Sequel " SEMERBAK WANGI AZALEA"
Zara Aisyah Damazal masih menempuh pendidikan kedokteran ketika dia harus mengakhiri masa lajangnya. Pernikahan karena sebuah janji membuatnya tidak bisa menolak, namun dia tidak tau jika pria yang sudah menjadi suaminya ternyata memiliki wanita lain yang sangat dia cintai.
" Sesuatu yang di takdirkan untukmu tidak akan pernah menjadi milik orang lain, tapi lepaskan jika sesuatu itu sudah membuatmu menderita dan kau tak sanggup lagi untuk bertahan."
Akankah Zara mempertahankan takdirnya yang dia yakini akan membawanya ke surga ataukah melepas surga yang sebenarnya sangat di cintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29 : Mati kita putus
Zara terlihat enjoy menjalani stase nya kali ini. Mungkin karena dia memang menyukai anak anak. Tapi sayangnya, dia bekerja di bawah tekanan konsulennya sendiri. Begitu banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan.
Sesekali dia terlihat menghela nafas, bukannya apa, Zara merasa kalau konsulennya itu tidak berlaku adil pada semua koas yang berada di bawah bimbingannya.
Seperti sekarang, Zara harus membuat resume medis puluhan pasien rawat inap yang membaik dan di ijinkan pulang. Anehnya, dia melakukannya seorang diri, padahal temannya yang lain tidak sedang melakukan hal apapun, bahkan ada yang terlihat sangat santai dengan hanya memainkan ponselnya saja.
Hanya Syifa yang sesekali membantunya, itupun saat Ghina sedang tidak ada di tempat, karena Zara lah yang akan mendapatkan amukan ketika di bantu oleh Syifa atupun temannya yang lain.
" Kenapa aku merasa kalau dokter Ghina tidak menyukai ku? Apa dia tau kalau aku dan Ezar sudah menikah?" Batin Zara sembari mengerjakan tugas yang di berikan Ghina.
Ghina menatap Zara dari jauh, tatapan tajam tanpa belas kasih terlihat jelas dari sorot matanya.
" Aku tidak menyukaimu, entahlah, tapi yang pasti setiap kali aku melihatmu, aku merasa darahku mendidih." Gumam Ghina lalu meninggalkan ruangannya untuk mencari udara segar.
Ezar yang kebetulan mengunjungi salah satu pasiennya di bangsal anak melihat Zara yang terlihat sangat sibuk sampai tidak memperhatikan jika suaminya itu sudah duduk di sebelahnya.
Ezar sengaja duduk tepat di samping Zara, tidak ada jarak, bahkan jas dokter yang dia kenakan bersentuhan dengan jas dokter milik Zara.
Barulah Zara menoleh ketika Ezar menggenggam tangannya.
Zara terkejut, dan refleks melepas genggaman Ezar, tangan Ezar sampai terhantam di atas meja karena kerasnya Zara menghempaskan tangan Ezar.
Ezar meringis.
Namun setelah melihat dengan pasti siapa pria yang berani memegangnya, tanpa sadar, Zara kembali meraih tangan Ezar dan mengusapnya pelan.
" Astaghfirullah, maafkan aku mas.. Aku tidak tau kalau itu kamu." Ujarnya terlihat khawatir dan berbicara dengan suara setengah berbisik. Apalagi Ezar tidak sendiri, dia datang bersama dengan beberapa residen bedah, belum lagi beberapa perawat yang sedang sibuk dengan pekerjaannya masing masing.
Ezar pura pura kesakitan. " Bagaimana ini? tanganku jadi sakit karena ulah mu. Kamu tau kan, tangan ini di gunakan untuk menolong banyak orang?" Godanya dengan suara yang hampir tidak terdengar.
Zara mengangguk dan kembali meminta maaf. Dan lucunya ia sesekali meniup tangan Ezar.
Ezar mengulas senyum." Untuk menebusnya, siang ini traktir aku makan."
" Makan? tapi aku sibuk, mungkin tidak bisa keluar."
" Harus, aku akan datang dan menagih janji."
" Tapi mas..."
" Aku akan menjemputmu sebentar lagi." Kata Ezar lalu melirik ke kiri dan ke kanan, karena residennya lengah dan tidak terlalu memperhatikan Ezar, Ezar mencuri curi kesempatan dengan mengusap lembut kepala Zara kemudian berlalu meninggalkan bangsal.
Zara tersipu dengan perlakuan Ezar yang menurutnya sangat manis. Begitupun dengan Ezar, dia seperti mendapatkan vitamin setelah tidak sempat bertemu dengan Zara pagi tadi.
Setelah keluar dari bangsal dan residennya sudah berpencar, Ezar meraih ponsel yang dia simpan di saku kemejanya.
Untuk beberapa saat, dia menatap nama di dalam layar segi empat itu. Ezar menghela napas kemudian menekan nomor yang tertera di sana.
" Aku ingin bertemu kalau kau ada waktu." Kata Ezar.
" Sekarang?"
" Iya."
" Aku sudah visit, bagaimana kalau kita sarapan di luar saja."
" Baiklah tentukan tempat nya."
Ezar mengakhiri panggilan.
*
*
Ghina sudah duduk di sebuah restoran dengan tema alam terbuka. Dia sengaja memilih tempat yang sedikit private untuknya dan Ezar. Setelah kembali dari PPDS nya sekitaran sebulan lalu, ini pertama kalinya Ezar mengajaknya makan di luar. Dan ajakan Ezar itu tentu saja membuat Ghina berbunga bunga.
" Mungkinkah dia akan melamar ku?" Pikirnya sembari senyam senyum sendiri memikirkan kira kira surprise apa yang akan di berikan Ezar padanya, apakah dia akan datang membawa seikat bunga peony kesukaannya ? Ataukah kejutan lain semisal cincin berlian yang dia letakkan di dalam cake? Ghina terus menduga duga.
Tidak lama kemudian, Ezar datang.
Senyum Ghina seketika menghilang kala melihat jika Ezar tidak membawa apapun di tangannya, tidak ada seikat bunga berwarna merah muda kesukaannya.
Tapi Ghina tidak patah arang, dia masih menyimpan harapan keduanya.
" Sudah lama?" Tanya Ezar dan menjatuhkan tubuhnya di kursi tepat di depan Ghina.
" Tidak juga. Tumben kau mengajakku makan di luar."
Ezar tak menggubris perkataan Ghina," Kau sudah pesan makanan?"
" Belum aku menunggumu."
" Pesan kan saja seperti biasa."
" Baiklah."
Sambil menunggu pesanan datang, Ghina memulai lagi dengan menceritakan nostalgia bagaimana ia dan Ezar dulu mulai berkencan. Sayangnya Ezar hanya menanggapi dengan hambar dan hanya sesekali tersenyum.
" Bagaimana kabar daddy mu?" Tanya Ezar setelah cukup lama di buat pusing dengan Ghina yang tidak berhenti berbicara.
" Dia baik, berkat mu, dia menjalani masa pensiunnya dengan bahagia."
" Syukurlah."
" Daddy menanyakan kapan kamu akan berkunjung ke rumah."
" Nanti, saya pasti akan datang menemuinya."
" Oiya Zar, uang yang kau kirimkan tempo hari sudah habis."
" Aku akan mengirimkan ke rekeningmu."
" Terima kasih sayang, kamu memang yang terbaik." Ucapnya sembari menggenggam tangan Ezar, tapi Ezar dengan cepat melepaskan genggaman tangan Ghina bersamaan dengan pramusaji yang datang membawakan pesanan mereka.
" Ayo makan."
Ezar memulai menyendok bubur pesanannya. Sebenarnya dia tidak selera makan, apalagi baru beberapa jam lalu, ia baru saja menghabiskan sarapan lezat hasil karya sang istri yang rasanya jauh lebih nikmat di bandingkan makanan yang sedang berada di depannya saat ini.
" Kenapa makannya sedikit? Biasanya kalau ke sini, kamu pasti nambah." Tanya Ghina dengan kening mengernyit.
" Aku sudah makan sedikit tadi pagi." Bohongnya.
" Oooo...bi Surti yang masak? Aku pikir kamu tidak menyukai masakannya."
Ezar tidak menjawab pertanyaan Ghina.
" Habiskan makananmu, ada yang ingin aku bicarakan." Ujarnya terlihat serius.
" Apa itu sangat penting? Ekspresi mu terlihat tertekan."
Lagi lagi Ezar tidak menjawab.
Beberapa menit kemudian, Ezar memanggil pramusaji untuk membersihkan mejanya.
Di sini, Ghina mulai sumringah, seperti yang biasa dia liat di film film, setelah meja di bersihkan, sang wanita akan mendapatkan kejutan dari pasangannya. Mungkinkah apa yang dia liat itu aka berlaku padanya juga?
Meja sudah bersih. Dan beberapa saat menunggu, Ghina tak menemukan apapun atau tak melihat gerakan apapun dari Ezar. Yang ada, dia hanya melihat seekor capung yang hinggap di atas mejanya lalu terbang kembali ke alam bebas.
" Ghina."
" Iya." Jawab Ghina dengan nada yang sengaja di lembut lembutkan di sertai senyum bahagia.
" Aku ingin kita mengakhiri hubungan ini."
Senyum lebar yang tadi Ghina perlihatkan berubah menjadi senyum yang terlihat sangat aneh. Mungkin telinganya yang salah dengar, makanya dia meminta Ezar untuk mengulangi perkataannya.
" A..apa Zar?"
" Aku ingin hubungan ini berakhir Ghina."
Senyum aneh itu pun menghilang seketika. Tak ada lagi hayalan tentang proposal lamaran, semua buyar dalam sekejap mata. Yang ada dan terlihat hanyalah Ghina dengan wajah penuh amarah dan tidak terima dengan permintaan Ezar.
" Aku tidak mau. Kenapa kau mau putus dengan ku? Apa salahku? Zar, tujuh tahun kita menjalin kasih dan aku selalu setia padamu. Tapi apa ini? Apa kau punya wanita lain?!" Pekik Ghina.
Beruntung, tempat itu mulai sepi, jadi teriakan kencangnya itu tidak menjadi perhatian orang orang.
Ezar menatap Ghina dan mengangguk pelan.
" Ja..jadi kau selingkuh di belakangku Zar!! Tega sekali kamu!!"
" Aku tidak selingkuh darimu, justru aku yang merasa selingkuh darinya."
Kening Ghina mengernyit." APA MAKSUDMU!!"
" Maafkan aku Ghina, tapi aku sudah menikah."
...****************...
dasar, ezar si mesum😂