Seorang dokter militer yang tangguh dan cerdas, secara tidak terduga terlempar ke masa lalu, dia masuk ke tubuh nona tertua dari kediaman perdana menteri yang terkenal bodoh dan berperangai buruk.
Perdana menteri yang mengetahui bahwa jenderal Li Chen di curigai berkhianat dan akan segera di asingkan menjadi kalut, dia sangat menyayangi putri keduanya yang berharga, sehingga bertekad mengirim nona tertua untuk menikahi sang jenderal.
Di hari pernikahannya, Jiang Jiyun melihat seluruh properti keluarganya di sita, status bangsawan mereka di cabut dan mereka di asingkan ke hutan.
Dalam kebingungan dan kesedihan, Jiyun bertekad untuk membela suaminya dan membongkar konspirasi di balik fitnah tersebut.
Menggunakan pengetahuan medis dan keterampilan strategisnya, Jiyun merancang rencana untuk menyelamatkan Li Chen dan membersihkan nama mereka.
Akankah Jiyun berhasil mengubah nasib mereka dan mengalahkan musuh yang bersembunyi dalam bayang-bayang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
UBI RAMBAT
"Semuanya bersiap! Sudah waktunya untuk melanjutkan perjalanan!" ucap salah seorang petugas sambil kembali mengayunkan cambuknya.
Jiang Jiyun berdiri, kali ini dia berjalan dengan sangat riang, Li Yue dan Li Yu berjalan di sisi kiri dan kanan, seolah takut jika kakak iparnya akan melarikan diri. Qian Qian mengulas senyuman tipis, dia terlihat sangat gembira melihat kebahagiaan tuannya.
Setelah berjalan beberapa jam, Jiang Jiyun menghentikan langkahnya, dia berjalan menuju sebuah lahan terlantar, kemudian mengeluarkan pisau untuk menggali tanah.
"Kakak ipar, apa yang anda cari?" tanya Li Yue, dia berjalan mendekat kemudian berjongkok di depan Jiang Jiyun.
''Ini namanya ubi rambat, rasanya sangat manis dan lezat, kita akan membakarnya nanti!" ucap Jiang Jiyun sambil menggaruk tanah.
Qian Qian juga berjongkok, dia melakukan hal yang sama. Tanpa di sadari, ketiga anak yang lain juga mengikuti tindakan gadis itu, mereka berhasil mengumpulkan sekeranjang ubi jalar dalam waktu kurang dari sepuluh menit.
Jiang Jiyun berdiri, dia menepuk gaunnya yang kotor, saat dia akan mengajak semua orang untuk melanjutkan perjalanan, matanya terpaku pada Li Feng dan Li Shuang, kedua tangan mereka terlihat kotor dan tertutupi oleh tanah.
"Kalian?" tanya Jiang Jiyun.
"Kakak ipar, apa yang terjadi kemarin-kemarin adalah salahku, aku ingin meminta maaf!" ucap Li Shuang sambil menunduk.
"Kakak ipar, aku juga ingin meminta maaf, aku terlalu banyak melakukan kesalahan," ucap Li Feng, dia memandangi wajah Jiang Jiyun seolah ingin mengetahui reaksi gadis itu.
"Berani-beraninya aku mengatakan kalian berdua bersalah!" ucap Jiang Jiyun, kata-katanya sepedas cabai rawit 1 ons.
"Kakak ipar, mulai sekarang aku akan mendengarkanmu!" ucap Li Shuang sambil meraih tangan Jiang Jiyun.
"Kakak ipar, aku juga tidak akan membantahmu lagi." ucap Li Feng sambil menunjukkan tatapan mata anjingnya.
Jiang Jiyun tersenyum sinis, dia menggelengkan kepalanya. "Sudahlah! Cuci tangan kalian, kita harus menyusul yang lain."
Li Shuang dan Li Feng mengangguk dengan patuh, keduanya segera mengambil kantung air, kemudian membasuh tangannya hingga bersih.
"Ayo!" ajak Jiang Jiyun, mereka kembali melanjutkan perjalanan dan menyusul semua orang.
Cetar!
Saat matahari berada di atas kepala, seorang petugas kembali mengayunkan cambuknya, "Berhenti!"
Jiang Jiyun dan keluarganya duduk berkumpul, mereka mulai membuat api dan memanggang ubi rambat yang montok dan manis, senyuman mereka melebar sambil sesekali melayangkan candaan.
Nyonya tua Li melirik sinis, dia kembali berkomentar. "Kalian mengambil apapun yang dilihat, hati-hati! Jangan sampai makanan itu beracun!"
Jiang Jiyun hanya tersenyum kecut, dia tidak memiliki keinginan untuk berdebat dengan wanita tua itu.
"Sudah matang!" ucap Jiang Jiyun, dia memberikan 2 buah ubi bakar pada Li Chen dan kembali memanggang untuk dirinya sendiri.
Li Chen duduk di gerobak, dia merobek ubi bakar tersebut menjadi dua kemudian menyodorkan setengahnya pada Jiang Jiyun. "Makanlah!"
Mata Jiang Jiyun seketika membola, dia menatap Li Chen penuh kecurigaan. "Jangan khawatir! Ini tidak beracun dan bisa di gunakan sebagai makanan."
Li Chen tersenyum tipis, "Aku tidak mengatakan bahwa ini beracun. Berhenti memanggang, kau juga harus makan."
Jiang Jiyun menggelengkan kepalanya, "Milikku, akan segera matang. Kau bisa memakannya dengan nyaman."
Jiang Jiyun makan dengan sangat lahap, mereka terlihat begitu bahagia. Ubi liar yang dia temukan benar-benar sangat manis dan mengenyangkan, bahkan membuat mata keluarga kedua dan keluarga ketiga Li langsung menyipit sinis.
'Sial! Lagi-lagi mereka menemukan makanan yang baik, berbeda dengan kami yang terus mengandalkan makanan kering!'
'Jiang Jiyun, apa yang kau sombongkan? Lihat saja, apapun yang kau ambil, aku juga akan mengambilnya!'
'Sial! Awalnya aku berpikir bahwa Jiang Jiyun itu pembawa sial, sekarang sudah terlihat jelas, Li Jiang dan Su Yuan lah yang pembawa sial!'
"Makanan yang ada di tangan mereka terlihat sangat menggiurkan, aku juga menginginkannya!'
'Tunggu sampai malam, aku akan mencuri semua ubi milik mereka!'
Keluarga Li kedua dan ketiga menghempaskan makanan yang ada di tangan mereka, wajahnya langsung cemberut, dengan mata yang terus menatap lapar.
"Sangat manis!"
"Kakak ipar, ubi ini benar-benar lezat, setelah sampai di alam liar, bisakah kita menanamnya?" tanya Li Shuang sambil terus mengunyah.
"Tentu saja, kita akan membuka banyak lahan dan membangun tanah pertanian sendiri, ubi ini mudah di tanam dalam cuaca seperti apa pun, bahkan di tanah yang tandus sekalipun, dia masih tetap bisa hidup." ucap Jiang Jiyun membuat hati mereka menghangat, matanya di penuhi dengan harapan.
"Sangat bagus dan kita akan memiliki bahan makanan yang banyak!" ucap Li Yue sambil bertepuk tangan.
Li Chen tersenyum tipis, dia merasakan lega di dalam hatinya, sedangkan Su Yuan yang duduk di sisi lain terlihat mendengus.
'Ciiih! Dia benar-benar rubah tua! Berani sekali dia mencari perhatian dari kakak Chen dan keluarganya? Aku pasti akan memberikan dia pelajaran yang setimpal! Kakak Chen hanya mencintaiku! Dia hanya akan menjadi milikku!'
Wajah Su Yuan menghitam, dia mengepalkan tangannya dengan kuat, hingga kuku jari-jarinya menembus kulit dan berdarah.
"Semuanya bersiap! Lanjutkan perjalanan!" terdengar suara petugas disertai dengan ayunan cambuknya, membuat semua orang kembali berdiri dan bersiap untuk melangkah.
Jiang Jiyun membantu anggota keluarganya untuk membereskan semua barang milik mereka, kemudian meregangkan tubuhnya. Dia meraih tangan Wu Jia dan menggandengnya. "Ayo ibu!"
Wu Jia tersenyum sambil menganggukkan kepala, dia tampak sangat puas memiliki menantu yang begitu pintar dan sangat berbakat. Sementara anggota keluarga Li cabang kedua dan ketiga cemberut, mereka menyesal karena telah memisahkan keluarga.
"Cepat jalan! Ayo!" terdengar kembali suara teriakan petugas, membuat mereka bergegas. Setelah 5 jam akhirnya mereka sampai di depan sebuah kuil yang rusak.
"Berhenti! Tempat ini cukup untuk kita beristirahat! Kalian bersihkan sendiri!" ucap petugas, dia segera masuk dan melihat-lihat.
Jiang Jiyun melihat sebuah kamar yang cukup besar, dia bergegas mengambil sapu dan membersihkannya. Qian Qian berniat membantu, dia mengambil air dari sumur dan berniat untuk mengepel, sayangnya air itu di tumpahkan begitu saja oleh Jiang Jiyun.
"Ambil lebih banyak air! Lantainya cukup kotor, kita harus membilasnya sebelum digunakan!" ucap Jiang Jiyun.
Semua anggota keluarga terlihat saling membantu, mereka membersihkan kamar tersebut hingga terlihat bersih dan rapi.
Wu Jia mengambil tikar, namun Jiang Jiyun menghentikannya, dia menggebuk tikar tersebut untuk menghilangkan debu-debu yang menempel, kemudian membentangkannya di atas lantai yang dingin.
"Ayo!" ajak Jiang Jiyun, dia menyimpan buntelan kain sebagai pengganti bantal, agar semua orang bisa tidur dengan nyaman.
"Kakak ipar, aku akan tidur di dekatmu!" ucap Li Yue sambil melompat. Li Shuang juga tidak ketinggalan, dia segera berbaring di sisi lain.
"Kakak ipar kalian adalah istriku, dia akan tidur di sampingku malam ini!" ucap Li Chen, membuat mata semua orang terbelalak kaget, sementara Jiang Jiyun bergidik melihat tatapan pemuda itu.