Menjadi seorang indigo, bukanlah hal yang di inginkan oleh gadis cantik bernama Lilis Yuliani karena setiap hari ia harus bersinggungan dengan hal yang gaib dan ia tidak bisa menolaknya.
Sosok-sosok itu selalu mengikuti untuk meminta pertolongan ataupun hanya sekedar mengganggu pada Lilis sampai suatu hari ketika ia sedang berjualan bakso bertemu dengan arwah pria tampan namun menyebalkan.
Siapakah arwah itu?????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolong Nenek Lestari
Lilis membawa nenek itu ke klinik terdekat diobati perutnya. Lilis juga tidak banyak bertanya, yang ia inginkan hanyalah agar nenek itu segera ditangani oleh dokter.
Lilis heran kenapa nenek itu ada di semak-semak, jika pun korban perampokan namun gelang dan cincin nenek itu masih melekat di leher dan jarinya tetapi Lilis mempunyai kesimpulan bahwa nenek ini memang sengaja dicelakai .
Seorang dokter keluar dari ruang pemeriksaan dan langsung di sambut oleh Lilis.
"Bagaimana keadaan nenek itu dokter?" tanya Lilis dengan cemas.
"Mbak, nenek itu kehabisan banyak darah namun untungnya stok di klinik ini masih ada. Jika pun nenek itu tidak segera diselamatkan bisa saja nyawanya tidak tertolong" balas dokter .
Mendengar itu Lilis sangatlah lega.
'Saya boleh menemui nenek itu?" tanya Lilis.
"Boleh silakan saja" balas dokter lalu pergi dari hadapan Lilis.
Lilis masuk ke dalam ruang rawat sang nenek, melihat nenek itu kini tengah tertidur sangat mengisyaratkan sebuah kelelahan dan rasa sakit.
"Syukurlah nenek sudah ditangani oleh dokter" ucap Lilis sembari mengelus kepala sang nenek.
Tiba-tiba nenek itu membuka matanya, dirinya langsung menitikkan air matanya.
"Terimakasih ya Nak atas pertolongamu dan maaf Nenek sudah merepotkan" ucap nenek itu.
"Sama-sama Nenek! Untungnya Nenek segera ditangani kalau tidak mungkin Nenek sudah....." Lilis tak berani melanjutkan ucapannya.
Nenek itu malah menangis terisak seakan-akan ada beban berat yang ingin sekali yang utarakan.
"Kenapa nenek bisa berada di tempat itu sepi dan rawan orang jahat?" tanya Lilis tak habis pikir.
Nenek itu malah semakin terisak.
"Nenek sengaja dibuang oleh menantu Nenek tadi sore. Awalnya dia mengajak Nenek berjalan-jalan nggak taunya dia malah menikah Nenek dan menurunkan Nenek di semak-semak itu. Nenek tidak menyangka menantu yang sudah Nenek anggap anak sendiri ternyata mempunyai niat jahat ingin melenyapkan Nenek" ungkap nenek itu.
"Astagfirullah!!!!! Jadi ini semua kerjaan menantu Nenek? Kok jahat banget sih memangnya karena apa Nenek diperlakukan seperti itu?" tanya Lilis.
"Awalnya dari warisan! Nenek sudah membagi semua harta Nenek kepada anak dan cucu Nenek. Anak Nenek ada dua namun anak tertua Nenek sudah meninggal ketika perjalanan dari Inggris mengalami kecelakaan pesawat 20 tahun silam bersama istrinya, kini tinggallah anaknya yaitu cucu nenek yang kini sudah menjadi dokter dan anak Nenek yang kedua, istrinya tidak puas dengan pembagian harta warisan. Ia menginginkan harta warisan lebih dan ingin mengambil bagian dari apa yang dimiliki oleh cucu dari anak tertua Nenek" Papar nenek itu.
Tak habis pikir rasanya demi warisan seseorang bisa menyelakai orang tua terlebih seorang menantu yang notabennya orang lain bisa bertindak sekeji itu.
"Sekarang apa Nenek ingin menghubungi keluarga Nenek?" tanya Lilis.
"Nenek masih takut, Nenek tidak mau kalau Silvia kembali menyelakai Nenek" jawab nenek itu.
"Lalu Nenek mau tinggal di mana?" tanya lilis heran.
"Di manapun Nenek mau tinggal, asal jangan kembali ke keluarga Nenek, Nenek masih takut" jawab nenek itu.
"Oh iya Nek, dari tadi saya belum tahu nama Nenek" ucap Lilis.
"Nama saya Lestari" jawab nenek itu.
"Saya Lilis, Nek! Begini saja Nenek ikut pulang bersama saya nanti kita bicarakan lagi ke depannya, tapi maaf saya tidak punya rumah saya hanya tinggal di kontrakan bersama Bapak saya" ucap Lilis.
"Nenek mau nak, !enek mau" balas nenek Lestari.
Akhir kata Lilis membawa nenek Lestari ke kontrakannya, di sana Bahar sudah kembali setelah 1 minggu berada di kampung halamannya.
"Asalamualliakum" ucap Lilis kala membuka pintu, ia tidak tahu Bahar sudah kembali dari kampung halamannya.
"Waalaikumsalam" balas Bahar.
"Eh Bapak sudah pulang, kok gak ngasih kabar sih Pak?" tanya Lilis.
"Bapak sudah pulang dari semalam, kamu kok nggak pulang dan ibu ini siapa?" tanya Bahar.
"Nanti Lilis ceritain Pak, aku bawa dulu nenek ini masuk ke kamar ya Pak" balas Lilis.
Bahar hanya mengangguk saja.
Lilis pun lalu membawa nenek Lestari masuk ke dalam kamarnya.
"Nenek sebaiknya Nenek tidur dulu di kamar saya, maaf kamarnya kecil mungkin tidak sebagus kamar nenek" ucap Lilis.
"Ini sangat nyaman, terima kasih ya Nak" balas nenek Lestari.
Setelah membantu Nenek Lestari istirahat, Lilis kembali menemui Bahar yang sedang duduk di kursi ruang tamu.
"Kok Bapak gemukkan sekarang? Satu minggu di Sumedang, Bapak makan apa saja?" kelakar Lilis.
"Bapak ini happy Lis, di Sumedang Bapak hanya makan tidur saja. Oh iya kamu bawa siapa itu?" tanya Bahar.
Lilis pun lalu menceritakan semua kronologinya mengenai penemuan Nenek Lestari di jalan kepada Bahar, Bahar pun langsung geleng-geleng kepala mendengar seorang menantu yang sudah menikam mertuanya hanya karena warisan.
"Bapak tidak menyangka ada manusia seperti itu di muka bumi" ucap Bahar.
"Gimana Pak, Apa Bapak ngizinin Nenek Lestari tinggal di kontrakan kita?" tanya Lilis.
"Sok aja Lis, tapi kamarnya gimana kan hanya ada dua saja?" tanya Bahar.
"Gak apa-apa sih Pak, Nenek Lestari tidurnya sama Lilis aja berdua" balas Lilis.
"Yaudah Bapak mah manut aja sama Eneng" ucap Bahar.
"Pak mana tahu Sumedang nya?" Lilis malah menanyakan oleh-oleh.
"Tuh di kulkas, goreng lagi angetin. Di dapur juga ada ubi cilembu sama kerupuk bondon. Udah ya Bapak mau pergi ke pos, Opung Sinaga udah WA terus ngajak main catur. Besok Bapak mau mulai dagang lagi" papar Bahar.
Sibuk dengan mengurus Nenek Lestari, Lilis bisa sejenak melupakan Bara, namun kini ia sudah ingat lagi.
"Gimana keadaan si Bara ya? Apa dia jadi sadar apa tetap koma? Tapi kalau koma, tapi arwahnya gak keliling" heran Lilis.
Namun entah ada secuil kerinduan yang ia rasakan terhadap pria yang beberapa minggu itu selalu bersama bahkan tidur dalam satu kasur yang sama.
"Lis....hihihi" Teman hantu Lilis tiba-tiba muncul.
"Ikh keget deh!!! Gimana semalam?" tanya Lilis.
"Hihihi... Kita.....hihihi" jawab Mbak Sri sembari mengadukkan kedua telapak tangannya.
"Wanjir habis nganu dong?? Mandi wajib gak??" kelar Lilis pada teman hantunya itu.
"Dia sampai pingsan!" balas Mbak Sri.
"Besti kemana?" tanya Lilis yang tidak melihat sundel bolong alias Mbak Nik.
"Tuh di atas!" tunjuk Mbak Sri ke atas plafon.
Terlihat Mbak Nik sedang berjalan merangkak dibatas plafon dan tembok kontrakan Lilis.
"Turun toh Yuk! Ojo koyo cicek loh" ucap Mbak Sri.
"Hihihi!!!!! Lis di kamarmu siapa?" tanya Mbak Nik.
"Nenek Lestari! Kasihan dia di tikam sama menantunya gara-gara warisan" balas Lilis.
Lilis yang sudah terbiasa dengan kehadiran kedua hantu menyeramkan itu sudah terbiasa pula dengan aroma bangkai dan bau darah yang sangat anyir. Namun kadang kala Lilis juga protes jika dirinya sedang makan.
"Mbak, bisa gak sih lubangnya di tutup dulu, aku lagi makan loh, mbak" kesal Lilis.
"Ups maaf Lis! Yaudah akh aku pergi dulu kasihan Lilis nya lagi makan" balasnya lalu menghilang menyisakan kepulan asap hitam.
"Aku jiga mau pergi dulu akh, mau nengok si tampan" ucap Mbak Sri.
semangat k