Namanya Erik, pria muda berusia 21 tahun itu selalu mendapat perlakuan yang buruk dari rekan kerjanya hanya karena dia seorang karyawan baru sebagai Office Boy di perusahaan paling terkenal di negaranya.
Kehidupan asmaranya pun sama buruknya. Tiga kali menjalin asmara, tiga kali pula dia dikhianati hanya karena masalah ekonomi dan pekerjaannya.
Tapi, apa yang akan terjadi, jika para pembenci Erik, mengetahui siapa Erik yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketika Acara Berlangsung
"Maksud kamu?" Meski paham dengan apa yang dikatakan Marco, Natalia justru menuntut penjelasan yang lebih rinci lagi agar hatinya semakin yakin.
Marco menyeringai. "Orang suruhan kita berhasil melacak keberadaan seseorang yang diduga anak kandung Castilo."
"Benarkah?" tanya Natalia. "Apa yang membuat mereka sangat yakin?"
"Mereka itu mengenal wajah-wajah anak buahnya Castilo. Sudah pasti, dimanapun anak buah Castilo berjaga, berarti di sana pasti ada orang yang kita incar," terang Marco sangat lancar.
Natalia mengangguk paham dan langsung tersenyum senang. "Apa mereka berhasil mengambil alih penerus asli Castilo dari tangan orang kepercayaannya?"
Marco kembali tersenyum, lalu dia menunjukan layar ponselnya kepada Natalia. Wanita itu memperhatikan baik-baik layar ponsel tersebut. Beberapa detik kemudian, senyum Natalia terkembang sembari melempar pandangannya ke arah Castilo.
"Baguslah. Sekarang kita tunggu, keputusan apa yang akan Castilo ambil, setelah tahu apa yang terjadi pada anak dan istrinya," ucap Natalia penuh kemenangan.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Victoria saat ini. Orang-orang suruhan Bram, baru saja memberi kabar kalau mereka berhasil mengambil alih istri dan anak Castilo.
"Selanjutnya, rencana apa lagi yang akan akan kamu lakukan?" tanya Victoria nampak begitu antusias setelah mendapat kabar yang sangat membahagiakan.
"Tentu saja, aku harus menemui mereka. Jangan sampai kita keduluan Marco dan Natalia. Kalau mereka mengambil tindakan terlebih dahulu, bisa gagal rencana kita, menjadikan Morgan satu-satunya penerus Castilo," ucap Bram tak kalah semangatnya.
"Wahh, benar juga," Victoria semakin bersemangat.
Meskipun pada awalnya mereka bekerja sama, tapi karena keserakahan membuat kedua kubu itu memiliki rencana lain tanpa sepengetahuan pihak masing-masing.
Mereka saling berkhianat satu sama lain, karena meraka ingin anak-anak mereka lah yang dipilih Castilo sebagai penerus satu-satunya. Tentunya mereka akan menggunakan istri dan anak Castilo sebagai alat untuk mengancam, agar Castilo mau menuruti permintaan mereka.
"Kalau begitu, lebih baik kamu cepat berangkat, jangan sampai keduluan mereka," titah Victoria.
"Oke! Kamu awasi aja kondisi di sini."
"Beres."
Bram pun tersenyum, lalu dia segera berdiri dari duduknya. Di saat dia hendak melangkah meninggalkan tempat tersebut, sebuah suara perintah tiba-tiba terdengar jelaa di telinga pria itu.
"Kalian yang berdiri, silahkan duduk kembali!"
Jelas sekali kalau itu adalah suara Castilo. Bram menoleh ke arah panggung dan dia cukup terperanjat kala Castilo menunjuk ke arahnya.
Bukan hanya Bram yang terkejut, Marco yang kebetulan melakukan hal yang sama dengan Bram, juga mematung tak bergerak.
"Cepat, kalian duduk kembali!" titah Castilo. "Tidak ada bantahan! Silahkan, kalian menempati tempat masing-masing."
Marco dan Bram nampak kebingungan. Mau tidak mau mereka kembali duduk dengan perasaan kesal. Kedua pria itu pun tak berani melayangkan protes karena Castilo langsung yang memberi perintah.
"Bagaimana ini, Bram?" bisik Victoria.
"Tenang saja, kita pantau saja dari sini," balas Bram sambil memainkan ponselnya, merangkai beberapa kata, lalu dia kirimkan kepada nomer orang suruhannya.
Begitu juga dengan apa yang dilakukan Marco saat ini. Mereka nampak begitu tenang, saat memberi perintah kepada orang-orang kepercayaannya.
Sementara di atas panggung, Castilo menatap tajam kepada semua yang hadir di sana.
"Bukankah kalian sudah tahu aturan saya? Saya tidak akan memberi pengertian, apapun alasan kalian, ketika hendak pergi, di saat saya sedang berbicara di dalam forum," ucap Castilo.
"Jika kalian ingin pergi sebelum acara selesai, sebaiknya kalian tidak usah datang biar tidak mengganggu jalannya acara."
Marco dan Bram merasa tertohok. Apa lagi beberapa mata memandang ke arah dua pria itu, membuat mereka harus menahan kesal kepada sosok yang berdiri di atas panggung.
"Sialan, Castilo," umpat Marco. "Setelah tahu kabar anak dan istrinya, apa dia masih bisa, angkuh sepertii itu?" pria itu nampak begitu kesal.
"Sudah, nggak perlu diambil hati," ucap Natalia. "Sebentar lagi saatnya dia yang akan tunduk pada perintah kita."
"Cih! Aku sudah nggak sabar, ingin mengusap muka dia dengan tanah basah," balas Marco penuh kebencian.
"Baiklah, kembali ke acara utama," Castilo tidak mau memperpanjang masalah karena memang sudah saatnya dia harus meneruskan acaranya.
"Kali ini, saya akan menunjukan sesuatu pada kalian semua," ucap Castilo dan dia langsung melempar pandangannya kepada Alex.
Sang asisten mengangguk paham dan dia segera memberi kode kepada seseorang untuk melaksanakan tugasnya saat itu juga.
Ruang yang awalnya sangat terang, seketika berubah menjadi remang-remang. Beberapa layar besar yang sudah terpasang di berbagai sisi, mulai menyala satu persatu, dan saat itu juga semua mata nampak terperangah dengan apa yang ada pada layar tersebut.
"Loh, mereka siapa? Tuan Castilo foto bersama wanita lain?"
"Itu bukan Nyonya Natalia kan?"
"Benar, itu juga bukan Nyonya Victoria?"
"Lalu dia siapa?"
Suara gemuruh mulai terdengar memenuhi ruangan tersebut. Semua nampak terkejut kala mereka menyaksikan sebuah foto terpampang cukup jelas pada layar.
"Sialan Castilo! Darimana dia mendapatkan foto itu?" ucap Victoria kesal.
"Kamu tidak tahu, ada foto itu?" tanya Bram.
"Tidak! Aku tidak pernah melihatnya," jawab Victoria.
"Mom, itu siapa? Kenapa ada wanit dan anak kecil foto bareng Daddy?" tanya Morgan yang tak kalah terkejutnya begitu melihat foto yang terpampang pada layar.
Tak jauh dari mereka, Dave juga menanyakan hal yang sama kepada Ibunya. Namun sayang sekali, kedua ibu itu tidak bisa memberi jawaban pasti karena mereka juga bingung hendak memberi jawaban seperti apa.
"Loh, aku kok kaya pernah melihat wanita itu ya?" Ucap Jojo sembari berpikir.
"Kamu kenal?" tanya Naura.
"Kaya pernah lihat gitu, tapi dimana? Kaya nggak asing," balas Jojo.
"Yah, kirain kenal," cibir Naura. Jojo pun cengengesan, tapi otaknya masih berpikir sembari menatap foto wanita yang berdiri di samping Castilo.
Di atas panggung sendiri, Castilo justru tersenyum senang. Dia tahu betul semua yang menyaksikan acara ini pasti sedang penasaran dengan foto yang sedang dia tampilkan.
"Saya tahu, kalian pasti sangat penasaran dengan foto wanita dan anak kecil itu, bukan?" tanya Castilo. "Baiklah saya akan jelaskan pada kalian siapa mereka."
Semua nampak begitu tegang, menunggu untaian kata selanjutnya dari Castilo.
"Mereka adalah istri sah saya sampai saat ini, dan anak kecil itu adalah putra kandung saya yang sebenarnya."
"Apa!"
Hampir semua yang hadir terperangah mendengarnya. Terutama Dave dan Morgan. Mereka hendak melayangkan protes dan pertanyaan tapi ditahan oleh orang tua masing-masing.
Di saat Castilo hendak menjelaskan lebih rinci, salah seorang wartawan melempar pertanyaan yang membuat Castilo mengurungkan sejenak rencana berikutnyam
"Apa mereka ada di sini, tuan?"
"Tentu! Mereka ada di sini," jawab Castilo nampak begitu senang.
"Apa mereka bisa dihadirkan?"
"Sudah pasti," jawab Castilo yakin. "Bukankah tujuan utama saya mengadakan acara ini, untuk memperkenalkan mereka?"
Castilo tersenyum lalu dia segera memberi kode kepada Alex. Sedangkan di kursi tamu, ada sosok yang sedang menyeringai, menatap tajam ke arah pria itu.