NovelToon NovelToon
Menghitung Langkah Cinta

Menghitung Langkah Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Idola sekolah
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Chaterine Nathania Simatupang

Follow my Instagram : @nataniacatherin_



Hai semua! dukung terus cerita yang akuu buat yaa, kalau kamu suka, like ya, kalau ada kesalahan dari cerita ku, berikan saran, agar kedepannya aku bisa bercerita dengan baik untuk novel terbaru ku..✨❤️



"Cinta dan Cemburu"

Kisah tentang Catherine yang harus menghadapi perasaan rumit antara cinta dan cemburu. Dalam perjalanan hubungan dengan Akbar, ia menemukan sisi lain dari dirinya dan orang yang dulu sering menyakitinya. Di tengah kedekatannya dengan Naufal, Akbar yang penuh kecemburuan mulai menunjukkan sisi gelapnya. Namun, meskipun penuh dengan rintangan, Catherine harus memilih antara cinta yang tulus dan hubungan yang penuh ketegangan. Akankah ia bisa menemukan kedamaian di antara perasaan yang bertarung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chaterine Nathania Simatupang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cinta yang Tak Terucap

Suasana di taman sekolah terasa lebih sunyi dari biasanya. Akbar duduk bersama Adam dan Surya, dua sahabatnya yang selama ini selalu ada, meskipun kadang mereka merasa bahwa Akbar lebih sering terjebak dalam pikirannya sendiri. Kali ini, mereka sedang membicarakan seseorang—Catherine.

"Udah lama nih, loe canggung banget sama Cat, kenapa?" tanya Adam, membuka percakapan.

Akbar memandang ke arah langit yang mendung, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Gue cuma nggak tahu gimana... Gue sering mikirin dia, tapi sekarang gue merasa cemburu ngeliat dia deket sama Naufal."

Surya menyeringai, "Cemburu? Kayaknya loe emang udah punya perasaan lebih dari sekadar temen, ya?"

Akbar menghela napas berat. "Gue udah lama minta maaf sama dia, tapi kenapa rasanya masih ada jarak? Gue gak bisa bilang dia masih penting buat gue, tapi... loe tahu sendiri kan, dia sekarang sering banget bareng Naufal."

Adam tertawa pelan. "Loe takut ngasih kode? Atau loe takut ngomong langsung ke dia? Gue sih rasa, kalau loe pengen sesuatu, ya, loe harus bilang. Jangan nunggu terus."

Akbar mengangguk pelan, merasa cemas. "Iya, tapi gue takut kalau gue salah lagi. Gue nggak mau jadi orang yang ganggu hidup dia."

Surya menyentuh bahu Akbar, memberi semangat. "Kadang, loe cuma perlu ngungkapin aja, nggak perlu khawatir terlalu banyak. Kalau dia udah milih jalan yang lain, ya itu bukan salah loe."

Akbar menatap tanah, berpikir. Di satu sisi, dia merasa Catherine masih penting baginya, tapi dia juga takut kehilangan persahabatan yang sudah dibangun. "Tapi Catherine sekarang kelihatan jauh lebih bahagia tanpa gue, lebih percaya diri, lebih mandiri. Gue takut kalau gue muncul lagi dan ganggu perasaannya."

"Perasaan loe sendiri juga penting, Bro," kata Adam dengan tegas. "Jangan tunggu sampai semuanya terlambat."

Akbar hanya diam, merenung. Dia tahu, meski dia selalu merasa cemburu saat melihat Catherine bersama Naufal, dia masih tidak yakin apakah Catherine merasakan hal yang sama. Bahkan setelah semua yang terjadi, Catherine masih menjaga jarak, dan Akbar merasa itu adalah harga yang harus dia bayar karena kesalahannya dulu.

Beberapa saat kemudian, mereka berdiri untuk meninggalkan taman. Surya menepuk bahu Akbar, memberikan semangat terakhir. "Jangan biarin kesempatan lewat begitu aja, Akbar."

Akbar mengangguk, berpikir keras tentang apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Dia merasa bingung, namun satu hal yang pasti—dia tidak bisa lagi diam saja. Jika dia ingin tahu perasaan Catherine, dia harus berani mengambil langkah.

---

Catherine, yang sering terlihat bersama Naufal selama beberapa hari terakhir, tidak menyadari betapa dalam perasaan Akbar terhadapnya. Dia merasa lebih nyaman bersama Naufal karena mereka sudah saling mengenal lebih dekat, tapi perasaan terhadap Akbar masih terjebak dalam kebingungannya sendiri. Catherine merasakan perubahan pada Akbar, tetapi masih belum siap membuka hatinya lagi.

Tapi, saat Akbar mulai lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-temannya, Catherine merasa ada yang berbeda. Mungkin, hanya mungkin, perasaan Akbar terhadapnya tidak sepenuhnya hilang. Namun, dia juga tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa dia masih harus fokus pada dirinya sendiri dan perjalanan hidupnya yang baru.

Keduanya masih canggung, berjalan di jalan yang tak pasti, namun keduanya tahu, bahwa perasaan yang berkembang di antara mereka mungkin akan membawa mereka pada perjalanan yang lebih mendalam dan penuh dengan tantangan. Tetapi apakah mereka akan menghadapinya bersama? Hanya waktu yang bisa memberi jawaban.

Catherine sedang duduk sendirian di kantin, menikmati makan siang sambil membaca buku. Hari itu cuaca cerah, namun di dalam hatinya ada perasaan yang sedikit gelisah. Belakangan ini, Akbar sering mendekatinya, baik di sekolah maupun di luar. Rasanya aneh—sejak pertemuan mereka beberapa bulan yang lalu, Akbar memang berusaha lebih ramah dan terbuka. Namun, Catherine merasa bingung. Apakah ini hanya rasa ingin berteman, atau ada sesuatu yang lebih?

Sambil fokus pada bukunya, Catherine bisa merasakan keberadaan seseorang yang duduk di meja sebelahnya. Tanpa perlu menoleh, dia tahu itu adalah Akbar.

"Hai, Cat. Boleh duduk?" Suara Akbar terdengar di telinganya.

Catherine menoleh, sedikit terkejut. "Oh, Akbar. Iya, silakan," jawabnya, berusaha terdengar santai meskipun hatinya sedikit berdebar.

Akbar duduk, lalu mereka terdiam sejenak. Suasana kantin yang biasanya ramai terasa hening antara mereka. Catherine mencoba kembali fokus pada bukunya, tapi matanya tak bisa berhenti memandang Akbar yang kini duduk di sebelahnya.

Akbar membuka pembicaraan, "Kamu masih sering baca buku kayak gini, ya?" tanya Akbar sambil tersenyum ringan. "Dulu aku nggak pernah lihat kamu kayak gini."

Catherine tersenyum kecil, merasa sedikit canggung. "Iya, aku jadi suka baca buku belakangan ini. Banyak hal yang aku pelajari."

Akbar mengangguk, menatapnya dengan serius. "Aku... aku senang melihat kamu jadi lebih percaya diri dan kuat, Catherine. Aku tahu dulu aku salah, dan aku menyesalinya."

Catherine terdiam, matanya bertemu dengan mata Akbar yang tampak penuh penyesalan. Dia tidak bisa menahan rasa bingung yang datang begitu saja. Akbar, yang dulu membuatnya merasa tidak dihargai, kini menunjukkan sisi lain yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

"Aku... Aku cuma ingin bilang, aku senang bisa ngobrol sama kamu sekarang," kata Akbar, suara sedikit gemetar.

Catherine menundukkan kepala, mencoba menenangkan diri. "Aku tahu kamu sudah lama berubah, Akbar. Tapi..." Dia menggantungkan kalimatnya sejenak, berusaha memilih kata-kata yang tepat. "Aku tahu apa yang kamu rasakan, tapi aku juga merasa bimbang dan tidak mau terburu-buru. Aku lebih dekat ke Naufal sekarang, dan aku nggak ingin ada yang merusak itu."

Akbar menatapnya dengan tatapan serius, seolah mencoba memahami perasaan Catherine. "Aku paham, Cat. Aku nggak mau terburu-buru. Aku cuma... cuma ingin kamu tahu kalau aku menghargai kamu. Dan kalau kamu membutuhkan waktu, aku akan sabar menunggu."

Catherine merasakan kehangatan dalam kata-kata Akbar, tetapi ada ketakutan yang menyelimuti dirinya. Dia tidak ingin kembali ke masa-masa di mana dia merasa terjebak dalam hubungan yang tidak sehat. Catherine sudah berubah, dan dia tidak ingin kehilangan dirinya lagi hanya untuk memenuhi harapan orang lain.

Akbar melihat ragu di mata Catherine, lalu dengan lembut ia berkata, "Aku tahu ini mungkin terasa canggung, dan aku nggak ingin memaksakan apa pun. Aku cuma... ingin menjadi bagian dari hidupmu lagi, sebagai teman."

Catherine menghela napas panjang, merasa lega meski hatinya masih bimbang. "Aku akan pikirkan, Akbar. Terima kasih sudah jujur."

Akbar tersenyum, meskipun sedikit kecewa, dia menghormati keputusan Catherine. "Aku tunggu jawabannya, Cat. Tapi, nggak masalah jika kamu butuh waktu."

Catherine mengangguk, merasa sedikit lebih ringan. Namun, dia tahu, perasaan ini—perasaan yang mulai tumbuh di antara mereka—akan membutuhkan waktu untuk benar-benar dipahami. Apa yang sebenarnya Akbar inginkan? Dan apakah dia siap untuk membuka hati lagi setelah semuanya? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Akbar sudah lama mendekati Catherine, tapi entah kenapa, akhir-akhir ini Catherine merasa ada yang berbeda. Dia mulai merasa canggung setiap kali Akbar mendekatinya, seolah ada perasaan lain yang tumbuh dalam diri Akbar. Akhirnya, Catherine pun mulai merasa bingung, apalagi dia semakin sering menghabiskan waktu dengan Naufal, sahabatnya yang selalu ada untuknya.

"Apa aku cuma berlebihan?" pikir Catherine dalam hati, merasa cemas. "Kenapa aku jadi takut kalau Akbar ada di sekitarku?" Dia semakin sadar bahwa hubungan mereka mungkin berubah tanpa dia sadari, tapi dia tidak tahu bagaimana menghadapinya. Akbar selalu berusaha mendekat, namun Catherine lebih memilih untuk bersama Naufal, merasa lebih nyaman di dekatnya.

1
aca
ini mah bingung mana flasback mana episode selanjutnya
Catherine Nathania Simatupang
jih kemana aja kau🗿
Nadine Amelia
Cerita nya sangat bagus bgtt... ada byk pengajaran atau amanat yg di dapatkan dalam setiap bab serta alur cerita nya sangat menegangkan dan membuat para pembaca sangat penasaran. Great jobb utk authormya. Saya harap ke depannya novel ini dapat di terbitkan yaa ❤️❤️
Nadine Amelia
Wihh mantapp uyy hajar terus si theresia sampai malu dia 😆👏
Catherine Nathania Simatupang
brutal bae lu jen
Catherine Nathania Simatupang
akbar mauan🗿
Catherine Nathania Simatupang
mulai dah
Catherine Nathania Simatupang
Akbar geer dah:v
Catherine Nathania Simatupang
brutal uy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!