Suami Misterius Ku

Jujur saja Ervan agak kecewa karena Sela malah pulang duluan kala itu, mana sampai sekarang dia juga masih belum tau di mana rumah nya Sela berada. gadis itu sangat misterius sekali kepribadian nya sehingga tidak banyak yang tau soal dia atau pun hidup nya, karena semua teman jawab nya sama saat Ervan bertanya.

Mereka semua tidak tau di mana rumah Sela berada, rasa nya memang tidak mungkin mereka pura pura tidak tau karena Sela memang jarang mengajak mereka main kerumah nya. jangan kan mengajak mereka main, untuk bicara saja dia masih pilih pilih dan bila di tanya maka oleh mereka baru lah Sela mau menjawab.

Sekarang Ervan yang bingung kesana kemari berusaha mencari alamat rumah nya Sela, sekarang tujuan nya adalah Amara. gadis itu pasti tau di mana rumah Sela berada, sebab dia yang bisa paling dekat dengan Sela, oleh sebab itu sekarang Ervan menemui kost Amara yang sempit sekali.

Sebab sebagai karyawan biasa mana mungkin akan sanggup untuk kost di tempat yang mahal, beda dengan Sela yang sudah jadi asisten. Amara dan Celin masih karyawan biasa yang gaji nya pas pasan, tidak bisa dan mana mungkin akan sanggup memenuhi gaya hidup untuk tinggal di tempat mewah pula tentu nya.

"Siapa dia, Ra?" Ervan menatap pria tampan yang duduk di kursi.

"Ini nama nya Bastian, dia teman nya Sela sejak SMA." jelas Amara tersenyum.

"Oh, saya Ervan teman kerja nya Sela." Ervan mengulurkan tangan.

"Salam kenal." Bastian menyambut nya ramah juga.

"Kok bisa kenal juga sama Amara?" Ervan membuka obrolan.

"Saat Sela di rawat, Amara yang memberi tahu ku dan kami sedikit kenal." jelas Bastian.

"Oh begitu." angguk Ervan tersenyum pula dan menatap Amara yang masih mengambil kan minuman pula.

"Kamu tumben main kesini, Van? ada angin apa memang nya!" Celin yang bertanya dan ikut duduk dengan mereka juga di kursi.

"Mau tanya soal kepulangan nya Sela, apa kalian juga tau?" tanya Ervan yang masih penasaran juga.

"Dia pulang sama orang tua nya enggak sih? aku juga tidak tau dia pulang sama siapa." Celin menatap Ervan.

"Aku datang juga mau tanya soal itu, ku kira Sela pulang sama mereka." Bastian membuka suara.

"Kalian tidak ada yang tau alamat rumah nya Sela?" tanya Bastian lagi.

"Untuk apa juga kamu tanya alamat rumah Sela, nanti Mama mu datang lagi dan melabrak dia!" sengit Celin langsung ingat.

"Lagi?!"

Bastian kaget karena Celin bila melabrak lagi, memang Bastian tidak tau bahwa kala itu Mama Linda datang untuk melabrak Sela yang baru saja di jenguk oleh Bastian dan juga Dion. maka setelah mendengar ucapan Celin, Bastian menjadi sangat kaget dan juga bingung mendengar kan nya.

"Kemarin kan Mama kamu marah marah, aku sampai tidak enak sama Sela karena aku yang memberi tau kamu soal dia." jelas Amara.

"Kapan Mama aku datang kesana?!" Bastian sungguh syok mendengar nya.

"Tidak lama kamu pergi, kan dia langsung datang! bahkan sampai memukul kaki Sela juga, gara gara itu kaki Sela berdarah lagi." jawab Amara.

"Udah deh kamu tidak usah sibuk mencari Sela, bukan apa apa ya! kasihan juga Sela, tau tau malah di labrak begitu." nasihat Celin.

"Tapi Mama aku udah meninggal, pulang dari sini aku langsung kerumah dan Mama ku menjadi mayat sudah." jelas Bastian.

"APA?!"

"Aduh!" Ervan menekap telinga nya karena kaget akan teriakan dua gadis ini.

Amara dan Celin tentu saja ikut kaget jadi nya karena tau tau saja Mama Linda sudah jadi mayat, padahal mereka masih menyimpan rasa kesal karena wanita itu sangat galak dan semau nya saja mengatai orang lain seolah tidak memikirkan perasaan orang.

"Demi Allah aku tidak bohong, Mama ku sudah di kubur sekarang." ujar Bastian menundukan kepala karena sedang sedih sekali.

"Dia itu mengaku sendiri kalau Mama kamu, jadi mana mungkin kami salah." jelas Celin.

"Iya, bahkan Sela juga mengungkit masalah masih di SMA." ucap Amara.

"Berarti itu memang Mama ku, tapi kok bisa ya pas aku pulang dia pun jadi mayat?" heran Bastian sungguh tidak mengerti akan kejadian ini.

"Eh ini aku tidak tau masalah itu, tapi apa benar kalau kalian memang tidak tau rumah nya Sela!" Ervan bingung juga lama lama.

Amara dan Celin langsung menggeleng karena mereka tidak mau bila Sela sampai marah, kalau Celin memang tidak tau akan masalah itu. hanya Amara saja yang tau dan dia tidak berani mau sembarangan lagi, sudah cukup kala itu dia merasa sangat bersalah akibat memberi tahu di mana rumah sakit Sela di rawat.

"Tidak tau, kami mana pernah lah di ajak Sela kerumah nya." jawab Amara.

"Kenapa rumah Sela sangat misterius sekali, aku tanya pada semua teman dan mereka memang tidak tau." keluh Ervan.

"Dia kan punya trauma besar, Mama ku lah yang sudah membuat trauma itu." Bastian mengakui nya.

"Gara gara apa, Bang?" Amara bertanya pelan.

"Ada suatu masalah dan Mama malah mengatakan pada semua orang, maka nya Sela menutup diri dan tidak pernah lagi mau pulang kekampung." jelas Bastian tanpa memberi tahu masalah nya.

"Apa masalah besar? kenapa Sela sampai trauma begitu!" Celin tak mengerti.

"Pokok nya ada masalah keluarga dan aku juga ada sangkut paut nya, maka Mama ku sangat dendam pada Sela! padahal Sela tidak salah." lirih Bastian.

"Astaga, hubungan kalian rumit juga ternyata." ujar Celin mengusap wajah nya kasar.

Bastian terdiam karena hubungan mereka memang sangat rumit sekali, sekarang saja mau di benahi tak kunjung bisa karena Sela sudah terlanjur tutup diri dan tidak mau mengenal masa lalu lagi. merasa dengan hidup nya sekarang baik baik saja, Bastian tidak tau bahwa Sela kerap di hantui oleh rasa takut akan mimpi buruk nya.

"Dia tidak bisa tidur dan kalau kata ku kena gangguan mental." lirih Amara yang kasihan juga pada Sela.

"Apa maksud mu?!" Ervan dan Bastian bertanya serentak.

"Sela itu tidak bisa tidur nyenyak, atau bis adi bilang jarang tidur." jawab Amara.

"Begadang dia?" tanya Ervan.

"Masa lalu yang Bastian bilang itu menghantui nya, mau siang pun kalau tidur maka dia akan mimpi buruk." jelas Amara.

Bastian tercengang karena membayangkan betapa buruk nya hidup Sela selama ini, pasti lah bayangan buruk tentang pesugihan Ibu nya yang masih menghantui Sela. Bastian yakin akan hal itu, namun dia tidak bilang pada orang orang ini karena itu sebuah aib.