Karya ini murni karangan author sendiri ya guys 😘 maaf bila ada kesamaan nama tokoh, atau banyak typo 🙏
Karya ini lanjutan dari novel "Ku Penuhi Janjiku"
Kisah percintaan Bara dan Gala yang cukup rumit, rasa enggan mengenal yang namanya 'CINTA' membuat Bara memutuskan untuk menyendiri dan fokus bekerja.
akankah Bara menemukan cinta yang bisa menggetarkan hatinya?
Apakah Gala dapat menemukan kembali belahan jiwanya yang mampu menyembuhkan lukanya?
Yuk, simak terus ceritanya sampai habis ya😘
HAPPY READING 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gala mengeluh
Gala menggantikan posisi Bara untuk sementara, selama ia mengerjakan pekerjaan Bara, kepalanya terasa berputar saking banyaknya tumpukan berkas dan juga beberapa email yang harus di periksa.
"Rasanya gue mau muntah, huek." Keluh Gala seraya menahan rasa mualnya, perutnya terasa bergejolak karena pusing di kepalanya.
Ramdan masuk kedalam ruangan membawa beberapa file penting, dia menahan tawanya melihat sepupunya yang sedang menahan rasa mual.
"Hihihi, mabok berkas kan loe." Ledek Ramdan.
"Gak lagi-lagi gue gantiin posisi Bara, sebanyak ini njir?" Keluh Gala sambil menatap tumpukan berkas di hadapannya.
"Jangan lupakan ini pula, mana seminggu semuanya harus clear lagi." Ucap Ramdan menyerahkan file pentingnya pada Gala.
"Anjir, gila! Mau bunuh gue loe?!" Pekik Gala. Dia membaca file yang di berikan Ramdan, sungguh sangat memuakkan.
"Santai aja kali, Bara yang tiap hari ngerjain yang lebih banyak dari ini aja biasa aja. Kenapa loe yang marah? Padahal loe cuman gantiin posisi dia sementara?" Ucap Ramdan.
Ramdan menjatuhkan tubuhnya diatas sofa panjang, sejenak ia memejamkan matanya guna mengistirahatkan tubuhnya.
"Gue gak mau tahu bang, cepetan loe telpon kak Bara dan bilangin jangan lama-lama jenguk pacarnya. Gue juga punya perusahaan sendiri meskipun gak gede, banyak yang harus gue urus daripada ngurusin istri orang." Ucap Gala.
"Kenapa gak loe aja yang telpon? Terus, tadi loe bilang pacar? Emang Bara punya pacar? Sejak kapan? Kok gue gak tahu? Loe mau urus istri orang? Siapa maksud loe?" Cerocos Ramdan tanpa jeda.
Gala melongo tak percaya, ia mengerjapkan matanya beberapa kali menatap Ramdan. Sumpah demi apapun, pertanyaan beruntun Ramdan membuatnya bingung.
"Kenapa diem? Jawab dong, kepo nih." Desak Ramdan langsung mengubah posisinya yang tadinya terlentang menjadi duduk.
"Anjir, gue jawab yang mana dulu? Loe nanya apa nge-rap?" Protes Gala.
"Yang mana aja dulu, terserah." Ucap Ramdan.
"Pertama, kak Bara punya pacar namanya Alea dan lebih tepatnya adiknya Hamzah. Dia jadian pas mau balik dari Bandung, sekarang pacarnya lagi ada masalah makanya dia khawatir and cus otw Bandung. Kenapa gue gak telpon sendiri, jawabannya karena gue takut hihihi. Terus yang ketiga, si Seora alias mantan gue terus spam gue dan loe tahu sendiri kondisi dia gimana, gue sih ogah jadi pelarian masalah dia, mana statusnya masih bini orang lagi. Lebih takut sih gue sama kak Azrio, kalo dah marah beuh seremnya melebihi daddy." Jawab Gala.
"Anjir sumpah, adeknya Hamzah? Bocil dong. Jangan-jangan tadi Bara nelpon gue juga ada hubungannya sama pacarnya itu, mana dia ngancem gue lagi." Tebak Ramdan. "Jangan mau loe berhubungan sama tuh cewek, kita emang harus saling tolong menolong. Kalo buat orang kayak Seora sih gue milih enggak deh, bukannya kejam atau gimana. Masalahnya, dia problematik banget, makanya kak Rio gak mau loe sampe kena imbasnya." Terang Ramdan menyetujui keputusan Gala.
Mereka berdua melanjutkan obrolannya sampe tidak sadar pekerjaannya terlewatkan, Gala dan Ramdan banyak bertukar cerita karena mereka juga jarang punya waktu banyak.
*
*
Di Sisi Lain.
Alea sudah di perbolehkan pulang, ia di gendong oleh Bara sampai masuk ke dalam mobil. Mutiara merasa iri melihat Bara yang begitu perhatiannya pada Alea, sedangkan ia menatap Hamzah dari samping, sekeras apapun usahanya untuk meluluhkan Hamzah tetap tidak membuahkan hasil.
'Apa gue uncrush aja ya, di pikir-pikir capek juga ngejar tapi gak balik di kejar. Boro-boro ngejar balik, responnya aja bikin ngelus dada.' Batin Mutiara.
Hamzah mengernyitkan dahinya merasakan perubahan sikap Mutiara, tidak biasanya gadis di sampingnya itu menjadi pendiam. Tetapi, ia tidak terlalu mempermasalahkan hal itu karena ia pikir Mutiara juga nanti akan kembali berisik seperti biasanya.
'Apa gue keterlaluan ya? Biasanya dia rame, tapi kok sekarang sepi.' Batin Hamzah.
Alea menatap kearah depan dimana Mutiara dan Hamzah duduk, ia heran melihat keduanya itu saling diam satu sama lain.
"Kalian berdua kenapa? Lagi sariawan ya?" Tanya Alea.
Mutiara menoleh kearah belakang menatap Alea. "Gue gak sariawan ege, lagi pahit aja mulut gue." Jawab Mutiara.
"Liat aja ke samping, siapa tahu pahitnya hilang." Celetuk Bara.
"Yang ada nambah pahit, gak cuman di mulut aja. Tapi, sampe ke ulu hati." Ucap Mutiara menyindir Hamzah.
"Oh, ceritanya lagi marahan ya?" Ledek Alea.
"Emang abang bikin salah sama Mumu? Enggak kan?" Tanya Hamzah.
"Dasar cowok ter- gak peka yang pernah ada, sedinginnya kak Bara ada cairnya juga, malahan keliatan banget dia bucin. Ini mah udah di kasih kode, di deketin jungkir balik juga gak ada respon sama sekali." Ucap Mutiara mengeluarkan uneg-unegnya.
"Emang kamu siapanya abang? Pacar juga bukan, Siapa juga yang nyuruh deketin?" Celetuk Hamzah tanpa memikirkan bagaimana perasaan Mutiara.
'Hufftt, pedih sekali ucapan beliau.' Batin Mutiara.
Wajah Mutiara langsung berubah, ia memalingkan wajahnya menatap kearah jendela mobil. Sekuat tenaga ia menahan sesak dan juga air matanya yang sudah siap tumpah, ia tak bisa menampik kenyataan bahwasannya ucapan Hamzah memang ada benarnya. Mutiara terlalu memaksakan kehendaknya, sudah lama ia berusaha mendapatkan hati Hamzah walaupun berkali-kali pria itu menolaknya.
Hening.
Tidak ada satu pun yang mau mengeluarkan suaranya, Alea dan Bara juga tidak mau memperkeruh suasana setelah melihat perubahan wajah Mutiara. Hamzah fokus mengemudi tanpa menoleh kearah Mutiara, dengan santainya ia bersiul sambil menyanyikan lagu kesukaannya.
'Punya abang gak peka banget, liat aja nanti.' Batin Alea.
'Bahkan bang Hamzah gak ngerasa bersalah sama sekali, emang guenya aja yang terlalu excited.' Batin Mutiara.
Tak lama kemudian, mobil yang di tumpangi Bara sudah sampai di halaman rumah Hamzah. Mereka turun dari dalam mobil, Mutiara langsung merubah wajahnya sebisa mungkin. Alea di bawa masuk ke dalam rumah, saat sudah sampai di kamarnya, Mutiara langsung berpamitan pada Alea dan Bara karena hari sudah malam.
"Gue pamit ya Al, kasian emak pasti gak ada yang bantuin." Pamit Mutiara.
"Makasih ya mami udah jagain anakmu ini, nanti bang Hamzah anterin loe pulang soalnya udah malem juga." Ucap Alea.
"Gapapa, gue balik naik ojeg aja." Ucap Mutiara.
"Lah, kenapa? Lagian bang Hamzah nganggur ini, udah malem mami bahaya." Ucap Alea.
"Kalem anakku, mami mu ini punya Ajat. Nanti gue telpi. dia aja, kasihan abang loe pasti kecapean habis perjalanan jauh." Ucap Mutiara.
"Yaudah, hati-hati. Kabarin kalo dah nyampe, awas aja sampai bikin anakmu ini khawatir." Ucap Alea.
Mutiara mengacungkan jempolnya kearah Alea, dia segera keluar dari kamar Alea dan berpapasan dengan Hamzah. Mutiara langsung pergi tanpa menyapa maupun menggoda Hamzah, perkataan Hamzah masih terngiang di kepalanya.
Leona dan Ajat sudah pulang terlebih dahulu, kedua orangtua mereka menyuruh pulang karena hari yang semakin gelap.