"Sekarang tugasku sudah selesai sebagai istri tumbalmu, maka talaklah diriku, bebaskanlah saya. Dan semoga Om Edward bahagia selalu dengan mbak Kiren," begitu tenang Ghina berucap.
"Sampai kapan pun, saya tidak akan menceraikan kamu. Ghina Farahditya tetap istri saya sampai kapanpun!" teriak Edward, tubuh pria itu sudah di tahan oleh ajudan papanya, agar tidak mendekati Ghina.
Kepergian Ghina, ternyata membawa kehancuran buat Edward. Begitu terpukul dan menyesal telah menyakiti gadis yang selama ini telah di cintainya, namun tak pernah di sadari oleh hatinya sendiri.
Apa yang akan dilakukan Edward untuk mengambil hati istrinya kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita berkebaya
"Besok kita balik lagi ke mall tadi untuk beli cincin."
“Tidak perlu, Om saja sama mbak Kiren yang cari. Tidak perlu Ghina ikut seperti tadi. Nanti mengganggu Om Edward pacaran. Lagi pula tidak pakai cincin juga gak pa-pa.”
“Besok saya jemput jam 10 pagi,” ucap tegas Edward lalu keluar dari kamar Ghina tanpa menunggu jawaban darinya.
“Seenak saja perintah-perintah, untung besok ada kerjaan jadi bisa lolos dari Om CEO!” gerutu Ghina.
.
.
Keesokan hari ...
“Mam, pagi ini Ghina ada kerja part-time ya,” ucap Ghina sambil menyantap sarapannya.
“Di mana nak?” tanya Mama Sarah.
“Di mall CP Mam butiknya Tante Feby, mungkin sore atau malam baru pulang.”
“Ya sudah, jaga diri baik-baik. Jangan lupa makan siang jangan sampai telat makan. Salam buat tante Feby."
“Siap Mama cantik.”
Selesai sarapan, Ghina bergegas menyiapkan barang yang akan di bawanya.
“Rika ... nanti tunggu di butiknya langsung ya,” ujar Ghina via ponselnya.
“Ok siap,” jawab Rika.
Ghina memutuskan sambungan teleponnya.
“Mam ... Ghina berangkat ya!”
“Ya Nak ... hati-hati di jalan.”
.
.
2 Jam kemudian ...
“Edward, maaf kakak gak tahu kalau kamu janji sama Ghina mau jemput," ucap Mama Sarah, ketika pria itu datang kembali ke rumahnya.
“Sekarang Ghinanya ke mana Kak?”
“Katanya hari ini dia ada kerja part time di mall?”
“Mall mana? Biar saya cari sendiri?”
“Biasanya di Mall CP, tapi kurang tahu juga. Kakak lupa-lupa ingat.”
“Ya sudah Kak, saya pamit dulu.”
Kerja apa dia ? Paling banter anak SMU kerjanya sebagai SPG !
Mobil Edward langsung menuju Mall CP, dan menyuruh anak buahnya mencari Ghina di area Mall CP.
Di tempat lain ...
Sosok wanita berbadan ramping dengan tinggi 163 cm terlihat anggun dan sexy dengan kebaya berwarna hitam berpayet dipadu dengan kain jawa.
Sedangkan rambutnya disanggul modern ditambah beberapa aksesoris di sanggulnya, di tambah polesan wajah dari sang MUA membuat wajah cantik yang selama ini tersembunyi, terlihat semakin jelas seperti bidadari.
Beberapa karyawan butik terlihat sibuk memakaikan high heals 10cm ke wanita tersebut, dan ada juga yang merapikan baju kebayanya yang memiliki buntut panjang.
Wanita berkebaya tersebut di tuntun hati-hati oleh berapa karyawan dalam berjalan ke luar dari butik menuju view acara di lantai ground mall CP.
Edward yang sudah berada di mall CP melintas butik tersebut, dan tak sengaja beradu pandang dengan wanita berkebaya tersebut.
Cantik sekali ... batin Edward.
Langkah kaki Edward sengaja agak melamban, mensejajarkan langkahnya dengan wanita berkebaya yang keluar dari butik tersebut.
Mata Edward seakan-akan tersihir dengan kecantikan wanita tersebut.
Jantung wanita berkebaya terasa berdebar-debar, setelah tahu jika pria yang beradu pandang dengannya berada tidak jauh dari tempat dia berjalan.
Semoga dia gak ngenalin wajah gue ...!!
Tanpa Edward sadari, dia mengikuti wanita berkebaya sampai di tempat acara yang di adakan di mall tersebut. Ternyata ada pameran wedding organizer. Padahal dia ingin mencari Ghina di dalam mall CP.
Kedatangan wanita berkebaya tersebut, di sambut oleh para pria yang postur dan wajahnya seperti model, tidak sungkan memegang kedua tangan wanita tersebut.
Sekarang wanita berkebaya tersebut sudah di apit oleh dua model pria yang memakai jas pengantin.
Edward sengaja mendekati panggung acara, agar lebih jelas melihat wanita berkebaya hitam.
“Ghina ... hati-hati jalannya ya,” ujar karyawan butik. Pas banget berbicara di samping Edward.
“Apaaaaa ... Ghina!" gumam Edward terkejut setelah mendengar nama Ghina, apakah orang yang sama. Atau namanya saja yang sama.
“Mbak, wanita yang pakai kebaya hitam nama lengkapnya siapa ya?” Edward memberanikan diri bertanya.
“Ooh namanya Ghina Farahditya Pak.”
“Terima kasih mbak.”
Ternyata kamu di sini ...!!
Dengan setianya Edward sabar menunggu acara Ghina, dia selalu menatap Ghina dari kejauhan.
Wanita yang selalu dia kataiin bocah kecil dan wanita dengan berbadan rata, hari ini tampak berbeda. Hari ini juga sepertinya Edward menjilat ludahnya sendiri.
“Selamat Siang Pak Edward, kita bertemu lagi,” sapa pemilik toko perhiasan.
“Siang juga Pak Rudi, ada di sini juga?” balas sapa Edward.
“Iya, saya lagi menunggu model saya untuk pemotretan hari ini.”
“Siapa modelnya?” tanya Edward.
“Itu yang pakai kebaya hitam,” tunjuk Pak Rudi.
“Oooh, jadi model apa Pak?” Edward berusaha tidak terkejut.
“Buat model cincin pernikahan Pak Edward, kalau begitu saya permisi dulu. Kayaknya modelnya sudah turun panggung, harus cepat menemuinya.”
“Saya juga ikut, sekalian ada keperluan juga dengannya," sambung Edward.
“Mari Pak kalau begitu.”
Pak Rudi dan Edward segera ke belakang panggung.
Di belakang panggung ...
“Selama Siang Pak Rudi,” sapa karyawan Butik.
“Selamat Siang Mbak Lusi, bagaimana siang ini modelnya bisa pemotretan kan?” tanya Pak Rudi.
“Bisa Pak, modelnya setuju."
“Oke kalau begitu, baju pengantinnya pakai yang ada di butik ya. Saya siapkan perhiasannya. Kalau begitu kita ketemu langsung di butik.”
“Baik Pak, modelnya juga harus makan siang dulu.”
“Oh iya kalau Bapak ini, mau ketemu siapa?” tanya Lusi pada Edward.
“Aku Omnya si model, mau ajak makan siang dulu.”
“Oh .. Silakan Pak kalau begitu,” Lusi membuka jalan untuk Edward ke tempat Ghina duduk.
“Ghina ...," sapa Edward.
Ghina mendongakkan wajahnya melihat pria yang berdiri di hadapannya.
Apes lagi ... ternyata muka gue dikenalin juga !!!
“Kita makan siang di resto itu,” ujar Edward sambil menunjuk resto yang dekat dengan tempat acara.
“Mbak Lusi, saya makan dulu ya,” ujar Ghina terpaksa, malu kalau dia ribut dengan Edward gara-gara menolak ajakan makan siang.
“Iya Ghina,” jawab Lusi.
Masih dengan berbalut kebaya dan kainnya, Ghina bangun dari duduk. Edward langsung memegang lengan Ghina dan mengangkat buntut kebayanya agar tidak keserimpet jalannya.
Semua mata pengunjung menatap ke arah Edward dan Ghina, pasangan tampan dan cantik.
Mereka sudah berada di dalam resto, Edward sengaja memilih ruang VIP. Kini mereka berdua sudah duduk berhadapan.
Tak sengaja pandangan Edward ke baju kebaya Ghina yang membuat buah dadanya ingin menyembul keluar.
“Kenapa lihat-lihat?!" celetuk Ghina yang merasa Edward melihat buah dadanya.
“Mmm ... gak ...” Merasa tertangkap basah.
“Ghina mau makan apa?” tanya Edward dengan nada sedikit rendah.
“Apa saja, terserah,” jawab Ghina sibuk dengan ponselnya.
Tumben nanyanya suaranya pelan, biasa eeeeh suara kerasnya terdengar ... ck
Edward memanggil pelayan, dan memesan berbagai makanan. Selepas memesan makanan, antara mereka berdua tidak ada yang memulai membuka pembicaraan.
Diam-diam Edward memperhatikan wanita yang dijodohkan papanya, entahlah seperti terkagum-kagum.
Beberapa panggilan dari Kiren sampai tidak dijawab Edward.
Sedangkan Ghina yang melihatnya karena ponsel Edward ada di meja, sedang berusaha menenangkan dirinya.
Tidak menunggu waktu lama, pesanan makanan mereka telah datang. Dalam hening mereka makan siang tanpa bicara.
“Terima kasih Om Edward atas makan siangnya,” ucap Ghina setelah menyelesaikan makannya.
“Kalau begitu saya permisi dulu,” ujar Ghina lagi, mulai beranjak berdiri.
.
.
bersambung ...