Ditinggalkan di hari pernikahan membuat Abigail, gadis yang memiliki berat badan berlebih memutuskan untuk berubah. Dibantu seorang teman lama yang sudah menyukainya sejak lama, Abigail mewujudkan keinginannya untuk memiliki tubuh ideal tapi sahabat yang dia anggap sebagai sahabat baik, berusaha menghalangi langkahnya. Disaat keinginan itu sudah terwujud, Abigail berubah menjadi gadis cantik dan pada saat itu sang mantan kembali dan ingin memperbaiki hubungan mereka. Akankah Abigail menerima ajakan sang mantan sedangkan secara diam-diam, ada seorang pria yang begitu tulus mencintai dirinya. Antara cinta lama dan cinta baru, yang mana akan dipilih oleh Abigail?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Mereka sudah tiba di sebuah hotel, tentunya Justin akan mengajak Abigail makan malam di restoran yang ada di hotel itu. Abigail berdiri di depan hotel dan tampak enggan beranjak, dia bahkan tampak ragu untuk melangkahkan kakinya memasuki hotel mewah itu.
Bukankah dia dan Justin hanya latihan saja? Tapi kenapa Justin membawanya ke hotel semewah itu? Dia tidak menyangka Justin akan membawanya ke sana. Sekarang dia tahu kenapa Justin memberikan gaun itu untuknya.
Justin mendekatinya setelah memberikan kunci mobil kepada seorang jasa parkir yang ada di hotel itu, sedangkan Abi melihat sana sini. Jujur dia merasa makan malam mereka tidak sesederhana yang dia pikirkan. Itu hotel mahal, bisa dia bayangkan harga menu yang ada di restoran di hotel itu? Jangan sampai mereka pulang jalan kaki karena mobil Justin disita.
"Apa yang kau lihat?" pertanyaan Justin membuat Abi terkejut, dia bahkan berteriak dan memegangi dadanya.
"Astaga, kau mengagetkan aku saja!" ucap Abi sambil mengelus dada.
"Sorry, aku tidak bermaksud? Apa ada yang kau kenal?" tanya Jutsin.
"Tidak, aku tidak pernah ke sini bagaimana mungkin ada yang aku kenal," jawab Abi.
"Lalu, apa yang kau lihat?"
Abi belum menjawab, matanya kembali melihat sana sini dan setelah itu dia memandangi Jutsin.
"Justin, aku rasa sebaiknya kita pulang saja," ajak Abigail.
"Kenapa? Apa kau tidak suka tempat ini?" Justin memandanginya dengan serius.
"Bukan begitu Justin, ini hotel mahal. Kita hanya latihan saja, bukankah ini terlalu berlebihan? Bagaimana jika gadis yang kau sukai tahu? Lagi pula makanan di sini mahal, aku tidak mau kita pulang berjalan kaki nanti."
Justin terkekeh dan meraih tangan Abi, "Kau tidak perlu khawatir, aku dapat diskon lima puluh persen," ucapnya seraya mengajak Abi melangkah masuk.
"Benarkah?" Abigail tampak tidak percaya. Kenapa pria itu begitu beruntung?
"Tentu saja, untuk apa aku berbohong. Tidak perlu banyak berpikir, aku ingin kita nikmati makan malam kita berdua."
"Sebab itu kau memberikan aku gaun ini? Ini pasti gaun mahal, bukan?" Abi memandangi gaunnya, sedangkan pria itu tersenyum.
"Itu barang diskon. Sudah aku katakan padamu, bukan? Buy one get one."
"Sepertinya kau pecinta barang diskon," ucap Abigail.
"Yes, aku memang suka barang diskon sebab itu aku selalu mendapatkan diskon," dusta Justin.
"Jika begitu mulai sekarang aku akan mengajakmu jika aku mau membeli barang, mungkin aku akan mendapat diskon lima puluh persen dan sepertinya kau harus diberi gelar pria diskonan!" ucap Abi bercanda.
Justin tertawa, Abi benar-benar lugu tapi dia tidak bisa membohongi gadis itu terlalu lama jika tidak Abi akan marah padanya. Jangan sampai hal itu terjadi, dia tidak mau usahanya sia-sia. Sesungguhnya hotel itu milik ayahnya dan restoran di mana mereka akan makan malam nanti adalah milik ibunya. Ayahnya adalah seorang pembisnis hotel, sedangkan sang ibu pemilik beberapa restoran yang ada di kota itu.
Justin pindah karena dia harus belajar bisnis, tentu dia belajar dengan giat dan setelah kembali dia mulai membangun perusahaannya sendiri. Tentunya tanpa mengandalkan bantuan ayah dan ibunya. Cukup empat tahun baginya, bisnis yang dia bangun berkembang pesat.
Ben adalah temannya selama di luar negri, selama menjalankan bisnisnya, Ben banyak membantu.. Itu sebabnya Ben menjadi orang yang dia percaya. Soal isu dia pengusaha sukses bukanlah isapan jempol belaka dan jika Sarah membeli majalah bisnis, maka dia akan tahu kebenarannya.
Lift yang mereka naiki sudah berhenti karena mereka sudah tiba di restoran. Abi terlihat canggung saat dua orang pelayan menyambut mereka dan membawa mereka ke tempat yang sudah tersedia. Tempat itu dekat dengan jendela kaca yang besar sehingga mereka bisa menikmati makanan sambil menikmati pemandangan kota pada malam hari. Sepertinya Justin sudah merencanakan semua itu. Padahal dia kira mereka akan makan di tempat biasa tapi dia tidak menyangka Justin akan membawanya ke tempat mewah seperti itu.
Mata Abi melihat sana sini, gadis itu semakin terlihat canggung karena di restoran itu tidak ada siapa pun dan hanya ada mereka berdua. Tidak mungkin restoran mewah seperti itu tidak memiliki pengunjung, bukan?
"Jus-Justin," Abi menahan tangan Justin, gadis itu benar-benar canggung.
"kenapa?" Justin menatapnya heran.
"kenapa hanya kita berdua?" tanya Abi.
"Sudah, santai saja. Tidak perlu memikirkan yang tidak penting," ucap Justin.
"Tapi?"
"Abi, tidak perlu memikirkan apa pun. Nikmati saja makan malamnya."
Abi mengangguk, dia tidak berani menyentuh buku menu saat seorang pelayan meletakkan buku itu di atas meja. Dia benar-benar takut, ya dia takut mereka pulang jalan kaki. Jika dia pingsan di tengah jalan, bagaimana Justin bisa menggendongnya pulang sedangkan dompetnya dalam keadaan kering?
"Kenapa kau diam saja, Abi? Kau bisa pesan apa pun yang kau suka," ucap Justin.
"A-Apa saja boleh," jawab Abi sambil tersenyum canggung.
Saat itu, seorang wanita setengah baya dengan pakaian koki keluar dari dapur. Wanita itu menghampiri mereka dan berdiri di samping Abigail dengan senyum di wajahnya.
"Selamat malam Nona, aku koki restoran ini," ucap Wanita itu.
"Malam." Abi semakin heran, matanya menatap Justin yang saat itu mengusap dahinya. Untuk apa ibunya ada di sana? Inilah yang membuatnya terlambat, dia dan ibunya harus berdebat. Jangan katakan jika ayahnya juga ada di sana dengan pakaian koki, jika iya maka dia akan mengajak Abi pergi.
Abi semakin heran saat koki wanita itu merekomendasikan makanan kepadanya. Tamu diskonan seperti mereka kenapa diperlakukan begitu istimewa?
"Bagaimana? Menu ini sangat bagus untuk kesehatan dan juga untuk menurunkan berat badan. Apa Nona mau mencobanya?" tanya sang koki yang tak lain tak bukan adalah ibu Justin.
Abi hanya mengangguk, sedangkan ibu Justin terlihat senang. Justin hanya diam, bahkan matanya menatap ibunya dengan tajam.
"Sering-seringlah datang ke sini bersama dengannya, aku akan menyiapkan menu sehat untukmu," ucap ibu Justin.
"Hm, apa dia member diskonan?" tanya Abigail tanpa maksud apa-apa.
Justin dan ibunya saling pandang, dan setelah itu sang ibu tertawa. Apa yang sebenarnya putranya katakan pada gadis itu? Apa dia tidak mengatakan siapa dirinya?
"Ya, dia memang member diskonan yang merepotkan!"
Mata Justin mendelik sebagai tanda agar ibunya pergi, si ibu juga melotot. Dia sampai sengaja mengosongkan restoran hanya untuk melihat gadis mana yang akan dibawa oleh putranya dan ternyata, masih si cinta lama.
"Baiklah, nikmati waktu kalian."
"Thanks," Abi tersenyum, matanya tidak lepas dari ibu Justin dan setelah wanita itu menjauh, Abi langsung bertanya pada Justin.
"Apa kau sering makan di sini?"
"Yeah, kau dengar bukan? Aku member diskonan yang merepotkan."
"Wah, bagaimana kau bisa mendapat diskon? Coba beritahu aku bagaimana caranya?" tanya Abi antusias.
"Ini rahasia, Nona," jawab Justin.
"Ck, padahal aku suka diskon!"
Justin tersenyum, suatu saat nanti dia akan mengatakan pada Abi tentang dirinya tapi untuk saat ini, dia ingin seperti itu terlebih dahulu. Lagi pula dia percaya, Abigail bukan gadis yang memandang seseorang dari materi.
klara