Ayna Renata harus menelan pil pahit, tatkala pria yang dicintainya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H, karena calon mempelai pria sudah menikahi wanita lain.
Tidak terima diperlakukan seperti itu, Ayna pun memutuskan harus tetap menikah juga di hari itu.
"Apa kamu mau menikah denganku?" Tunjuk Ayna pada seorang pria.
"Aku?" Pria yang tampak bingung itu menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, benar kamu! Pria yang berkemeja biru. Apa kamu mau menikah denganku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hai_Ayyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 - Es Krim
"Kamu ngapain?"
Glek
Ayna dengan susah payah menelan salivanya. Tangan bahkan sudah gemetaran merasakan aura yang mencekam. Walau tidak bisa melihat dengan jelas ekspresi suami dadakannya itu, karena Ayna membelakanginya. Tapi, ia dapat merasakan hembusan nafas pria itu yang naik turun mengenai lehernya.
"Ti-tidak ada." Dengan tangan gemetaran Ayna menutup galeri fotonya dan Alex pun mengambil ponsel itu.
Alex ingin marah, Ayna masih melihat foto-foto bersama mantannya. Untuk apa masih melihat foto kenangan itu? Pria itu tidak mengerti dengan jalan pikiran Ayna.
"Aku hapus ya?" Tanya Alex berusaha untuk tenang.
Ayna menganggukkan kepala pelan. Ia tidak berani membalikkan badannya. Ia takut melihat Alex.
Dengan cepat jari-jari Alex menekan-nekan benda pipih tersebut.
Air mata Ayna berlinang saat satu folder tersebut mulai terhapus. Lebih dari 2000-an foto kebersamaannya dengan Arga hilang sudah.
"Sayang..." Alex membalikkan tubuh Ayna yang gemetaran. Dan lagi ia harus melihat wajah itu penuh air mata.
"Ayna... tolong jangan seperti ini. Kamu membuatku seperti orang jahat loh." Ucap Alex melihat dengan tatapan sendu. Ia merasa seperti dirinya yang memaksa pernikahan mereka.
"Kamu kan tidak dipaksa untuk menikah denganku, kamu yang ingin menikah denganku. Aku memaklumi alasan kamu itu. Tapi apa kamu pernah berpikir, kenapa aku bersedia menikah denganmu?" Alex mengatakannya sambil menatap mata Ayna yang kini mulai melihatnya.
"Aku bersedia menikah denganmu karena aku menyukaimu. Aku menyukaimu, Ayna." Aku Alex jujur.
Ayna menatap mata yang penuh keseriusan, mata yang tidak ada kebohongan sama sekali.
"Jadi, tolong beri aku kesempatan-"
"Ma-maaf." Potong Ayna cepat sambil memeluk tubuh Alex. Ia merasa jadi tidak enak hati. Ia sendiri yang menunjuk dan meminta Alex untuk menikah dengannya. Tapi sikapnya pada Alex sekarang, seolah ia yang dipaksa menikah dengan pria itu.
Mendapati Ayna memeluk tubuhnya, Alex pun membalas pelukan itu. Ia mengulum senyum. Hanya pelukan saja membuat Alex bahagia, bagaimana lagi rasanya jika perasaannya terbalas.
"Kamu bisa masak?" Alex akan mengalihkan topik. Ia akan mengenal Ayna secara perlahan.
"Bi-bisa." Jawab Ayna dengan wajah masih ditenggelamkannya di dada Alex.
"Aku ingin makan masakan kamu."
"Apa ada bahan-bahannya?"
"Nggak ada."
"Kita harus belanja dulu. Mau temani aku belanja?"
###
Alex dan Ayna saat ini berada di sebuah swalayan yang menjual semua kebutuhan.
Mereka akan membeli keperluan dapur. Alex mendorong troli mengikuti Ayna yang memasukkan barang-barang yang dibutuhkan untuk memasak.
"Kalau sopnya ditambah jamur kamu suka nggak?" Tanya Ayna menunjukkan sebungkus jamur.
Alex mengangguk pelan.
"Kalau brokoli? suka?"
Alex juga mengangguk.
"Kamu suka wortel?" Ayna terus menanyai Alex. Ia tidak mau apa yang nanti dimasaknya, ternyata ada yang tidak disukai Alex.
"Iya, aku suka semua. Aku juga suka kamu."
Wajah Ayna tiba-tiba merona mendengar itu, ia pun memasukkan saja apa yang dibutuhkannya tanpa bertanya-tanya lagi. Ucapan Alex membuat hatinya berdesir.
Alex tersenyum puas melihat tingkah Ayna. Baginya Ayna begitu menggemaskan.
Mereka masuk ke lorong snack. Mata Ayna berbinar melihat snack-snack itu. Ia pun berjalan sambil memasukkan snack tersebut ke dalam troli. Saat sampai di ujung lorong, Ayna melihat troli dan berwajah masam.
Snack-snack yang sudah dimasukkannya dalam troli di kembalikan lagi ke rak.
"Jangan banyak-banyak makan snack. Ini saja cukup." Ucap Alex seraya mengembalikan snack-snack tersebut ke raknya.
Wajah Ayna jadi murung, ia pun segera berjalan menuju kasir. Untuk mengantri melakukan pembayaran.
"Bayarlah!" Alex menyerahkan troli lalu membuka dompetnya menyerahkan kartu ATM.
"Bayarlah pakai ini. Setiap bulan aku akan mentransfer uang belanja kemari." Setelah mengatakan itu Alex pun berlalu.
'Mau ke mana sih dia?'
Tak lama setelah mengantri, kasir mulai menghitung belanjaan Ayna.
"Tambah ini juga ya, Mbak."
Ayna kaget, Alex tiba-tiba muncul membawa keranjang berisi es krim. Bukan hanya satu atau dua. Alex mengambil berbagai macam eskrim, mulai dari yang stik hingga yang pakai cup. Tapi semuanya rasa coklat.
Ayna juga melihat pria itu mengambil berbagai coklat di kasir. Dari yang kecil hingga yang besar ia ambil.
"Kamu bawa yang ini saja." Alex memberikan bungkusan berisi eskrim dan coklat saat Ayna akan membawa bungkusan yang cukup berat.
"Biar aku bawa saja." Ayna ingin membantu, tapi Alex tidak mengizinkan.
"Sudah kamu bawa itu saja." Ucap Alex membawa 4 bungkusan berisi bahan makanan.
"Mas Arga... ini berat." Ucap Ayna yang membawa bungkusan berisi buah tangan untuk calon mertuanya.
"Mana ada beratnya. Kamu sangat manja. Sudahlah kamu bawa saja, kan kamu yang mau membawakan itu untuk Mama." Ucap Arga kembali melangkahkan kaki. Pria itu tidak mau Ayna manja. Yang sedikit-sedikit selalu mengeluh.
"Ayo... Ay, jalan!" ucap Alex. Ia melihat Ayna diam saja.
Tak lama...
"Biar aku saja." Ucap Ayna saat melihat Alex yang dengan cekatan meletakkan bahan makanan dalam bungkusan-bungkusan itu ke tempatnya. Ia merasa tak enak saja, hanya menyusun bungkusan yang dibawanya dalam lemari es.
Ayna mengambil satu es krim dalam cup. Alex tidak mau dibantu, jadi ia akan memakan es krim saja.
"Ka-kamu sepertinya lebih tua dariku. A-apa aku boleh memanggilmu Mas?" Tanya Ayna takut-takut.
Alex tersenyum samar, ia akan berpura-pura tidak mendengarnya saja.
"Mas.."
"Mas.."
"Mas Alex.."
Alex tidak menjawab panggilan Ayna.
"Dasar budek!" Umpat Ayna.
"Apa kamu bilang?"
Seketika wajah Ayna pucat pasih melihat tatapan tajam.
"Ka-kalau nggak mau dipanggil Mas aku bisa memanggil yang lain. Om misalnya." Ucap Ayna menutupi kegugupannya.
"Aku akan memanggil Pak saja." Ayna mulai takut tatkala Alex mendekati dirinya. Ia pun mulai mundur selangkah.
"Pak lek."
"Bos."
"Pakde."
Ayna mengatakan semua panggilannya tapi Alex makin maju melangkah. Kini wanita itu sudah tidak bisa mundur lagi, karena terhalang meja makan.
"Ka-kamu bisa mengatakan panggilan apa yang kamu mau. Aku akan memanggilmu seperti apa yang kamu mau-"
Alex mengangkat Ayna agar duduk di meja makan. Kedua tangannya menghimpit tubuh mungil tersebut.
"Panggil aku Mas." Pinta Alex.
"Mas." Ayna mengikutinya.
Alex mengelus kepala Ayna. "Anak pintar."
Hati Ayna kembali berdesir atas perlakuan Alex.
"I-ini." Ayna yang canggung dan kikuk pun menyendokkan es krim ke mulut Alex. Mengalihkan tatapan nyaman pria itu yang sangat meresahkan.
Alex tersenyum smirk, ia pun membagi es krim dalam mulutnya pada Ayna. Membuat mata Ayna mendelik merasakan sentuhan dingin di bibirnya.
Ting Tong
"Aku akan buka pintu." Ucap Alex tapi sebelum membukakan pintu ia mengecup bibir Ayna sesaat. Lalu melangkah menuju pintu.
'Astaga, jantungku!!'
.
.
.
sukses untuk karya selanjutnya😘
apalagi tanduknya bukan merah tapi pink kak author 😘