📢📢📢WELCOME DI AREA BENGEK NGAKAK GULING-GULING 😂😂😂
Jesi yang sudah terbiasa dengan kehidupan bagai sultan, harus kehilangan semua fasilitas itu karena ayahnya yang ingin membuatnya menjadi mandiri. Dalam sekejap ia menjadi seorang mahasiswi magang, dan dihadapkan dengan team leader yang ganteng tapi sayangnya galak.
"kalo aja lo itu bukan pembimbing magang gue, ogah banget dah gue nurut gini. Ini namanya eksploitasi tenaga karyawan."
"Aku tau, aku itu cantik dan menarik. nggak usah segitunya ngeliatinnya. Ntar Bapak naksir." Jesika Mulia Rahayu.
"Cantik dan menarik emang iya, tapi otaknya nothing. Naksir sama bocah seperti kamu itu impossible." Ramadhan Darmawan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serba salah
Jesi Merentangkan tangannya seraya menghirup udara pagi yang masih sejuk. Tepat pukul enam saat dirinya selesai menjemur pakaian yang sudah ia cuci sejak semalam. Semenjak tinggal sendiri dia memang kerap mencuci malam hari supaya paginya tinggal jemur. Dipandanginnya lingkungan sekitar tempat tinggalnya, padat didominasi tempat kost. Mungkin karena wilayah ini dekat dengan kampus sehingga mayoritas warga bahkan menjadikan rumahnya tempat kost, cukup menguntungkan dan tak ribet. Jesi jadi kepikiran membangun tempat kost, enak kan cukup sekali ngebangun sama isi listrik yang nggak seberapa dan setiap bulan atau tahun menerima uang tergantung dari cara pembayaran yang di tetapkan.
Masuk kembali ke dalam kamar, Jesi mempersiapkan dirinya untuk segera berangkat ke kantor. Dia tersenyum puas menatap pantulan gambar dirinya di dalam cermin.
“Semangat, Jes!” ucapnya kemudian meraih ponsel untuk memesan ojeg.
Hari ini ada penghuni baru di tas kecil yang di bawa Jesi. Headset bluetooth yang biasa hanya ia gunakan untuk mendengarkan musik atau nonton drakor ikut ia bawa.
“Lumayan kan bisa buat dengerin rekaman rapat si Karam.” Gumamnya.
“Takut kena sabotase lagi gue, kan ada bukti kalo ada rekaman.” Imbuhnya sambil tersenyum ala-ala penjahat.
Semalam setelah mencuci Jesi tak langsung tidur. Dia yang masih tak terima karena disalahkan atas kasus kontrak dimana nominalnya kurang satu digit nol. Jesi kembali membaca dokumen revisi yang ia terima dari Mba Dina. Bukan matanya yang salah liat atau jarinya yang kepleset saat menekan papan keyboard ataupun otaknya yang tak bisa menghitung jumlah nol di dalam dokumen itu, nyatanya berkas yang ia terima dari Dina dan hasil cetakannya sudah sama. Tak ada yang namanya kurang nol. Detik itu juga Jesi menyadari jika dirinya menjadi korban sabotase.
“Gila emang sih Mba Dina. Dia yang bikin masalah gue yang kena dampaknya. Bakal gue aduin ke Karam pokoknya!”
“Gila aja gue yang kena semprot sana sini. Mana wajahnya so tampa dosa gitu lagi. Awas aja pokoknya pasti gue balas!”
Untuk menghindari hal serupa terjadi lagi Jesi memutuskan untuk merekam setiap rapat yang ia ikuti, selain itu rekaman tersebut juga akan membantunya untuk memeriksa poin-poin penting yang bisa saja terlewat dalam catatannya.
“Liat aja Karam, gue bakal bikin lo narik kata-kata ‘nothing’ dari otak cerdas ini.” Sekali mendapat apresiasi yang baik dari Rama kemarin, membuat Jesi ingin bekerja dengan lebih baik dan membuktikan jika dirinya memiliki kemampuan.
“I will change from nothing to everything, Karam!”
Sambil menunggu ojeg pesanannya tiba Jesi turun ke lantai satu untuk sarapan, Seperti biasa nongkrong di warung bu kost sambil haha hihi dengan ibu kost. Walau lebih sering Jesi harus mendengarkan ibu kost yang selalu membahas sinetron ikatan lope lope di channel televisi yang ngakunya oke itu. kadang Jesi aneh dengan barisan emak-emak berdaster yang pagi-pagi sudah antri bala-bala dan bacang di warung bu kost sambil bercerita heboh soal Mas Al yang katanya bikin baper, bisa segitu gilanya dengan itu sinetron. Tapi Jesi senang setidaknya karena mereka Jesi jadi tak merasa kesepian, ya meskipun ia hanya bisa menjawab iya-iya saja karena tak tau sama sekali soal sinetron yang viral dikalangan emak-emak itu.
“iya itu si Elsa emang ngeselin. Padahal Andin mah udah nggak usah ke penjara. Biarin aja si Elsa suruh mati di penjara.” Salah satu emak-emak ngegas emosi sendiri, padahal dia yang cerita eh emosi jiwa raga sendiri. Di tambah dengan emak-emak lain yang juga ikut ngegas mencaci tokoh Elsa.
Jesi yang tak mengerti hanya tersenyum sambil sesekali menyedot susu kotak rasa vanila hasil malak Karam kemarin, sebelum pulang ia iseng-iseng nagih jajan eh nggak taunya dibeliin beneran karena si Freezer yang saat itu sedang di mode rice cooker membelokan mobilnya ke depan indoapril. sebenarnya jajan yang dibelikan Rama kemarin masih banyak, tapi kebanyakan snack yang tidak mengenyangkan. So, karena Jesi asli Indonesia kalo belum nemu nasi yah namanya belum makan.
Setelah kang ojeg pesanannya tiba, Jesi segera bangkit dari duduknya dan menyalami satu persatu emak-emak berdaster yang masih heboh dengan cerita mereka.
“Jesi berangkat dulu yah, Bi.” Pamitnya.
“Iya Neng geulis, hati-hati di jalan yah.”
Tiba di kantor ia segera masuk ke dalam, senyum ramah ia berikan pada petugas cleaning service yang sedang membersihkan kaca. Barisan wanita cantik penunggu front office pun ia sapa dengan dengan ramah.
“Pagi mba-mba cantik...” sapanya sambil lewat. langkah Jesi kian cepat saat mendapati Raka yang berdiri di depan lift.
“Karak wait Neng Jesi, please!” Teriaknya so inggris saat pintu lift terbuka dan Raka hendak masuk, membuat sebagian Karyawan perempuan yang sama-sama menunggu lift ikut menoleh.
“Jangan teriak-teriak ini kantor, bukan hutan!” Sindir Rama dengan langkah panjang dan melewati Jesi begitu saja.
Tapi Jesi acuh dan malah berlari lebih cepat untuk melewati Rama sambil menjulurkan lidahnya mengejek dan segera masuk ke dalam lift.
“Thanks Karak, udah waiting me.”
“So inggris!” sindir Rama yang ikut masuk ke dalam lift.
“Dasah bocah!” imbuhnya.
“Suka-suka aku dong. Mulut-mulut aku, bebas dong. Iya kan, Karak?” timpal Jesi. Dia memang seberani ini pada Rama saat ada Raka, malaikat pelindung yang selalu membelanya.
“Iya dong. Aqua gelas kesayangan gue.” Balas Raka yang sama errornya dengan Jesi.
“Neng Jesi, Karak!” ralatnya segera dengan tatapan melas dan bibir yang di kerucutkan.
“Iya deh, Neng Jesi kesayangan Aa Raka yah?” balas Raka.
“Udah lo jangan kebanyakan ngomong sama ini bocah, Ka. Buruan turun!” ucap Rama saat lift terbuka di lantai tujuh.
“iya-iya ini juga gue mau turun, udah sewot aja lo pagi-pagi!” timpal Raka kemudian melangkah keluar sambil melambaikan tangan pada Jesi.
Setalah pintu lift kembali tertutup Rama melirik Jesi yang dibalas dengan senyum olehnya.
“Nggak usah senyum so manis gitu!”
Jesi langsung diam dan cemberut, matanya melirik sebal pada Rama.
“Nggak usah cemberut juga, nggak enak di lihat!” ucapnya sebelum keluar dari lift.
Jesi dengan cepat ikut keluar dan mengikuti Rama, “Dasar CCG! salah apa coba gue, itu orang pagi-pagi udah sewot aja!”
"gue senyum salah, gue cemberut salah juga!" gerutunya.
.
.
.
biasakan like komen dan favoritkan setelah baca yah biar aku makin semangat.