Nara adalah anak bungsu dari tiga saudara, Kedua Kakak nya selalu hidup di perhatikan oleh orang tua nya. Segala sesuatu pasti di turuti, Beda hal nya dengan Nara yang selalu tersisih dalam keluarga, karena dia bukan lah anak dari istri sah nya Tono.
Suatu hari Nara berjuang untuk hidup dan mati karena di tabrak oleh Nayla Kakak nya sendiri, Saat sedang sekarat. Seorang pria misterius menyelamatkan nya dan mendidik Nara menjadi sosok yang kuat, Lima tahun kemudian Nara kembali lagi dan membalas sakit hati nya kepada keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Keluh kesah
Sekuat tenaga Nara bertahan oleh rasa dingin yang menyerang tubuh nya, Air yang sangat penuh membuat Nara susah sekali mau bertahan agar tetap mengambang keatas. Bisa ia pastikan bahwa sekarang hari sudah sangat malam karena keadaan sekitar tampak dari dalam drum bahwa ini memang sudah gelap, Rasa lapar dan juga dingin Nara rasakan sekarang, Suara nya juga sudah habis untuk berteriak meminta tolong kepada orang yang ada di luar. Kini dia sudah yakin sepenuh nya bahwa dia bukan lah anak kandung Bu Lastri, Selama ini sudah menduga nya kalau dia bukan anak yang di harapkan oleh mereka semua. Namun belum ada bukti yang kuat, Namun tadi ucapan Bu Lastri sudah bisa di percayai bahwa dia adalah anak hasil perselingkuhan, Ibu kandung nya yang mana pun dia juga tak tahu.
Nara menangis sendirian sambil memohon belas kasihan kepada orang, Tapi mereka memang tak punya rasa iba kepada gadis kecil ini, Bila saja bisa maka ia ingin nyawa nya di ambil sekarang juga, Dari pada hanya di siksa dengan perlakuan sadis tak manusiawi dari orang orang yang ia anggap keluarga, Namun nyata nya mereka adalah musuh berat bagi Nara, Tak ada satu pun orang yang punya rasa sayang kepada gadis kecil tak berdosa ini, Tak peduli bagai mana Nara memohon belas kasih pun dia sama sekali tak peduli.
Klaaaak.
Cahaya masuk kedalam drum yang sangat dingin ini, Inal menolong Nara yang sudah dari pagi hingga tengah malam, Tukang kebun ini sampai sengaja tidak tidur karena menunggu jam di tengah malam agar bisa segera mengangkat Nara dari dalam drum, Biar pun istri nya sangat marah karena dia rela bergadang hanya untuk menolong Nara. Gadis kecil itu keluar dari dalam drum dengan keadaan tubuh yang sudah menggigil kedinginan, Untung nya Inal membawa handuk sehingga bisa menahan rasa dingin walau tak sepenuh nya hilang dari tubuh Nara.
"Cepat masuk kedalam kamar dan ganti baju ya, Non." Ujar Inal.
"Terima kasih Mamang sudah menolong saya, Semoga allah membalas kebaikan mu." Lirih Nara.
"Cepat ganti baju dan pakai selimut, Di dalam kamar sudah Mamang buat kan mie rebus dan ada nasi nya juga." Suruh Inal.
Bukan main senang nya hati Nara karena masih ada yang perhatian kepada nya, Inal memang sejak dulu sangat kasihan bila Nara di kucilkan oleh keluarga nya, Bahkan dulu Inal sampai rela beli susu formula hanya karena kasihan melihat Nara bayi yang hanya minum air putih saja, Sungguh besar kuasa allah karena nyawa gadis ini masih terus selamat walau sudah beberapa kali hampir mati akibat dapat hukuman dari keluarga nya.
Nara langsung ganti baju dan masuk kedalam selimut tipis nya, Tak lupa memakan mie rebus yang di buat kan oleh Inal untuk menghangat kan tubuh nya, Rasa nya sangat lezat sekali karena rasa lapar yang sejak tadi sudah melanda nya. Padahal panas juga karena mie memang susah mau dingin, Tapi tak di pikirkan karena yang penting adalah makan. Agar kuat menghadapi bengis nya para keluarga yang ada di rumah ini, Nara bertekad akan mencari siapa Ibu kandung nya dan ingin tinggal bersama nya saja dari pada di sini hanya untuk di siksa.
...****************...
Pagi hari para pemilik rumah sedang sarapan dengan menikmati berbagai macam jenis makanan, Beda hal nya dengan Nara yang hanya makan telur rebus sisa sisa dari yang sudah tak terpakai. Tuan dan Nyonya rumah tak mau makan telur rebus yang sudah terkelupas daging nya, Harus mulus dan cantik, Dari sisa itu lah Nara bisa makan dan mengambil tiga biji untuk di bawa pergi ke kebun kopi. Hari ini lebih baik langsung kerja saja dari pada harus mengemis kasih sayang, Sejujur nya Nara ngiler melihat susu yang terlihat sangat lezat itu milik Nayla dan Nadia.
"Eeeh anak haram sudah mau pergi bekerja." Ejek Nayla.
"Jangan gitu dong ngomong nya! Dia itu anak lonte tau." Nadia ikut menyahut.
Namun mereka terdiam karena melihat lirikan maut nya Pak Tono, Pria ini marah karena mereka malah ribut saat makan, Nara yang tak ingin jadi sasaran langsung pergi meninggalkan rumah. Nanti malah dia pula yang akan kena amuk Ayah nya, Dalam hati dia bertanya tanya kenapa Pak Tono juga ikut membenci nya, Padahal dia adalah anak nya sendiri, Kenapa dia sangat di bedakan dari Nayla dan Nadia, Memikirkan semua itu membuat Nara sangat pusing, Lebih baik berusaha senang dengan teman teman nya yang ada.
"Kok kemarin kamu enggak kerja, Ra? Aku nungguin kamu." Zizi menyambut Nara.
"Ini sarapan dulu, Aku bawa telur agak banyak." Nara membuka plastik.
"Tumben kamu bawa makanan, Orang tua mu mulai berubah ya?" Zizi mengambil satu butir telur.
"Andai mereka mau berubah sedikit saja, Mungkin aku akan senang sekali." Nara berkata lirih.
Zizi menyadari bahwa teman nya ini pasti habis di pukuli lagi, Karena terlihat dari raut wajah nya yang pucat, Nara pucat karena selama sehari semalam terendam dalam air drum yang sangat dingin, Lagi pula siapa yang tak akan pucat bila di rendam air selama itu.
"Pas pulang malam itu, Aku di tawari apel sama Nadia. Aku yang bodoh malah langsung mau saja, Kemudian dia menuduh ku mencuri apel nya saat Ayah datang." Cerita Nara.
"Ya allah, Gila ya Kakak mu itu!" Geram Zizi.
"Mereka bukan Kakak kandung ku ternyata, Zi! Ibu bilang bahwa aku anak haram." Nara berkata pelan.
"Apa dia bilang siapa Ibu kandung mu?" Tanya Zizi.
Nara menggeleng karena dia memang tahu siapa Ibu kandung nya, Selingkuhan Pak Tono banyak sehingga rasa nya tak bisa bila mau menuduh salah satu saja. Mau mendesak pria itu juga tak mungkin rasa nya, Pasti akan langsung di hajar bila berani bertanya, Kadang tanpa pertanyaan saja sudah membuat Nara di hajar habis habisan, Apa lagi bila sampai bertanya hal sensitif begitu.
"Bodoh nya aku yang mengharap kan belaian Ibu setelah di hajar Ayah, Aku mendatangi dia dan berakhir dalam drum dingin." Nara tertawa getir.
"Berapa lama kamu di sana, Nara?" Zizi bergetar karena ingin menangis.
"Sehari semalam."
Tumpah air mata Zizi mendengarkan keluh kesah teman nya yang sangat menderita ini, Bagai mana mungkin mereka semua bisa tega kepada gadis yang tak bersalah, Kalau pun memang anak haram, Itu juga karena salah nya Pak Tono yang tak bisa menjaga otong nya.
😆
Tapi bagus sih, berani nulis kyk gini
sadis sih,,tp tetep aja dendam tetap menyala,,kalo ga ada edwin nara tinggallah nama..