Falisya seorang gadis cantik yang berasal dari desa, dia terpaksa harus pindah sekolah ke kota karena orang tuanya.
ternyata tujuan dia pindah ke kota adalah untuk menikah dengan Mahendra, lelaki asing yang tidak ia kenal sama sekali.
mereka melakukan pernikahan karena perjanjian orangtua nya dahulu.
untuk merahasiakan pernikahan itu, mereka melakukan berbagai cara.
Di sekolah falisya adalah adik kelasnya mahendra.
Pertama kali falisya menginjakkan kaki di sekolah itu, ketos tampan tertarik padanya, hingga membuat Mahendra yang terkenal cuek dan dingin merasa tersaingi.
Ketos dan Mahendra adalah dua orang yang berpengaruh di sekolah, hingga membuat mereka saling bersaing. Mahendra tidak menyukai Alif yang selalu berusaha mendekati falisya, hingga berbagai cara ia lakukan untuk menjauhkan mereka berdua.
Bagaimana falisya dan Mahendra menyembunyikan pernikahan mereka?
Dan apa saja tantangan yang mereka dapatkan karena pernikahan itu?
Akankah mereka saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Falisyaa Cf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasutri Gaje
Falisya menyeringai, dia tak gentar di tindas seperti itu oleh mahendra karena dia punya bekingan yang sangat kuat, yaitu kedua orang tua Mahendra. Dia tersenyum dan mendekatkan bibirnya ke bibir Mahendra, kini jaraknya hanya dua Senti saja.
Mahendra membulatkan matanya dan memundurkan langkahnya. "Arghh, sialan apa yang Lo lakuin?" Mahendra langsung keluar dari kamar dan saat ini pipinya sudah seperti kepiting rebus.
Falisya tertawa keras, dia tidak menyangka jika Mahendra akan salah tingkah seperti itu. Padahal ia hanya menggertak saja, tidak mungkin falisya berani melakukan itu. Bahkan tadi jika Mahendra ikut memajukan kepalanya mukin falisya lah yang akan kabur seperti tadi.
"Gue juga udah ngak betah sama Lo, pokoknya dua bulan lagi harus bisa di pulangkan ke kampung! Gue ogah lama-lama disini, ngak apa-apa jadi janda yang penting masih perawan dan lagian juga ngak ada yang tahu kalau gue udah nikah kan? Jadi aman!"
Falisya langsung berjalan menuju pintu keluar kamarnya, dia melirik keberadaan mahendra yang telah duduk di meja makan dengan mamanya. Falisya menahan tawanya dan langsung ikut bergabung.
"Mama," Sapa falisya.
Wanita itu terlalu baik pada falisya, haruskah dia juga melukai hati kecil wanita itu? Falisya terus bertanya dalam hatinya. Saat ini yang salah padanya hanyalah mahendra, jadi dia akan fokus kepada mahendra dan tidak melibatkan wanita itu lagi di dalam misinya, namun keadaan ketika mendesak apa boleh buat.
"Makan dulu ya, tadi mahendra sudah mama marahin, besok dia ngak akan ngulanginnya lagi," ujar Eva.
"Ngak apa-apa kok ma. Mahendra pastikan punya kesibukannya sendiri, falisya paham kok! Tadi mahen juga udah minta maaf sama falisya," ujar falisya tersenyum manis.
"Oh ya? Dia benaran minta maaf sama kamu?" tanya Eva terkejut.
"Iya, dia ternyata sweet banget, ya. Makasih ya ma udah melahirkan sosok mahendra untuk falisya."
"Uhukkk....Uhukkk, sialan!" Mahendra langsung meneguk air putih hingga satu gelas habis.
"Kamu kenapa, sayang? Eh tapi mama bangga loh sama kamu, sudah mau berubah jadi suami ya baik!" ujar Eva tersenyum.
"Hahaha, i-iya ma!" sahut Mahendra tertawa kecil dan melirik falisya tajam.
Wanita itu hanya berpura-pura tidak melihat dan langsung mengunyah makanannya, dia melihat wajah mahendra saat ini sudah merah merona, membuat falisya hampir saja tidak dapat menahan tawanya.
"Siapa suruh lawan falisya, Lo kira gue lemah dan nangis saat Lo tindas? Lo salah pilih istri!" batin falisya.
Selesai makan, falisya bersiap-siap untuk pergi keluar. Eva yang melihat wanita itu sudah rapi dan membawa tas langsung menghampirinya dan ingin mengetahui ingin pergi kemana menantunya.
"Falisya, kamu mau pergi kemana?" tanya Eva.
"Oh, ini ma. Falisya ada tugas jadinya mau beli buku."
"Gitu ya, mau sama siapa perginya?" tanya Eva lagi.
"Naik taksi ma, ini baru mau di pesan,"
"Jangan, sama mahen aja! Dia lagi ngapain emangnya? tanya Eva.
"Tidur, tadi sih udah falisya ajakin cuma di suruh naik taksi aja katanya, ma." falisya memasang wajah sedihnya.
"Haha, rasain Lo hari ini gue menang banyak!" batin falisya.
"Bentar, biar mama bangunin dulu dia, ya!"
"Ngak usah, ma. Kasian mahen pasti dia kecapekan,"
"Ngakk, dia harus jagain kamu terus! Tunggu, jangan pergi dulu ya," Eva langsung menuju ke kamar Mahendra.
Eva membuka pintu dan melangkahkan kakinya mendekat lalu menarik selimut itu hingga terlepas dari tubuh mahendra. Lelaki itu kembali menarik selimutnya dengan mata terpejam, dan kini mereka saling tarik menarik selimut hingga mahendra membuka matanya.
"Ma, ada apa sih?" tanya mahen dengan suara serak bangun tidur.
"Ada apa? Kamu biarin falisya pergi ke toko buku sendirian dan nyuruh dia naik taksi aja hah? Suami macam apa kamu ini, bangun cepatan anterin itu istri kamu ke toko buku," Eva menarik tubuh Mahendra agar anaknya itu bangun.
"Ma, falisya ngak ada bilang apa-apa sama mahen! Mahen juga ngak ada nyuruh dia naik taksi, mama jangan percaya terus sama ular berbisa itu!" keluh Mahendra.
"Udah bangun, atau mama telfon papa nih?" ancam Eva.
"Ma, mahen udah besar dan juga sudah punya istri jangan perlakukan mahen kaya anak kecil lagi deh," pintanya.
"Karena kamu susah banget di bilangin!"
"Hmm, iya-iya ma! ini bangun." mahen langsung mengucek ngucek matanya dan bangkit mengambil jaket dan kunci mobilnya.
Akan tetapi saat dia kembali mengingat kejadian pagi tadi saat falisya di bonceng oleh alif menggunakan motor sportnya, dia langsung meletakkan kembali kunci mobilnya dan mengambil kunci motor sportnya.
"Iya udah, mama tunggu di depan ya!"
"Iya, ma!"
Setelah selesai memakai jaketnya dia langsung keluar kamar dan menemui falisya yang tidak ingin menatapnya. Mahendra langsung menuju motornya berada, sedangkan falisya langsung mencium tangan mertuanya dan berpamitan.
"Kenapa naik motor?" tanya falisya.
"Kenapa? Bukannya Lo suka di bonceng naik motor?" tanya mahen ketus.
"Nanti kalau ada yang lihat kita berdua, gimana?" tanya falisya.
"Ya harusnya Lo bersyukur di boncengin sama pria tampan!" jawab mahendra santai.
Falisya hanya menghela nafas, dia menyesal mengerjai lelaki itu kini dia yang merasa terbebani. Dengan terpaksa dia naik ke atas motor, dan Mahendra tak kunjung melajukan motor tersebut membuat falisya mengerutkan keningnya.
"Kenapa gak jalan juga?" tanya falisya.
"Helm Lo mana?" tanya Mahendra.
"Ngak punya!" jawab falisya polos.
"Cih, dasar," Mahendra langsung turun kembali membuat falisya kebingungan.
"Dia kesal kenapa lagi sih, heran banget! Serius banget hidupnya," keluh falisya.
Mahendra kembali mendekat ke falisya dan memakaikan helm ke kepala istrinya, falisya terpaku dengan perlakuan tersebut tanpa sadar dia mengulum senyum manisnya. Mahen menutup kaca helm dengan kuat, membuat falisya terkejut dan berdecih kesal . Lelaki itu langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
"Emang musibah jika gue terpana sama sikap lelaki itu ," batin falisya kesal.
"Pegangan," teriak mahendra.
"Apa?" falisya tidak mendengar perkataan mahendra di atas motor karena ribut sama motor yang lain.
"Pegangan gue bilang!" teriak mahendra lagi.
"Apaan sihh?" tanya falisya lagi.
Mahendra merasa kesal dan langsung menarik tangan falisya ke depan dan melingkarkan tangan falisya di pinggangnya, membuat wanita itu membulatkan matanya sempurna dan merasa gugup dengan posisi seperti ini.
Mahendra menyeringai dan langsung menambah kecepatan motornya, membuat falisya mengencangkan pelukannya dan ketakutan. Falisya terus memanjatkan doa untuk keselamatan dirinya sendiri.
"Mahen, jangan ngebut-ngebut gue takut!" teriak falisya
"Apa?" tanya mahendra pura-pura tidak mendengarnya membalas perbuatan yang tadi.
"Jangan ngebut ngebut!"
"Apaan sihh?"
"Gue bilang jangan ngebut ngebut, gue takut!"
"Gue ngak dengar." Mahendra menambah kecepatannya lagi membuat falisya semakin mengencangkan pelukannya.
Lelaki itu terus menyalip mobil dan motor di depannya, sehingga membuat falisya benar-benar ketakutan dan ingin pulang saat ini juga. Dia mencubit perut lelaki itu tanpa sadar dan sangat kuat.
"Ya tuhan, kalau aku harus mati saat ini juga, jangan satukan aku nanti di surgamu dengan lelaki payah ini," falisya berdoa dengan sungguh-sungguh.