Lusiana harus mengorbankan dirinya sendiri, gadis 19 tahun itu harus menjadi penebus hutang bagi kakaknya yang terlilit investasi bodong. Virgo Domanik, seorang CEO yang terobsesi dengan wajah Lusiana yang mirip dengan almarhum istrinya.
Obsesi yang berlebihan, membuat Virgo menciptakan neraka bagi gadis bernama Lusiana. Apa itu benar-benar cinta atau hanya sekedar obsesi gila sang CEO?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Katanya Tak Peduli, Lain Di Mulut Lain Di Hati
Siapa yang tak kaget, biasanya melihat pak Virgo selalu berpakaian rapi dan muka bersih, sekarang laki-laki itu masih pagi sudah bertamu, dengan penampilan seperti bangun tidur. Atau lebih tepatnya, Virgo sebenarnya tak bisa tidur semalam. Hanya tidur ayam, tidur sebentar lalu bangun lagi.
"Eh, Pak Virgo."
"Mana dia?" Virgo langsung jalan nyelonong, seolah itu adalah rumahnya sendiri.
Di ruang tamu, Lusi menatap heran. Rambut Virgo yang biasanya klimis disisir rapi, kini sedikit tak seperti biasanya.
"Jangan pernah menginap di rumah laki-laki!" celetuk Virgo.
Lusi dan Roy saling memandang.
"Tapi kami tak melakukan apa-apa!" potong Roy yang tak mau pak Virgo salah paham. Lagian selera Roy di atas Lusi, paling tidak dia harus model terkenal.
"Cepet keluar!" ujar Virgo tanpa banyak bicara lagi.
Lusi langsung mendekati Roy, dia langsung menolak.
"Tidak, saya tidak mau ikut Bapak." Lusi tidak mau dijadikan budak oleh Virgo, disuru jadi pembantu plus jadi pemuas lelaki tersebut. Belum lagi sikap Virgo yang tidak punya perikemanusiaan. Setelah tidur bersama, dia malah dihina-hina.
"Sudah, kau itu saja!" desis Roy.
"Tidak, aku aku akan pergi saja." Lusi buru-buru memasukkan uang dalam kresek sisa pesan makanan tadi.
"Heiii!" Virgo ikut keluar dan menahan Lusi. Lelaki jangkung itu berdiri di depan Lusi dan menghalangi Lusi untuk berjalan.
"Jangan pegang tangan saya! Bapak yang mulai! Bukan saya!" ujar Lusi.
Roy yang berdiri di ambang pintu, dia tak bergegas masuk. Malah ingin menguping drama apa yang akan terjadi.
"Oke! Waktu itu aku mabuk! Kau pasti tahu. Itu tidak sengaja!"
Mata Roy langsung melebar, 'Jangan-jangan mereka sudah tidur berdua?'
Roy tambah penasaran dan semakin kepo, dia pun pura-pura memainkan ponselnya. Padahal telinganya dipasang tajam untuk mencuri dengar obrolan antara Lusi dan bosnya tersebut.
"Aku sudah tahu, kau butuh tempat tinggal. Aku tahu latar belakang keluarga mu ... jadi ..."
"Bapak memata-matai saya?" tuduh Lusi.
Virgo langsung berbalik, "Dia ... dia yang melakukannya."
Dua orang itu melihat arah yang sama, Roy langsung masuk dan menutup pintu.
"Ish .. itu kan perintah dia!"
Roy tak mau ikut campur, akhirnya dia membereskan meja di ruang tamu, karena memang tak punya art.
Sementara di luar sana, Lusi masih berdebat dengan Virgo.
"Setidaknya, tetap tinggal di dekatku ... sampai satu bulan!"
"Maksud Bapak?" Lusi bertanya-tanya.
"Aku tidak mau, sebulan kemudian kau datang lalu memerasku! Sementara aku tak tahu, nanti kau tidur dengan siapa saja!" ucap Virgo terus terang.
Tangan Lusi mengepal, Virgo bisa melihatnya.
"Kau marah? Tapi itu cara wanita mendekatiku. Mereka akan rela menyerahkan tubuhnya, tidak peduli baru bertemu."
Lusi tambah sakit hati, sehina itukah dia gara-gara mau diajak bobo bareng Virgo. Kini lelaki itu menilainya sangat rendah. Padahal Virgo harusnya paham dan tahu, kalau Virgo laki-laki pertama. Karena perawannnya pecah juga di tangan Virgo sendiri.
"Bapak tak pantas mengatakan itu pada saya!" Lusi mendongak.
"Jangan naif ... Kau juga pasti senang karena sudah tidur denganku," gumam Virgo dengan tatapan dingin.
"Anda salah! Saya justru sangat menyesal karena pernah tidur dengan anda!" ujar Lusi langsung menepis bahu Virgo.
"Jangan munafik, aku takut wanita sepertimu! Kau akan mengambil keuntungan besar, kau akan datang lagi dengan kondisi hamil dan mengatakan itu adalah anakku! Kau akan minta ganti rugi, kau akan minta pengakuan! Aku sudah membaca isi kepalamu."
"Bapak Virgo! Saya tahu anda kaya! Tapi jangan suka merendahkan orang lain! Saya harap, ini pertemuan terakhir. Jangan muncul di depan saya, atau saja bisa melakukan sesuatu di luar bayangan anda!" ucap Lusi sambil menunjuk wajah Virgo dengan jarinya tanpa takut.
Virgo cukup tertegun sesaat, siapa gadis ini. Berani sekali, dimana-mana dia akan dipuja oleh wanita. Didekati untuk dimanfaatkan uangnya. Lusi ini lain, gadis kecil dan lumayan pemberani. Badannya saja yang kurus, ternyata nyalinya besar juga.
"Mulut perempuan tidak bisa dipegang, tunggu selama satu bulan ... Baru urusan kita selesai."
"Terserah apa kata Anda, saya tidak mau!"
Lusi langsung lari, Virgo mendesis. Harga dirinya juga tinggi. Untuk apa mengejar-ngejar perempuan tidak berkelas tersebut.
Nyatanya, perempuan tak berkelas itu membuat Virgo tidak fokus dalam pekerjaan. Itu adalah pertemuan terakhir mereka. Hingga beberapa minggu kemudian, di rumahnya ada tamu yang membuat kepala pelayan begitu shock.
"Mari Nyonya ..." Kepala pelayan menarik koper besar, dia jalan menyamping, memberikan jalan untuk nyonya besar yang telah pulang.
"Lama tidak bertemu ... Di mana Virgo? Aku sangat merindukannya."
Bibi kepala pelayan langsung mengambil telepon, dia pun langsung menghubungi Virgo yang masih dalam perjalanan pulang dinas luar negeri.
"Ada yang berubah, tapi tidak begitu banyak ..."
Bibi cuma mengangguk, lalu menatap nyonya besar itu. Hidungnya agak mancung, sepertinya habis oplas, rambutnya coklat keemasan, dagunya lebih tirus, matanya lebih belok, bibirnya agak berubah. Memang lebih cantik, seperti berbi atau boneka manekin.
"Bibi kenapa melihatku terus? Bibi kaget ya?"
Bibi mengangguk reflek.
"Aku penasaran, bagaimana reaksi Virgo saat melihatku nanti."
Sementara pelayan lain, pelayan yang baru, mereka banyak menyamakan kesamaan wanita cantik ini dengan Lusi. Tapi Lusi versi buluk. Kalau ini seperti marmer, kinclong.
"Bibi, diapakan aku air hangat. Sambil menunggu Virgo pulang, aku akan berendam. Aku ingin memberikan surprise besar untuknya."
"Baik, Nyonya."
Harus dipanggil nyonya, karena itu memang permintaan yang bersangkutan.
Setengah jam berlalu. Virgo baru turun dari mobil, dia langsung masuk dan naik ke lantai dua. Saat masuk, Virgo terkejut ada koper di kamarnya.
Lelaki itu menelan ludah, hatinya was-was, ia lalu jalan menuju ke kamar mandi. Kemudian membuka tirai yang menjadi penyekat antara kamar mandi dan kamar. Terdapat dinding kaca yang tembus pandang dengan tirai sebagai penghalang.
"Surprise ..."
Virgo diam terpaku.
***
Di tempat lain.
Di sebuah kafe kecil jauh dari perkotaan. Lusi sedang mengelap meja-meja, kebetulan pengunjung sepi, karena bukan weekend. Karena memang kafenya dekat dengan kawasan wisata.
"Dah bersih, Lus. Dilap terus. Istirahat dulu, kayaknya kamu belum makan siang tadi. Ini sudah sore."
Rekan kerja Lusi memang baik, bahkan perhatikan pada Lusi yang belum makan.
"Masih belum laper."
"Jangan bilang kamu ngirit, sana ... Makan dulu!"
"Beberapa, gak laper kok."
"Huuuekk!!"
"Tuh!!! Aslam kamu pasti naik! Sana, makan dulu kek."
Lusi lalu mengangguk, dia pun ke kamar kecil untuk cuci tangan. Kemudian membasuh muka, "Hanya asam lambung ..."
Lusi memegangi perutnya yang perih dan bersambung.
terimakasih juga kak sept 😇