Erik, seorang tenaga medis menyinggung orang berpengaruh dan hendak dihabisi! namun pada saat kritis, dia memperoleh warisan ilmu pengobatan, dan sejak saat itu Erik mempunyai kekuatan super yang bisa membawa dia kepuncak kejayaan. namun kesuksesannya terasa hampa, karena keberadaan orang tua dan kerabat kandungnya belum ditemukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudoelf Nggeok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terjadi pelecehan
Pagi hari, di Rumah Sakit Sejahtera, Erik sedang menjalankan tugasnya sebagai Dokter magang. Dia selalu menuruti apapun yang di perintahkan oleh seniornya, seperti membantu para dokter senior untuk mempersiapkan bahan-bahan obat dan mengobati pasien bahkan dia rela jika di suruh untuk membersihkan ruangan para Dokter senior tersebut, terlepas dari profesinya sebagai dokter magan. Dia lakukan semua itu demi ibunya yang telah memperjuangkan impiannya untuk menjadi seorang dokter.
Erik dikenal sebagai pribadi yang menyenangkan, pekerja keras, jujur dan rendah hati. sifat itulah yang membuat teman-temannya sangat menyukainya.
Ketika waktu senggang, dia selalu meluangkan waktunya mengecek kamar pasien.
Ketika dia melintas di salah satu kamar VIP, pemandangan yang mengejutkan pun disaksikannya.
Seorang dokter cantik bernama Lidya Wijaya yg dikenal sebagai sosok dokter cantik dan diidolakan oleh banyak pria di rumah sakit, malah dilecehkan oleh seorang pria.
Pria tersebut tidak lain adalah Ivan Setiyawan Putra dari pemilik Grup Cahaya Abadi.
Ivan adalah pria yang sombong, arogan dan mesum. Ada banyak staf maupun dokter wanita yang menjadi korban bejadnya. Sifatnya itu tidak terlepas dari statusnya yang kaya dan berkuasa. Ayahnya adalah seorang pemegang saham terbesar dirumah sakit sejahtera.
Ivan sedang membekap mulut Lidya dan berusaha merobek pakaian yang dikenakannya dengan kasar dan penuh gairah. Pada saat aksinya akan berhasil, seorang dokter magang tiba-tiba melewati ruangan tersebut.
Ivan Pun dibuat kaget dengan kemunculan pria tersebut. Sebelum pria itu menegurnya, Ivan seketika berdiri dan langsung menampar pria itu dengan keras. Pria tersebut tidak lain adalah Erik Grayson.
"Enyah dari hadapanku!" bentak Ivan.
Erik yang merasa panas dan sakit di pipinya akibat ditampar, emosinya langsung tersulut. dia menatap ivan dengan tatapan penuh amara.
"Aku menyuruhmu pergi, apakah kamu tidak mendengarnya?" bentak Ivan.
"Kenapa?"
"Tidak suka karena aku menamparmu? Jangankan menampar, saya juga bisa menghabisi mu tanpa mendapatkan hukuman. apa kamu ingin mencobanya?" kata Ivan.
"Ayahku adalah pemegang saham terbesar dirumah sakit ini, aku bebas melakukan apapun yang aku inginkan. Aku juga bisa memecat mu hanya dengan mengucapkan satu kata!"
"Aku memang sudah menamparmu, memangnya apa yang dapat kamu lakukan untuk membalasnya?"
"Coba kamu balas menamparku jika kamu punya nyali!" Sambil jalan mendekatinya, Ivan sengaja mendekat kan wajahnya.
Saat melihat wajah marahnya, Ivan pun mencibir dan menepuk-nepuk wajahNya sambil memperlihatkan senyum sarkas sambil mencibir, "Aku sudah memberimu kesempatan untuk membalas, namun kamu malah diam. dasar tidak berguna. Ternyata kamu hanyalah seorang pengecut."
"Sebaiknya kamu segera tinggalkan tempat ini sebelum kesabaranku habis. Kalau kamu masih bersikeras untuk tetap tinggal, aku akan menunjukan padamu, apa yang dinamakan penyesalan."
Ivan tampak angkuh, begitu dia selesai berbicara Erik mengangkat tangannya dan menamparnya dengan keras, tepat mengenai wajahnya yg mesum.
"Menyesal bapakmu!"
Erik membentaknya dengan suara dingin.
Keparat ini sudah sangat keterlaluan, dia pikir bisa menginjak-injak harga diri orang lain sesuka hati karena dirinya kaya?
Setelah dipukuli, Ivan pun kaget dia tidak menyangka, Erik berani memukulnya. padahal dia sudah memberitahu Erik tentang latar belakangnya.
Ivan memegang wajahnya, dan ternyata ada darah dari sudut bibirnya.
Ekspresi Ivan tampak muram, sebagi tuan muda kaya dan terbiasa dimanjakan sejak kecil, Dia tidak pernah mengalami perlakuan seperti ini. itu yang membuatnya sangat marah.
Detik berikutnya ...
"Erik! Apa kamu sudah gila? beraninya kamu memukul tuan Ivan sampai babak belur seperti ini. apa kamu sudah tidak ingin bekerja disini?"
Sebuah teriakan keras terdengar dari belakang, ternyata yang teriak adalah wakil direktur rumah sakit, Gilang! Dia datang setelah mendengar kehebohan yang terjadi.
Beberapa kepala bagian juga Turut datang ketempat kejadian lalu mereka satu persatu mengutuk Erik sambil berkata dengan nada menjilat.
"Berani kamu memukul wajah Tuan Ivan hingga terluka? Kamu telah melakukan kesalahan yang fatal!"
"Erik kamu tau, kamu telah melakukan kesalahan dan menimbulkan masalah besar bagi rumah sakit ini. Kenapa masih diam? Cepat minta maaf pada Tuan Ivan." Kata para pengurus inti rumah sakit
"Tuan Ivan, apakah anda baik-baik saja? Semua ini karena kelalaian saya! Saya tidak mendisiplinkan karyawan dengan baik, dan aku akan menangani masalah ini dengan tegas." ucap sang wakil direktur.
Hanya luka ringan saja, tetapi semua orang marah seolah-olah Ivan mengalami gegar otak atau bahkan hampir kehilangan nyawa nya.
Meskipun Lidya ingin maju untuk menjelaskan kronologis kejadiannya, dan menunjukkan kepada Meraka bahwa, Ivan lah yang memulai semua ini.
Namun penjelasan itu seolah-olah seperti angin lalu, Dan semuanya berlagak bodoh dan terus memaksa Erik untuk meminta maaf kepada Ivan.
Seorang teman yang terhitung sangat dekat dengan Erik berbisik lalu berkata, "Minta maaf saja sobat, kita sebagai karyawan rendahan hanya bisa tunduk kepada mereka yang berkuasa."
"Hanya cukup dengan ucapan maaf saja? Sejak kapan seorang Ivan serendah itu?"
Ivan berbicara dengan gayanya yang sombong seolah-olah semua yang terjadi disebabkan oleh Erik.
"Saya ingin, dia berlutut didepan Rumah Sakit selama sehari. Untuk merenungkan, kesalahan apa yang sudah dia lakukan dan apa akibatnya, kalau menyinggung seorang Ivan. Permintaan ini tidak keterlaluan bukan?" Tanya Ivan kepada wakil direktur Gilang.
"Tidak keterlaluan kok, tentu saja sangat sepadan dengan apa yang telah dilakukannya."
Wakil Direktur mengangguk setuju, berlutut memang sangatlah memalukan, tetapi semua itu tergantung situasi dan kondisi.
Erik telah menyinggung putra seorang yang memiliki saham terbesar diRumah Sakit Sejahtera. Jadi memang sewajarnya dia berlutut dan memohon ampun. gumam Gilang dalam hatinya.
Diapun berkata,
"Erik segera minta maaf dan berterima kasihlah kepada tuan Ivan, karena dia telah berbaik hati memberikanmu hukuman seringan ini."
Erik sangat marah sampai wajahnya memerah dan urat-uratnya juga menonjol
Ivan hanya mengalami sedikit luka saja, akan tetapi dia malah disuruh berlutut selama seharian sambil memohon ampun, Ini sudah keterlaluan.
"Saya bahkan belum sempat menegur Ivan, dan malah dia yang duluan di tampar. mengapa malah dirinya yang disalahkan?"
Dan sebenarnya ivan yang melakukan kesalahan kenapa malah dilimpahkan kepadanya?
Kenapa saya yang harus menerima perlakuan seperti ini, apa Karena aku orang miskin dan mereka orang kaya?
"Erik, saya memberi kesempatan karena melihat kamu sangat giat dalam bekerja, kamu Jangan tidak tau diuntung." ujar sang wakil direktur.
"Sengaja melukai orang lain dan tidak ingin meminta maaf? Hanya dengan kesalahan ini saja, sudah cukup untuk membuat kamu tidak mendapatkan surat rekomendasi dari Rumah Sakit, pikirkan dengan matang." Pungkasnya.
Erik merasa diancam terang-terangan oleh Gilang.
Erik pun mengepalkan tangannya sambil berkata dengan lantang,
"Saya tidak melakukan kesalahan, saya hanya membela diri karena ditampar, dan tidak mengganggu siapapun, kenapa juga saya harus meminta maaf, seharusnya dia yang meminta maaf!"
"Anda juga, sebagai wakil direktur rumah sakit, anda tidak mampu memilah mana yang benar dan mana yang salah. Tapi Malah dengan sengaja memutarbalikkan fakta!"
"Anda ketakutan pada orang yang berkuasa dan menindas orang yang lemah. Atas dasar apa anda menduduki posisi sebagai wakil direktur rumah sakit ini?"
"Erik,..!
Wakil direktur Gilang sangat marah setelah mendengar kata-kata itu sehingga bibir dan badanya gemetar
"Beraninya kamu bicara lancang seperti itu kepada atasanmu. Apa kamu tau akibat dari ucapanmu itu!
"Tentu saja saya tau."
"Sayangnya tulangku sangat kokoh dan saya tidak akan bisa menekuk lutut ku untuk itu, meski dipaksa sekalipun." Ucap Erik dengan tegas.
"Kamu menyanjung dan menjilat orang lain itu urusanmu sendiri, Tidak ada hubungannya denganku!"
Hanya pekerjaan saja, aku tidak terlalu membutuhkannya.
"Sret!"
Erik melepaskan jas putih dan ID card nya dan meletakan diatas meja lalu meninggalkan ruangan tersebut.
Semua pimpinan rumah sakit sangat marah hingga wajah mereka memerah karena menahan amarah. dan mereka yg ada di ruangan itu tercengang atas tindakan Erik.
Sementara Lidya, ekspresi wajahnya sangat berbeda dari yang lainnya.
Para pimpinan rumah sakit sibuk meminta maaf kepada Ivan sambil menjilatNya dengan berbagai sanjungan, tanpa menghiraukan kepergian Erik.
Sekarang hal yang paling penting yang mereka lakukan adalah menghibur Ivan agar suasana hatinya membaik.
Ivan tampak tidak senang karena pihak rumah sakit gagal menghukum Erik.
Erik hanyalah dokter magang, dia pikir dirinya siapa? Gumam Ivan.
Setelah meninggalkan rumah sakit, Erik kebingungan, dia telah menyinggung banyak orang hari ini. Pasti akan sulit baginya untuk bekerja lagi.
Ibunya pernah mengajarinya bahwa,orang boleh miskin tetapi martabat tidak boleh diinjak-injak. Erik selalu mengingat perkataan itu.
**********