bertanya-tanya dalam hati, bagaimana kalimat, bahkan dari gadis asing ini, bisa langsung mengenai sensorinya. Dia tahu..? Dia.. Pelukis? "
"Kau mempelajari Italia juga saat di universitas? Di mana? "
Pertanyaan gadis itu menyadarkan Oscar dari alam lamunan se saatnya. Ia segera menyembunyikan kegelisahan di wajahnya dan mencoba santai." Di fakultas Bahasa Modern dan pertengahan, jurusan Bahasa Italia. Cambridge University." Entah kenapa suaranya terdengar aneh saat mengucapkan kalimat itu.
"Cambridge? " Mata gadis itu berkilat- kilat penuh kekaguman. Oscar sudah menduganya. " Jadi kamu pernah tinggal di Inggris? "
"Tolong, jangan, " sela Oscar sungkan. "Aku bertahan hanya setahun di sana. "
Ekspresi gadis itu langsung berubah." Hanya setahun saja? "
Oscar mengangguk sekali. Sedikit yang bisa untuk di ceritakan olehnya tentang alasannya meninggalkan salah satu universitas fenomenal itu. Ia belum mau membuka diri, atau lebih tepatnya takut jika gadis itu mengetahui terlalu banyak.
"Tapi kenapa? " Gadis itu terlihat bingung.
"Juilliard, " sahut Oscar akhirnya. Tanpa menunggu reaksi gadis itu, ia segera menambahkan, "Aku ini meninggalkan Cambridge karena diterima di Juilliard universiti."
" Tentu saja, "sahut gadis itu sambil tersenyum lebar. " Sepertinya kau benar-benar mencintai musik."
"Musik yang mencintaiku, " tukas Oscar, menjaga nada suaranya jauh dari kesan dramatis.
"Jawaban khas seorang seniman." Kilas kagum dan pengertian pun langsung terpancar pada tatapan gadis itu
" Well, Aku terkesan. "
****
Hongkong, Tiongkok.
Berbagai rencana simpang siur di kepala Oscar Liu setelah pemeriksaan imigrasi. Antara ragu dan yakin, ia terus memikirkan sosok gadis yang menjadi teman duduknya di pesawat tadi. Penasaran? Mungkin kata itu yang paling tepat untuk menggambarkan semua perasaannya saat ini. Entahlah, perasaannya kini semakin tak menentu sejak meninggalkan ruangan kedatangan. Oscar Liu menyibukkan pikirannya itu sambil tetap berjalan. Sayangnya, sosok yang mulai memenuhi pikirannya tidak terlihat lagi sejak turun dari pesawat. Mereka berpisah saat itu juga.
"Kemana perginya gadis itu?" Oscar Liu bertanya kepada dirinya sendiri. Rasa penasaran membuatnya mengitari setiap sudut tempat itu."Aku baru tahu dia memiliki kemampuan menghilang seperti ini?"
Oscar Liu mengerutkan kening dan termenung. Ah, Kenapa ia harus memikirkan gadis itu? Seingatnya, ia belum pernah seperti ini sebelumnya. Merasa tertarik begitu saja akan sesuatu, terlebih perempuan. Tapi sepertinya gadis itu memenuhi kriteria dan bisa di ajak bekerjasama. Bukankah ia membutuhkan gadis yang seperti itu untuk menghalau pemberitaan media yang selama ini menyeret dirinya, Selina Tan dan juga Benjamin Huang?
Hiruk-pikuk di sekelilingnya membuat Oscar merasa canggung. Ia tidak bisa mencegah dirinya untuk ia bisa memeriksa gadis- gadis yang melintas. Sambil mengabaikan perasaan aneh yang singgah di dalam benaknya, ia berjalan menyusuri lorong panjang yang dipenuhi tiang-tiang tinggi. Oscar Liu memang bukan golongan laki-laki yang mudah terkesan, apalagi jika itu menyangkut gadis-gadis. Tetapi obrolan terakhir mereka membuat gadis itu berbeda di matanya. Eh, entah bagaimana, tapi ia yakin bahwa gadis itu yang memang sosok yang dibutuhkannya saat ini.
Mata Oscar Liu melebar ketika ia mendapati gadis itu berdiri di depan mesin tiket berwarna kuning yang ada di beberapa meter di seberangnya. Entah kenapa ia seolah tersihir untuk mengamati gadis itu.
Di lihatnya gadis itu sibuk menekan tombol mesin dan sambil bibirnya bergerak-gerak menggumamkan sesuatu. Sedetik kemudian gadis itu sudah terlihat memperbaiki letak topi beanie di kepalanya dan tersenyum-senyum sendiri.
Tidak salah lagi. Senyuman Oscar Liu telah kembali mengembang...
****
"Bahasa Inggris, tiket lain, single, ke Kowloon central, kelas dua, dan.. " Jelly Putri Wijaya sibuk menekan tombol pada mesin tiket sambil mendikte dirinya sendiri. Selanjutnya, ia sudah melihat sekeliling peron sambil tersenyum lebar. Ia merasa begitu senang bisa menginjakkan kakinya kembali di darat.
"Hei, kau, " kata seorang laki-laki.
Jelly menoleh ke sumber suara itu. Tatapannya kini langsung terkunci kepada seorang laki-laki bertubuh super jangkung yang sedang melambai ke arahnya. Senyuman di bibir Jelly langsung menyurut. "Ah, apa pula.. " Dia menggumam pada dirinya sendiri begitu Oscar Liu, ya laki-laki itu lagi, berjalan menghampiri dirinya.
"Apa yang kau lakukan disini? " tanya laki-laki itu.
Alis Jelly terangkat. "Apa yang kulakukan disini?" ulangnya keheranan saat laki-laki itu tiba di hadapan dirinya. Ia melirik mesin tiket di sebelahnya sebentar, lalu menatap agak bingung pada Oscar Liu. " Kenapa kau ingin tahu? "
Laki-laki itu tersenyum riang."Kau mau ke Kowloon central? "
Jelly semakin tidak mengerti. Apakah ini hanyalah perasaannya, tetapi kenapa laki-laki itu tiba-tiba kini menjadi perhatian begini? Oh, hentikan Jelly Putri Wijaya. Dia hanya bertanya.
Jelly Putri Wijaya menggerak- gerakkan sepatunya untuk menahan gugup. "Ya, aku baru memesan tiket. " Ia menunjuk mesin tiket di dekatnya. "Kenapa? "
"Kalau begitu aku ikut denganmu. "
"Apa? " sahut Jelly agak keras. Merasa malu dengan nada suaranya, ia memelankan suaranya, "Kenapa kau harus ikut denganku?"
Bersambung!!