Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang perempuan setelah berpisah dari orang yang dicintainya. Namun, takdir berkata lain karena ada kisah lain yang muncul setelah mereka berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 28
Tanpa sadar, air mata Senja mengalir. Dia kembali berhadapan dengan masa lalu kelam yang ingin dilupakannya. Jauh dia berlari, namun tetap saja masa lalu itu mengejar dan bahkan bertahun- tahun lamanya, masa lalu itu terus mengikutinya. Senja pun menyadari dan mengakui bahwa itu semua tidak berubah.
Dia bangun dan menatap lekat wajah laki- laki itu. Laki- laki yang tidak pernah dia sangka dapat membuat dia jatuh cinta dan patah hati dalam waktu yang sama. Wajah yang semakin tampan seiring matangnya usia.
.
.
Hazel tersadar. Dia tidak mendapati Senja di kamar. Dia hanya menemukan sebuah catatan kecil di dekat lampu tidur.
"Aku berangkat ke kantor. Jangan lagi bertindak seperti ini. Aku akan menganggap kejadian malam tadi tidak pernah terjadi. Mari tetap berpura-pura tidak saling kenal."
Senja telah pergi ke kantor. Tidak lupa dia meninggalkan sarapan untuk Hazel. Hazel membawa sarapannya dan pulang ke rumahnya. Dia memilih untuk tidak ke kantor hari ini.
"Lagi- lagi aku bertindak bodoh." Umpat Hazel dalam hatinya.
Dia ingat benar bahwa kemarin dia mengkonsumsi alk*oh*l. Dia melihat Senja pulang dan dia mengikuti Senja dari belakang. Dan nekat bertemu dengan Senja.
.
.
Senja sedang makan siang bersama Bintang dan Alex di kantin kantor. Senja terlihat suntuk. Perasaannya saat ini sedang tidak enak. Semalam dia kesulitan untuk tidur. Dia baru terlelap saat hujan benar- benar reda.
"Eh Senja, lo tinggal di mana?" Alex bertanya.
"Aku tinggal di kos- kosan daerah Kemuning Kak." Senja menjelaskan.
"Oh gitu. Gue kira lo tinggal bareng ortu di rumah."
"Wah Senja, itu daerahnya kan cukup jauh dari kantor. Kamu pasti kesulitan ya setiap hari harus bolak balik gitu." Bintang prihatin.
"Iya sih kak. Jauh. Soalnya itu kos- kosan dulu dekat sama kampus aku. Untung aku pake motor. Jadi ngga kerasalah capeknya."
"Kenapa lo ngga pindah aja?" Tanya Alex.
"Rencananya bulan depan kak. Kalo udah terima gaji lagi. Daerah sini mahal- mahal kosnya." Bintang mengeluh.
"Iya juga ya. Terus orangtua lo di mana ?" Tanya Alex.
"Mereka jauh di daerah A." Senja sedih.
"Wah jauh juga ya."
"Oh ya Lex, bukannya Ibu Dinda punya kos- kosan di belakang kantor ini kan? Nah Senja, coba deh lo tanya ke Ibu Dinda. Siapa tau beliau bisa bantuin lo." Bintang memberi saran.
"Gitu ya? Iya deh nanti aku tanyain." Senja setuju.
Ketika mereka sedang asyik bercerita, masuklah Kiran dan seorang perempuan lain di kantin. Tanpa sengaja, mata mereka bertemu dan Senja segera menunduk.
Kiran dari jauh terlihat kesal.
Bintang menyadari itu dan segera bertanya.
"Lo kenapa Senja?" Tanya Bintang.
"Ng.. Ngga ko Kak." Senja menghindar.
"Ngga usah bohong deh. Muka lo berubah gitu pas lihat tuh nenek sihir."
"Sebenarnya sih ada sedikit kejadian ngga enak aja antara aku sama dia kemarin." Senja akhirnya membuka suara.
"Duhhh. Lebih baik lo ngga usah ladenin deh. Semua orang di kantor ini juga tahu kalo dia tuh suka cari masalah. Jadi kalo dia gangguin lo, bilangin ke gue." Bintang kesal.
"Hehehehe. Oke kak." Senja tersenyum senang.
.
.
Senja sementara fokus dengan pekerjaannya. Dia sedang mengerjakan tugas yang diberikan padanya. Ponselnya bergetar beberapa kali. Senja melirik, ternyata yang menelpon adalah Ibunya.
"Halo Bu."
[Halo Nak. Maaf Ibu telepon kamu. Kamu pasti lagi sibuk kerja ya?]
"Ngga juga kok Bu. Ada apa Bu?"
[Senja. Ibu mau kasitau kamu. Ayah kamu kecelakaan. Ayah ditabrak oleh sebuah mobil dan pelakunya melarikan diri.
Hikss.. Hikss..]
"A... Apa Bu? Truss.. Trus gimana sekarang keadaan Ayah?"
[Ayahmu sedang di Rumah sakit. Kakinya harus diamputasi. Dokter harus segera lakukan operasi. Tapi.. Tapi Ibu ngga punya uang, Senja. Hikks.. Hikss. Gimana ini Nak?]
"Berapa biayanya Bu?"
[Kata Dokter. Biaya operasinya dan pemulihannya sebesar 130 juta. Ibu bingung ini harus gimana.]
"Ibu. Ibu tenang ya. Senja usahain buat dapatin uangnya. Senja tutup dulu teleponnya. Nanti Senja telepon Ibu lagi."
Senja memutus panggilan. Dia berlari ke toilet untuk mencurahkan kesedihannya. Dia menangis tersedu- sedu. Hatinya hancur. Dia bingung apa yang harus dia lakukan. Saat ini dia tidak bisa berpikir dengan baik. Bagaimanapun dia harus tetap kuat. Dia hanya memiliki Ibunya. Dia harus tetap kuat.
"Eh Kiran. Hari ini Pak Hazel ngga masuk ya?"
"Ngga. Seharian ini juga ngga ada informasi. Gue jadi pusing karena klien yang nanyain terus."
"Kira- kira Pak Hazel udah punya pacar belum ya?"
"Lo ngga liat apa ? Di depan lo ini ceweknya Pak Hazel."
"Hahahaha . Gila lo."
Senja dari dalam kamar toilet mendengar percakapan yang dia yakini itu adalah Kiran sang Sekertaris dengan seseorang yang tidak Senja tahu. Dia diam sambil terus mendengar percakapan mereka.
Tiba- tiba Senja memiliki ide konyol.
"Ya. Gue harus minta tolong sama dia. Untuk sekarang kesampingkan dulu rasa trauma dan sedih ini. Yang penting Ayah harus segera dioperasi." Gumam Senja bertekad.
.
.
Di rumahnya, Hazel mendapat berita bahwa Ayah Senja mengalami kecelakaan dan harus dioperasi. Namun, pihak keluarga belum membayar biaya untuk operasi.
"Dia pasti sedih banget sekarang. Yah. Siapa tahu ini lotre juga buat gue." Hazel bergumam.
.
.
Senja tiba di kosnya. Hazel sudah pergi dari sana. Namun , dia melihat sebuah catatan kecil yang ditinggalkan untuknya.
"082143xxxxxx. Hubungi aku kapanpun kau mau."
Senja mendua. Dia masih berusaha berpikir keras. Tadi di kantor saat teman- teman divisinya tahu, mereka tidak dapat membantu banyak. Dia juga sudah berusaha meminjam ke beberapa teman kuliahnya. Namun, semua tidak mempunyai uang sebanyak itu.
Tanpa berpikir panjang lagi, Senja memutuskan untuk menghubungi Hazel. Satu- satunya pilihan terakhir yang tersisa yang dia yakini dapat menolongnya.
"Bisakah kita bertemu sekarang? Ada hal penting yang ingin kubicarakan denganmu. Senja."
Senja mengirim pesan ke Hazel.
Ponsel Senja bergetar. Ada balasan dari Hazel. Rupanya Hazel mengirim sebuah lokasi kepadanya. Senja yang mengerti segera bergegas menuju ke titik lokasi yang dikirim. Hujan yang turun tidak menghalangi niatnya untuk bertemu Hazel sekarang.
.
.
Senja tiba di sebuah rumah mewah dengan pagar tinggi. Satpam yang melihatnya mengijinkan Senja masuk ke dalamnya. Sepertinya mereka telah mendapat instruksi dari Hazel.
Senja tiba dengan pakaiannya yang basah kuyup. Beberapa pelayan yang melihatnya merasa iba.
"Nona Senja. Silahkan ikuti saya." Arjun muncul dan menyapa Senja.
"Pak Arjun." Senja mengingat wajah itu. Dia adalah pengawal pribadi Hazel sejak SMA.
"Tuan memerintahkan saya untuk Nona bisa mengganti pakaian Nona yang basah." Pinta Arjun.
Senja menurut. Dia akui bahwa kondisinya sangat menyedihkan saat ini.
"Akhirnya kita akan bertemu lagi Senja." Gumam Hazel sembari melihat CCTV yang menampilkan Senja.
Setelah berganti, Senja diarahkan menuju ke sebuah ruangan. Diantar oleh Arjun, Senja dipersilahkan masuk.
"Silahkan masuk. Tuan sudah menunggu di dalam. Saya akan menunggu di sini." Ujar Arjun.
Senja membuka pintu perlahan. Jantungnya berdebar tidak karuan. Entah kenapa, dia selalu merasakan ini setiap kali dia bertemu dengan Hazel.
Di dalam ruangan, Hazel sudah menunggu. Senja berjalan mendekat dan berdiri di depan Hazel.
"Hazel."
.
BERSAMBUNG..