Warning!!!!!!!!
ini adalah novel yang sangat menguras emosi bagi yang tahan silahkan di lanjut kalau yang tidak yah, di skip aja
kalo mental baja sih aku yakin dia baca!!
Tak bisa memberikan anak adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi seorang wanita. Hal itu bisa meruntuhkan hubungan baik yang sudah tertata rapi dalam sebuah ikatan pernikahan. Dia adalah Rika, wanita yang berhayal setinggi langit namun yang di dapatkannya tak sesuai ekspektasi.
Dirinya mandul? entahlah, selama ini Rika merasa baik-baik saja. lalu kenapa sampai sekarang ini iya masih belum punya anak?
Mungkin ada yang salah.
Yukk!! ikuti kisahnya dalam menemukan kebenaran.
Kebenaran harus diketahui bukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrena Rhafani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
Mendengar namanya di sebut, Rika segera menjawab tanpa menoleh ataupun membuka pejaman matanya.
"Iya, Mas."
"Aku ingin ke kamar mandi."kata Dion meminta tolong.
Tanpa bergerak sedikitpun, Rika menjawab.
"Tunggulah reta. Setelahnya, baru Mas ke kamar kecil."
Dion terkaget bingung mendengar penuturan istri pertamanya. Kenapa dirinya harus menunggu istri keduanya jika ingin ke kamar kecil?
" Rika, mana bisa aku menunggu. Perut Mas saja, sudah mules begini."
Dengan tampang kessal, wanita yang menjabat sebagai istri Dion itu menegakkan posisi duduknya. Matanya kini berkaca-kaca sembari menatap tajam ke arah pria sakit di hadapannya.
Belum sempat Rika menumpahkan amarahnya, ibu mertuanya tiba-tiba muncul bersama sosok wanita yang namanya sedari tadi terus disebut-sebutkan suaminya.
"Aduhhh!! anak Mama!! Kamu kenapa sayang," ujar Bu Diana berlari menghampiri anak semata wayangnya.
"Mas! Bagaimana kondisi kamu?" Tanya Reta yang ikut di belakang.
"Mamah! Reta! kenapa kalian baru datang?" Tanya Dion balik.
Dengan ragu Bu Diana menjawab.
"Emm, Mama masih ada urusan tadi, makanya baru ke sini."
"Emm ... Mah, Dion mau ke kamar mandi."
Mendengar permintaan anaknya, segera Bu Diana memajukan menantu keduanya untuk mengurusi keinginan putranya itu.
"Urus suamimu." Ucapnya.
Dengan langkah yang sempoyong Reta pun berhasil membawa suaminya yang sudah kebelet sedari tadi itu.
Suasana kini menjadi sunyi. Sang mertua dan menantu tak berucap sekatapun.
kecanggungan terjadi antara keduanya. Rika hendak menyapa namun Bu Diana pasti tak akan mau meladeninya. Semua orang tau bahwa ibu dari Dion itu sangat tak suka padanya.
"Aduhh!!"
"Pelan- pelan dong Reta, Mas kesakitan nih,"lirih Dion yang telah kembali dari kamar kecil.
Kecepatan Reta yang membantunya berjalan membuat dirinya kesakitan. Bagaimana tidak? Semua tulang-tulangnya seakan remuk semua.
"Iya, iya. Bawel banget sih!"
"Mas, mau aku bantu?"tawar Rika yang melihat ketidak nyamanan suaminya.
" Tidak usah, biar Reta saja," tolak Dion seketika.
Sungguh malang nasib Rika. Iya bahkan sudah melakukan apapun untuk suaminya, Dion. Tampaknya kehadiran dirinya tak dibutuhkan di sana.
Dengan air mata yang masih terbenam, iya kembali berucap.
"Mas! Mah, kalau begitu, aku pamit dulu."
Tampang sinis tak suka jelas sekali dipancarkan Bu Diana.
" Kenapa gak dari tadi sih perginya? Bikin sumpek aja."
" Aduhh Mah, kasar banget sih sama Mba Rika. Oh iya Mba, makasih yah karena sudah mau menolong suamiku, Mas Dion."
Rika mengerti akan posisinya. Itulah sebabnya, iya tak meladeni nyinyiran dari madu serta ibu mertuanya.
Iya hanya diam menunduk menahan air mata yang tak ada habisnya itu.
****
Rika berlari tipis-tipis menuju parkiran. Air mata kepedihannya kini t mengalir deras dari kedua matanya.
Ucapan saja tak bisa menggambarkan betapa hancurnya hatinya sekarang ini. Kebahagiaan yang dulu dirasakannya kini berubah menjadi kehancuran hidupnya.
"Brakkk!!!"
Tanpa sengaja, wanita yang sedang patah hati itu menabrak seseorang. Tidak menoleh sedikitpun, Rika hanya mengucapkan kilasan kata maaf. Tanpa ragu, kakinya akan kembali berlarih dari kenyataan pahit hidupnya.
"Tunggu!"
"Mau pergi setelah menabrakku, wanita cengeng?"
Rika terhentak Setelah mendengar suara familiar di telinganya. Segera iya menoleh ke arah sosok yang kini telah menarik tangannya.
"Pak Reyhan?"ucap nya sedikit kaget.
"Ohh! Ayolah, jangan kaku begitu terhadapku."
"Apa yang kau lakukan di sini? Lepaskan tanganku!"
Tanpa memedulikan ataupun menuruti permintaan wanita yang ada di hadapannya itu, dengan sigap Reyhan mengangkat tubuh Rika dan meletakkannya di atas pundak kuatnya.
Segera setelahnya, iya melangkahkan kaki panjangnya menuju mobil sport yang menjadi tunggangannya. Mendapat perlakuan seperti itu, Rika tentu saja tak berdiam diri. Semua tenaganya iya pakai untuk merontah- rontah agar Reyhan mau menurunkan dan meletakkan dirinya.
"Tolongggg!!! Ada penculikan!! Kalian, tolong aku!!! Dia menculikkuhh!! Tolong!!!" Teriaknya meminta pertolongan.
"Diamlah,"
"Mereka tak akan membantumu. Setidaknya, aku tak akan membuatmu mengeluarkan air mata."tambahnya Reyhan.
Nyatanya, semua orang yang ada di sana hanya diam terpaku di tempat. Anehnya lagi, tak ada satupun di antara mereka yang berkutip ataupun bergerak sedikit saja.
Entah karena hal ini sudah sering terjadi ataukah karena mereka takut kepada seseorang dengan latar belakang tinggi itu?
"Pranggg!!" Reyhan melempar tubuh wanita yang berada di tangannya ke dalam sebuah mobil.
"Ahhh!!! Punggungku!!"jerit Rika kesakitan.
"Bisakah kau pelan sedikit!! Dimana otakmu?? Apa kau pikir aku ini boneka? Dasar tak punya hati!!! Apa kau ingin membunuhku??"tambahnya dengan Omelan.
Wanita cantik itu terlihat sangat kesal dengan perlakuan Reyhan barusan. Apa dia berfikir sedang meniup kapas kering?
"Hey!! Apa kau mendengar keluhanku??"
Tambahnya berteriak.
Sementara itu, Reyhan hanya sibuk menyalakan mesin dan menjalankan mobilnya.
Sebenarnya, kedua telinga miliknya mendengar semua ocehan pedas manis itu, namun iya memilih untuk diam dan tetap tenang.
Pandangan matanya menatap lurus ke depan fokus mengemudi.
"Oh astaga!! punggungku sakit sekali!" Rintih Rika secara terus menerus.
Tampaknya iya memang sedang kesakitan. Kedua tangannya terus memegangi pinggang rampingnya.
"Ceklikkkkkk!!!"Reyhan menancap rem mati mobilnya. Hal itu membuat penumpang wanita di sebelahnya sedikit terlempar ke depan.
"Apa kau tahu mengemudikan mobil?? Kenapa kau kasar sekali?? Apa kau ingin melenyapkan dan mengakhiri penderitaanku?? Apa otakmu tertinggal di perusahaan megahmu itu???"
"Kau bos yang disegani tapi kau pengemudi yang sangat buruk. Entah bagaimana bisa kau mendapatkan surat izin mengemudimu itu?"
"Baiklah, maafkan aku. Itu kesalahanku." Kata Reyhan meminta maaf.
Sepertinya iya juga sudah jenuh dengan ocehan perempuan di mobilnya itu.
"Wah!! enak sekali kau minta maaf. Seorang CEO perusahaan besar meminta maaf kepada wanita malang seperti aku?"
"Oh! aku sangat tersanjung tuan Reyhan yang terhormat."cakap Rika dengan memutar kedua bola mata malasnya.
"Lalu aku harus apa? Apa kau mau aku menambahkan sakit pinggangmu itu?"
"Kau pria gila."
Reyhan tertegun dengan perkataan terakhir Rika itu.
Wahhhh! Buat pertama kalinya ada seseorang yang berani mengatai seorang bos besar Reyhan gila. Apa manusia ini sedang menggali kuburan nya sendiri?
"Slikkkk"tiba-tiba kursi yang di duduki oleh Rika itu terjatuh ke belakang hingga membentuk sebuah ranjang tempat tidur.
Rika yang tadinya sedang duduk menyandar juga ikut terbawa hingga kini terbaring di sana.
" Ehh!! Ada apa ini??" Ucapnya heran
"Kursinya ...???" Belum sempat Rika melanjutkan perkataannya dan bangun, Reyhan dengan cepat naik dan menindih tubuhnya.
" Heyy!! Apa yang kau lakukan?? Dasar cabul!!! Menjauh dariku!! Lepaskan aku!!"
"Kau terus mengoceh sepanjang perjalanan. Apa tenggorokannmu memiliki pengeras suara di dalamnya?"ucapnya lirih.
" Kau bilang aku cabul dan gila? Baiklah akan ku tunjukkan mana yang namanya gila."
Rika terkejut mendengar penuturan pria berkarisma itu. Dengan paksa, iya menelan cairan salifanya.
Kedua bola matanya kini dengan jelas menatap pria tampan di atas tubunya. Nafasnya kini mulai terengah-engah tak bisa melawan dan iya kendalikan.
.................. happy reading...........
skip lah.. bosan