Aleena Salmaira Prasetyo adalah anak sulung dari keluarga Prasetyo. Dia harus selalu mengalah pada adiknya yang bernama Diana Alaika Prasetyo. Semua yang dimiliki Aleena harus dia relakan untuk sang adik, bahkan kekasih yang hendak menikah dengannya pun harus dia relakan untuk sang adik. "Aleena, bukankah kamu menyayangi Mama? Jika memang kamu sayang pada Mama dan adikmu, maka biarkan Diana menikah dengan Angga". "Biarkan saja mereka menikah. Sebagai gantinya, aku akan menikahimu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Aleen Dan Citra
Dev menyempatkan makan siang dengan Aleen disebuah restoran setelah mengetahui kalau Diana datang ke kantornya.
"Dev, bukannya kamu rapat siang ini? Kenapa mengajakku makan siang bersama?"
Aleen bertanya dengan sikap yang tenang.
"Apa kamu baik-baik saja? Ku dengar Diana datang ke kantormu tadi pagi? Apa lagi yang dia inginkan?"
Dev tidak menjawab pertanyaan Aleen, dia malah balik bertanya padanya sambil mengambilkan makanan dan diletakkan dihadapan Aleen.
"Aku baik-baik saja. Dia hanya memberikan undangan pertunangannya dengan Angga"
Aleen menanggapi dengan sikap acuh tak acuh sambil menikmati makanan yang disediakan Dev untuknya.
"Apa kamu akan pergi kesana?", tanya Dev sambil menikmati makan siangnya.
"Entahlah. Mungkin aku akan pergi kesana. Kamu mau pergi denganku?"
Aleen menatap Dev saat menunggu jawaban darinya. Tangannya memegang sendok dengan erat karena gugup.
"Ehm … apa tidak masalah jika kita pergi bersama?"
Dev bertanya dengan sikap yang tenang. Dia tidak mengatakan pada Aleen kalau sebenarnya dia juga mendapatkan undangan itu.
"Memangnya kenapa kalau kita pergi bersama? Kamu suamiku, apa masalahnya?"
Aleen menanggapi dengan sikap acuh tak acuh dan nada yang manja.
Dec tersenyum mendengar jawaban Aleen
"Baiklah. Aku akan pergi denganmu. Nanti kita pergi ke butik untuk mencari pakaian yang cocok untuk kita"
Aleen mengangguk perlahan setuju dengan saran Dev. Mereka pun melanjutkan makan siang mereka
"Setelah ini aku masih ada pertemuan, jadi tidak bisa kembali ke kantor denganmu. Aku akan meminta Ray mengantarmu lebih dulu"
Dev bicara dengan sikapnya yang tenang.
"Tidak perlu. Aku bisa kembali sendiri. Jaraknya juga tidak terlalu jauh. Kalian pergi saja"
Aleen bicara sambil menggelengkan kepalanya perlahan.
"Apa kamu yakin?", tanya Dev lagi memastikan.
"Iya, aku tidak papa. Kalian pergi saja. Dev, apa kamu akan kembali ke kantor lagi?"
"Aku tidak tahu akan berapa lama pertemuannya, tapi aku akan kembali kemari untuk menjemputmu sebelum pulang kerja"
"Baiklah".
Aleen dan Dev pun mengakhiri makan siang mereka.
"Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa nanti sore"
Dev beranjak pergi lebih dulu karena Ray telah menunggunya.
"Ya, sampai jumpa"
Aleen melambaikan tangan pada Dev yang perlahan menjauh dari pandangannya. Setelah beberapa saat direstoran, barulah Aleen beranjak pergi untuk kembali ke kantor. Dia berjalan menyusuri trotoar dengan langkah kaki yang anggun.
"Kak Aleen!"
Aleen menghentikan langkahnya mendengar seseorang memanggilnya. Tak jauh dari tempat Aleen berdiri, sebuah mobil berhenti. Setelah itu seorang gadis terlihat turun dari mobil itu.
"Citra? Apa yang kamu lakukan disini?"
Aleen bertanya pada Citra yang berjalan kearahnya.
"Aku tidak sengaja lewat sini. Kak Aleen dari mana mau kemana? "
Citra menanggapi dengan senyum ceria.
"Aku baru selesai makan siang dan akan kembali ke kantor"
Aleen menanggapi dengan senyum tipis dibibirnya.
"Kak Aleen mau ke kantor? Apa jika aku mengantarnya, aku bisa bertemu dengan pak Devin? Ini kan sudah jam masuk kantor?", pikir Citra dengan seringai tipis diujung bibirnya.
"Kak, mau aku antarkan saja?"
Citra menawarkan niat baiknya dengan maksud lain.
"Tidak perlu. Kantorku dekat, jadi aku bisa jalan kaki sendiri"
Aleen menolak Citra dengan sikap yang tenang dan sopan.
"Tidak papa. Lagipula aku tidak ada jadwal kuliah, jadi aku tidak sedang buru-buru"
Citra memaksa Aleen dengan menggandengnya ke mobil.
"Tidak perlu Ra aku benar-benar bisa jalan sendiri"
Aleen masih terus berusaha untuk menolaknya.
"Kak Aleen, apa Kakak tidak menerima tawaranku karena kak Angga?"
Citra mengerucutkan bibirnya manja saat mengatakan perihal Angga.
"Tidak sama sekali. Kenapa harus disangkut pautkan dengan dia?"
Aleen yang sebelumnya terlihat biasa saja kini mengerucutkan mulutnya karena kesal.
"Aku pikir Kak Aleen tidak ingin berhubungan denganku lagi karena masalah dengan kak Angga"
Citra kembali menanggapi dengan nada mengeluh.
"Citra, meskipun hubunganku dengan kakakmu sudah berakhir. Itu tidak ada hubungannya denganmu, jadi kita masih bisa berhubungan baik"
Aleen bicara dengan sikap yang tenang dan senyum yang lembut.
"Benarkah? Kalau begitu biarkan aku mengantarkan Kak Aleen"
Citra masih terus bersikeras untuk mengantarkan Aleen ke kantor.
"Haah … baiklah. Ayo pergi"
Aleen pun akhirnya menyerah dan masuk ke mobil Citra agar dia mengantarkannya.
"Nah begitu dong. Kakak kan jadi tidak perlu lelah berjalan"
Citra tersenyum ceria saat masuk ke dalam mobilnya.
"Kak, sebenarnya aku masih tidak percaya dengan kejadian saat itu, apa benar saat itu Kak Aleen menduakan kak Angga dengan pria lain?"
Citra terlihat masih penasaran dengan apa yang terjadi saat itu.
Aleen menatap Citra dengan tatapan yang tajam.
"Apa menurutmu aku orang yang seperti itu? Aku menjalin hubungan dengan kakakmu hampir 3 tahun, itu bukan waktu yang sebentar. Jika memang aku wanita seperti itu, mungkin kami tidak akan bisa mempertahankan hubungan kami begitu lama"
Aleen menanggapi dengan sikap yang dingin
"Kak Aleen, apa Kakak tidak ingin memperjuangkan kak Angga?"
Sesekali Citra menoleh pada Aleen saat dia mengemudi.
"Kenapa aku harus memperjuangkan pria yang bahkan tidak memberiku kepercayaan sama sekali? Aku tidak ingin menjalani hubungan yang selalu dibumbui dengan sikap curiga. Itu hanya akan menyakitkan saja"
Aleen menanggapi Citra dengan sinis dan acuh tak acuh.
"Apa Kak Aleen sudah tidak mencintai Kakakku?", tanya Citra lagi penasaran.
"Aku tidak bisa mengatakan kalau aku tidak mencintainya, tapi sekarang rasa kecewaku lebih besar daripada rasa cintaku padanya"
Citra terdiam dan tidak bisa mengatakan apapun lagi pada Aleen. Dan tanpa terasa mereka telah tiba dikantor Aleen.
"Terima kasih karena kamu sudah mengantarku. Sampai jumpa"
Aleen bicara sebelum dia turun dari mobil.
"Kak Aleen, tunggu!"
Citra menghentikan Aleen tepat sebelum dia membuka pintu.
"Ada apa? Apa masih ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan?"
Aleen menatap Citra dengan tatapan penasaran.
"Ehm … bolehkan aku melihat kantor Kakak? Aku tidak ada kegiatan, jadi tolong izinkan aku masuk bersama Kak Aleen. Kebetulan juga aku sedang mencari perusahaan untuk magang, siapa tahu aku bisa magang disini"
Citra bicara dengan wajah memelas agar Aleen mengizinkan dia masuk ke dalam gedung kantor.
Sesaat Aleen terdiam mempertimbangkan permintaan Citra.
"Baiklah, kamu bisa ikut masuk. Tapi hanya sebentar karena ini kantor bukan tempat bermain"
Aleen memberikan izin pada Citra sambil mengingatkannya untuk tidak terlalu lama dikantornya
"Baik, Kak. Kakak tenang saja, aku tidak akan mengganggu Kak Aleen bekerja", ujar Citra dengan senyum ceria diwajahnya.
"Baiklah, ayo kita masuk!"
"Yes! Aku bisa melihat-lihat kedalam. Siapa tahu aku bisa bertemu dengan pak Devin. Akan lebih baik kalau mereka mengizinkan aku magang disini setelah tahu kalau aku dekat dengan kak Aleen"
Batin Citra bersorak gembira saat Aleen mengizinkannya masuk ke dalam gedung kantor bersamanya.