Ariana tak sengaja membaca catatan hati suaminya di laptopnya. Dari catatan itu, Ariana baru tahu kalau sebenarnya suaminya tidak pernah mencintai dirinya. Sebaliknya, ia masih mencintai cinta pertamanya.
Awalnya Ariana merasa dikhianati, tapi saat ia tahu kalau dirinya lah orang ketiga dalam hubungan suaminya dengan cinta pertamanya, membuat Ariana sadar dan bertekad melepaskan suaminya. Untuk apa juga bertahan bila cinta suaminya tak pernah ada untuknya.
Lantas, bagaimana kehidupan Ariana setelah melepaskan suaminya?
Dan akankah suaminya bahagia setelah Ariana benar-benar melepaskannya sesuai harapannya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah nasihat
"Hai, maaf, aku sedikit terlambat," ujar seorang perempuan yang menghampiri Ariana yang duduk di sebuah cafe.
Ariana yang sedang memainkan ponselnya pun mendongak lalu menyipitkan mata.
"Kenapa? Bingung kenapa aku bisa langsung mengenalimu?" Perempuan itu tersenyum sinis. "Ya, jelas aku tahu. Bahkan sangat tahu. Bagaimana aku tidak mengetahui siapa perempuan yang menikah dengan kekasihku," imbuhnya membuat Ariana terperangah.
"Jangan-jangan waktu itu ... "
"Ya, seperti yang kau pikirkan. Aku sengaja menabrak mu untuk melihat reaksimu saat bertemu denganku. Ternyata kau tidak tahu siapa aku. Em, entah kalau saat kita berpapasan di dekat ruangan Danang, mungkin kau menyadari hubunganku dengan Mas Danang saat melihatku keluar dari ruangannya."
Dada Ariana seketika terasa sesak. Bahkan untuk menarik nafas saja terasa berat.
"Oh ya, kau sudah pesan?"
Ariana mengangguk tanpa bersuara. Ia masih berusaha menenangkan hatinya yang sudah semakin tidak baik-baik saja.
Lalu perempuan yang tak lain adalah Monalisa itupun segera memesan minumannya. Tak lama kemudian, pramusaji mengantarkan pesanannya.
"Jadi, untuk apa kau memintaku bertemu?" tanya Monalisa setelah menyesap moccachino miliknya.
"Tolong jauhi suamiku?" ucap Ariana.
"Apa? Jauhi suamimu? Apa aku tidak salah dengar?"
"Tidak. Kau gadis yang cantik, memiliki pekerjaan yang bagus, aku yakin, banyak laki-laki single yang mau denganmu. Jadi tolong, jauhi suamiku. Kau tentu tidak mau kan disebut sebagai seorang pelakor?" ucap Ariana tenang.
"Brengsekkk! Tutup mulut sialan mu itu! Siapa yang kau sebut pelakor, hah? Aku?" Monalisa menunjuk dirinya sendiri. "Apa aku tidak salah dengar? Hello, apa kau tidak tahu, aku yang lebih dulu menjalin hubungan dengan mas Danang. Bahkan Mas Danang sendiri yang berjanji akan menikahi ku. Seandainya orang tuanya tidak memaksa dia menikahimu, sudah pasti aku yang saat ini akan menjadi istrinya, bukan kau. Jadi ... siapa yang sebenarnya pelakor di sini?" sentak Monalisa menggebu. Ia tidak terima disebut sebagai pelakor. Bukankah yang lebih pantas disebut sebagai pelakor itu justru Ariana sendiri sebab ia sudah merebut Danang dari sisinya.
"Mas Danang memang lebih dulu menjadi kekasihmu, tetapi yang pertama menjadi istrinya itu adalah aku. Jadi yang lebih berhak atas mas Danang itu adalah aku, bukan kau," balas Ariana sengit.
"Oke, silahkan berbangga diri menjadi istrinya. Tapi kita lihat, siapa yang akan menjadi prioritas mas Danang, aku atau kau. Aku sarankan padamu, lebih baik mundur dari sekarang sebelum kau akan mengalami sakit yang lebih dalam lagi karena yang Mas Danang cintai itu hanya aku, bukan ... kau."
***
. Ariana terus terngiang-ngiang pada perkataan Monalisa. Bahkan hingga malam menjelang dan saatnya makan malam, tiba-tiba Ariana kehilangan selera saat membayangkan Danang sedang makan malam dengan Monalisa. Membayangkannya saja membuat Ariana kesal, apalagi melihatnya secara langsung.
"Kenapa makananmu cuma diaduk-aduk doang sih, Na? Aku tuh jauh-jauh temuin kamu itu untuk ajak kamu makan malam, bukan buat liatin kamu aduk-aduk makanan nggak jelas gitu. Ujung-ujung pasti nggak habis terus mubazir," tegur teman Ariana.
"Sorry, Len, aku tiba-tiba kehilangan selera makan," ujar Ariana yang sudah mendorong piring nasinya yang baru disantap beberapa suap saja.
Ariana meraih botol air mineral dan menenggaknya hingga bersisa setengahnya saja.
"Na, kamu ada masalah? Cerita aja ke aku. Siapa tau perasaanmu bisa lebih ringan setelah ini," ujar Alena yang merupakan teman Ariana sejak SMP hingga SMA.
Ariana mendongak menatap sang sahabat. Alena lantas menyingkirkan piring kotor bekas mereka makan. Lalu ia menggenggam tangan Ariana.
"Kalau ada masalah, cerita. Ingat, kau tidak sendiri, Na. Ada aku, sahabatmu. Ada orang tuamu, ada adik-adikmu, ada suamimu. Jangan pendam sendiri permasalahanmu, oke?" ujar Alena mencoba meyakinkan.
"Kalau permasalahanku justru bersumber dari suamiku, bagaimana?" tanya Ariana getir.
"Apa? Memangnya suamimu kenapa? Apa kalian bertengkar? Apa dia melakukan kdrt? Katakan Na, jangan kau pendam sendiri!"
"Ya, kami memang bertengkar, tapi bukan karena kdrt."
"Lantas?" Alena menanti dengan sabar.
"Al, aku harus bagaimana?" Ariana tergugu. Dadanya seketika sesak. Ariana sampai menepuk-nepuk dadanya karena terasa begitu menyesakkan.
"Tenangkan dirimu dulu, Na. Tarik nafas dalam-dalam lalu hembuskan!" Alena tidak tega melihat Ariana yang tergugu sampai menepuk-nepuk dadanya sendiri. Dapat ia lihat, apa yang Ariana rasakan saat ini benar-benar berat dan menyesakkan.
"Len, Mas Danang, Len, Mas Danang, ternyata dia ... memiliki perempuan lain, Len. Dia ternyata tidak pernah mencintaiku dan justru mencintai perempuan itu. Aku ... aku harus bagaimana, Len? Aku ... aku sakit, Len.. Sakit banget," ujar Ariana tergugu.
Alena terkejut bukan main. Ia sampai membelalakkan matanya setelah mendengar apa yang Ariana katakan.
"Yang benar, Na? Jangan-jangan kamu hanya salah paham? Atau ada yang mencoba memfitnah suamimu. Sebaiknya kau cari tahu dulu kebenarannya. Jangan sampai rumah tanggamu berakhir berantakan karena fitnah orang lain."
"Ini bukan fitnah, Len. Aku ... aku awalnya mengira Mas Danang selingkuh, tapi ternyata ... aku ... akulah orang ketiga diantara mereka. Gara-gara aku, Mas Danang tidak bisa menikah dengan kekasihnya. Gara-gara aku, hubungan mereka menjadi rumit. Semua gara-gara aku, Len. Seandainya aku tidak menerima lamaran itu pasti mereka sudah bersatu. Aku bodoh, Len. Karena aku ... "
Ariana lantas menceritakan segalanya mulai dari awal mula ia menemukan foto seorang perempuan di laptop suaminya, lalu perdebatan antara suaminya dan kedua orang tuanya, disusul dengan pengakuan Danang, dan sore tadi, ia pun sudah bertemu dengan perempuan yang suaminya cintai.
Hati Ariana benar-benar sakit. Ia bingung harus melakukan apa. Ingin melepaskan, tapi ia masih cinta. Ia ingin sekali memperjuangkan rumah tangganya. Ingin bertahan, tapi rasanya sungguh menyakitkan.
"Aku nggak tau harus bilang apa ke kamu, Na. Aku khawatir aku salah bicara. Tapi aku hanya bisa mengatakan satu hal, bertahanlah bila menurutmu dia memang pantas kau pertahankan atau kau masih sanggup bertahan. Atau ... lepaskan dia bila kau sudah benar-benar lelah. Menyerah bukan berarti kalah. Kau perempuan cerdas dan hebat, An. Aku yakin, kau pasti sanggup melalui badai ini."
...***...
Ariana pulang dinas menjelang dini hari. Saat tiba di rumah, Ariana tidak melihat mobil Danang. Ia yakin laki-laki itu belum pulang jadi ia langsung saja masuk ke dalam rumah. Membersihkan diri dan berganti pakaian. Setelah itu, ia merebahkan tubuh lelahnya. Karena mata yang tak kunjung bisa terpejam, Ariana pun mengambil ponsel dan berselancar di sosial media. Hingga tiba-tiba jarinya berhenti di sebuah quotes yang seakan memberikannya sedikit pencerahan.
Namun, jika ia tidak ditakdirkan untukmu dan kau tidak ditakdirkan untuknya, maka jauhkanlah ia dari pikiranmu dan jauhkanlah ia dari hatimu.
Degh ...
Ariana memejamkan matanya, lalu dalam hati ia berucap, 'Ya Allah, bila ia memang tidak ditakdirkan untukku dan aku memang tidak ditakdirkan untuknya, aku mohon, jauhkanlah ia dari pikiranku dan jauhkanlah ia dari hatiku. Aku mohon ya Allah, berikanlah aku jalan keluar dari setiap permasalahanku ini.'
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Soale kan kandungan nya emang udah lemah ditambah pula,sekarang makin stress gitu ngadepin mantannya Wira
bukannya berpikir dari kesalahan
kalou hatinya tersakiti cinta akan memudar & yg ada hanya kebencian...