NovelToon NovelToon
Possessive Leader

Possessive Leader

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Perjodohan / Cintamanis / Kehidupan di Kantor
Popularitas:20.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Net Profit

📢📢📢WELCOME DI AREA BENGEK NGAKAK GULING-GULING 😂😂😂

Jesi yang sudah terbiasa dengan kehidupan bagai sultan, harus kehilangan semua fasilitas itu karena ayahnya yang ingin membuatnya menjadi mandiri. Dalam sekejap ia menjadi seorang mahasiswi magang, dan dihadapkan dengan team leader yang ganteng tapi sayangnya galak.


"kalo aja lo itu bukan pembimbing magang gue, ogah banget dah gue nurut gini. Ini namanya eksploitasi tenaga karyawan."

"Aku tau, aku itu cantik dan menarik. nggak usah segitunya ngeliatinnya. Ntar Bapak naksir." Jesika Mulia Rahayu.

"Cantik dan menarik emang iya, tapi otaknya nothing. Naksir sama bocah seperti kamu itu impossible." Ramadhan Darmawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

nol nya jangan dikurangin lagi!

Begitu Rama masuk ke dalam ruangan, Jesi duduk di meja Naura sambil menunggu ibu hamil itu tiba. Tak lama wanita cantik nan anggun dengan perut yang sudah besar itu tiba.

“Pagi Mba Naura cantik.” Sapanya, “Pagi juga baby girl” imbuhnya sambil mengusap perut Naura.

“Pagi juga, Jesi” Balas Naura.

Setelah melihat Naura siap memulai pekerjaannya, Jesi segera menunjukan poin-poin penting yang sudah ia catat selama mengikuti Rama meninjau pemasaran produk kemarin.

“Gimana, Mba? Kok ketawa sih. Ada yang salah yah?” tebak Jesi.

Naura meletakan tablet yang ia pegang, melihat ekspresi penasaran Jesi membuatnya semakin ingin tertawa tapi ia tahan.

“Nggak ada yang salah kok, Jes. Ini cukup bagus dan jelas.” Jawab Naura.

“Hanya saja ini” Naura menunjukan catatan Jesi yang dihias dengan emoticon-emoticon lucu.

“Untuk selanjutnya jangan pake emoticon yah.” Lanjutnya.

“Oh gitu... siap Mba. Aku kira ada yang salah. Udah deg-degan loh mba.”

“Haha... dasar kamu tuh.”

“Kerja bareng mba santai, Jes. Yang penting semua pekerjaan beres.” Imbuh Naura.

Jesi begitu lega, bekerja dengan Naura ternyata sangat menyenangkan. Naura menjelaskan hal-hal yang harus ia kerjakan dengan runtut hingga mudah dimengerti. Dia juga ramah dan bertindak layaknya teman, membuat Jesi merasa nyaman. Tak seperti Dina yang selalu membedakan status anak magang dan karyawan tetap.

Selain membuat catatan Jesi juga ikut membantu Naura mencatat agenda kegiatan Rama sehari-hari. Tak lupa jadwal-jadwal penting yang harus dihadiri dari mulai rapat rutin, rapat dengan klien hingga menemui investor guna memperluas usaha.

Saat semua pekerjaan yang diberikan oleh Naura sudah selesai dikerjakan, Jesi memainkan ponselnya untuk mengusir rasa bosan. Inginnya ngajak Naura ngobrol tapi wanita itu sedang sibuk dengan layar komputernya.

“Mba... aku nonton drakor boleh yah? Tugas aku udah kelar.” Izinnya dan Naura mengangguk.

Setelah dua puluh menit Naura menepuk bahu Jesi yang sedang merebahkan kepala di meja sambil menatap lelaki dengan tato kupu-kupu di ponselnya.

“Di panggil Karam tuh!”

“Aku?” tanya Jesi mengangkat kepalanya seraya menoleh pada Naura yang mengangguk mengiyakan.

“Okelah.” Jesi beranjak merapikan bajunya sebelum masuk ke dalam.

“Hey! Ketuk dulu, Jes.” Teriak Naura saat melihat asistennya yang mau langsung nyelonong masuk begitu saja.

“Gini?” Jesi berbalik sambil mengetuk pintu ruangan Rama.

Setelah terdengar jawaban dari dalam sana Jesi segera masuk dan berdiri di depan meja Rama.

“Karam, manggil aku?” tanyanya dengan wajah datar. Mau di kasih senyum males takut di salahin lagi. Mending yang datar-datar aja.

“Iya.” Jawab Rama tak kalah datar. Bahkan pria itu sama sekali tak melihat Jesi, masih fokus pada berkas di hadapannya.

Rama menutup map berkas yang baru saja selesai ia baca, “Berikan ini ke divisi keuangan. Katakan pada mereka saya menginginkan analisis Break Event Point untuk produk botol impus Seri LW2704 secepatnya.”

Jesi menerima map, “Siap, Kak. Ada lagi?” tanyanya.

“Tidak. Kamu boleh pergi sekarang.”

“Karam sebenernya ada yang pengen aku omongin.” Ucap Jesi yang masih berdiri di depan Rama meskipun sudah di suruh pergi.

“Apa? Kamu mau bilang nggak mau kesana gitu?” tebak Rama.

“Bukan. Bukan itu!” Jawab Jesi cepat sambil menggerakkan tangannya seolah berkata tidak.

“Aku nggak masalah di suruh apa pun. Sekalipun kembali ke tempat yang udah bikin nama baik aku rusak.”

“Sebenernya aku nggak peduli sama omongan orang lain yang bilang aku ini biang masalah, aku ini bla.. bla.. bla.. segala macam nggak apa-apa kalo emang itu semua benar. Karena seseorang pernah bilang ke aku, kalo semua akan menghilang seiiring berjalannya waktu. Tapi kalo untuk yang soal kontrak itu aku bener-bener nggak terima di salahkan.”

“Jangan bahas soal kontrak itu lagi, toh semua masalah sudah clear dan saya tidak pernah menyalahkan kamu. Saya kan sudah bilang itu kelalaian satu divisi.”

“Karam biasa bilang gitu tapi semua orang nganggapnya aku yang salah. Tunggu sebentar,” Jesi pergi keluar untuk mengambil berkas revisi kontrak dari Dina yang kemarin ia ketik ulang kemudian kembali ke dalam untuk menyerahkannya pada Rama.

“Karam bisa lihat kalo aku tuh ngetiknya udah bener, emang segitu jumlah nol nya. Nggak aku kurangin atau pun aku tambahin.”

“Iya nanti saya lihat. Udah kamu anterin aja itu berkas ke keuangan sana.” jawab Rama.

“Dibaca Karam jangan cuma di lihat."

"Iya." jawab Rama.

"Beneran yah Karam. Awas kalo nggak di baca.” Ucap Jesi sebelum keluar.

“Di sini saya bosnya kenapa malah kamu yang nyuruh-nyuruh. Udah sana keluar, kalo kerjanya bener ntar saya beliin jajan lagi.” Lama-lama pusing juga mendengarkan anak ini terus ngoceh, udah di bilang ‘iya’ masih aja ngoceh.

“Pecel lele yang depan kantor yah, Karam.”

“Nggak usah pake nawar, udah pergi sana!” Sentak Rama galak yang membuat Jesi langsung ngibrit keluar ruangan. Rama berdecak kesal, dia membuang nafasnya kasar.

“Huh! Lama-lama gue bisa darting ngadepin itu bocah.” Umpatnya, kemudian meraih gagang telpon untuk memanggil Naura masuk.

“Mba Naura, aku ke keuangan dulu yah. Disuruh nganterin berkas.” Pamitnya pada Naura.

“Mba, hati-hati yah si CCG lagi kumat. Aku aja di usir keluar nih.” Imbuhnya sebelum akhirnya sedikit berlari menuju lift.

Sebelum masuk ke dalam divisi keuangan Jesi mengintip terlebih dulu dari luar. Masih formasi lengkap seperti saat terakhir ia pergi.

“Permisi.” Ucapnya begitu masuk yang langsung menuju meja manager dan menyerahkan berkas serta instruksi sesuai perintah Rama.

“Kasih ke Mba Dina. Dia yang biasa ngerjain ini.” Ujar si manager.

Jesi menghampiri kubikel Dina dan menyerahkan berkas itu, “Mba Dina nih disuruh bikin analisa break event point. Kata Pak Darmawan di tunggu secepatnya”

“Ya ampun Jesi... gue kira lo beneran udah di balikin ke kampus soalnya dari tadi pagi gue nggak liat lo dimana pun.” Ucap Dini yang sesama anak magang.

“Dibalikin ke kampus? Kagak lah. Ini gue masih ada di sini. Cuma di pindahin aja, nggak magang di keuangan lagi.” Jawab Jesi.

“Di pindahin ke divisi apa, Jes?”

“Nggak divisi mana pun. Sekarang gue magang nya di lantai sepuluh loh, bareng CCG.”

“Seriusan lo kerja bareng pak Darmawan, Jes?” Tanya Dini yang masih tak percaya. Bahkan Dina yang sedari dari terlihat acuh dan mulai mengerjakan tugasnya mendadak berhenti begitu mendengar nama Darmawan di sebut.

“Serius lah. Enak tau Din kerja langsung sama Pak Darmawan. Gue aja kemaren di beliin jajan.” Ucap Jesi pamer.

“Pokoknya gue mah beruntung banget gara-gara nol kurang satu yang membawa berkah. Kerjaan gue jadi enak banget sekarang. Cuma ngikutin pak Darmawan kesana sini, mencatat hal-hal penting selama pertemuan. Nggak harus deh gue duduk seharian sambil main-main sama angka, ngitung ini itu yang bikin mumet.” Lanjutnya.

“Ih enak banget Jesi... jadi pengen ikut pindah deh.” Ucap Dini.

“Tuh minta bantuan Mba Dina aja. Dia spesialisnya ngusik hidup orang lain. Tapi sayang salah sasaran kalo main-mainnya sama gue.” Ucap Jesi yang langsung di balas tatapan heran dari semua anggota divisi. Begitu pun dengan Dina yang langsung menatap tajam padanya. Jesi memilih membalasnya dengan senyuman ilfeel tanpa takut sedikit pun.

“Udah ah gue mau balik ke atas lagi, Din. Takut di cariin CCG.” Pamit Jesi.

“Buat Mba Dina, itu break event point awas nol nya jangan di kurangin lagi!” sindirnya kemudian berlalu pergi.

1
Markonah Salim
aku jd ilfeel klo gni ah. gk jd terharu krn kasus nikah. ini hl sakral kok jd mainan. tau sekolah jas jus
destiana
Luar biasa
Khairul Azam
itu nanti si rama di rumah gak makan 🤣🤣🤣
Khairul Azam
didunia nyata mumet, baca novel ini jd menghibur ketawa aja 🤭🤭
Khairul Azam
itu bapaknya jas jus yg mau ditemuin 🤣🤣🤣
irma hidayat
zydan nya juga nyuruh aborsi biarkan dulu nginap diprodeo
irma hidayat
good ayah burhan
irma hidayat
makanya hidup tuh jangan jahat Dina,raya yg dituai psti sesuai perbuatan
Khairul Azam
aku lagi maskeran, baca ini langsungvretak maskerku 🤣🤣🤣
irma hidayat
hamil kayanya jasjus
Khairul Azam
itu emang disengaja jes sama ayah km, 😅😅😅
irma hidayat
ayo Jes upload aja buku nikahnya biar mereka shok
Khairul Azam
udah bener bapaknya membatasi uang jajan anaknya, anaknya dimanfaatin
endang nastusil
Luar biasa
Reni Reni
Kecewa
Reni Reni
Buruk
Jennifer Jatam
Luar biasa
Jennifer Jatam
Biasa
irma hidayat
Shok jasjus saat tau calon suaminya
irma hidayat
bikin hati jadi nano nano puny asisten kaya jasjus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!