Follow My IG : @mae_jer23
Geyara, gadis kampung berusia dua puluh tahun yang bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga Cullen. Salah satu keluarga terkaya di kota.
Pada suatu malam, ia harus rela keperawanannya di renggut oleh anak dari sang majikan.
"Tuan muda, jangan begini. Saya mohon, ahh ..."
"Kau sudah kupilih sebagai pelayan ranjangku, tidak boleh menolak." laki-laki itu terus menggerakkan jarinya sesuka hati di tempat yang dia inginkan.
Tiga bulan setelah hari itu Geyara hamil. Masalah makin besar ketika mama Darren mengetahui sang pembantu di hamili oleh sang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta jatah
Darren pulang pukul sebelas malam. Semua orang sudah tidur. Biasanya batas kerja pembantu hanya sampai jam tujuh atau delapan malam. Kalau yang sudah berkeluarga batasnya sampai jam lima sore dan pulang ke rumah masing-masing. Yang belum berkeluarga diharuskan tinggal. Tapi mereka kerja hanya lima hari dalam seminggu. Ada jadwal shif-nya. Yara dapat hari libur di hari
jumat dan sabtu.
Darren langsung naik ke kamarnya untuk mandi. Habis mandi laki-laki itu turun ke lantai satu untuk minum. Samar-samar ia mendengar ada orang yang bersuara di arah kolam rumah itu. Mungkin karena sudah cukup malam dan sepi jadi suara tersebut samar-samar terdengar sampai ke dapur.
Entah siapa itu. Tidak mungkin mamanya. Karena mamanya selalu konsisten tidur jam sembilan malam kalau tidak keluar kemana-mana. Darren melangkahkan kaki perlahan, membuka pintu yang bagian kiri yang langsung terhubung dengan kolam renang. Di lantai atas juga ada kolam renang khusus untuk laki-laki itu sendiri.
"Mas Irgo mau ke kota? Kapan mas? Minggu depan? Kalo gitu aku akan coba ijin cuti beberapa hari buat temenin mas jalan-jalan. Iya mas, sampai ketemu minggu depan ya."
Yara menutup telpon dengan senyuman cerah terpampang di wajahnya. Jarang-jarang tunangannya itu menelpon. Ia bahkan sempat berpikir laki-laki itu tidak menyukainya, apalagi mereka bertunangan karena dijodohkan sama orangtuanya Irgo. Namun beberapa hari terakhir ini Irgo sering menelponnya dan memberinya semangat bekerja. Yara merasa senang dan terhibur.
Irgo terkenal dikampung. Papanya lurah dan baik terhadap warga kampung. Bertunangan dengan Irgo adalah keberuntungannya.
"Apa orang yang menelpon tadi adalah tunanganmu?"
Suara itu mengagetkan Yara. Si anak majikan. Yara selalu berakhir tidak baik tiap kali berhadapan dengan pria itu.
"Tu ... Tuan muda." setelah menyapa Yara langsung buru-buru pergi.
"Mau kemana?" pergelangan tangannya ditahan oleh laki-laki itu, menahannya untuk pergi.
"Ka_ kamar."
"Aku majikanmu dan sedang bertanya padamu. Bukankah harus kau jawab pertanyaanku? Yang bicara denganmu ditelpon tunanganmu?"
Darren menatap ke dalam mata Yara. Tatapannya tajam dan mengintimidasi, seperti biasa. Yara tak bisa berbuat apa-apa selain menganggukkan kepala.
"Jadi namanya Irgo?" Darren tidak begitu senang menyebut nama itu.
"Maaf tuan muda. Lepaskan tanganku, aku harus kembali ke kamar."
Darren tidak berniat melepaskan Yara. Pandangannya jatuh pada daster yang gadis itu kenakan. Daster murah, namun seksi di tubuh gadis ini. Otak mesumnya kembali menguasai dirinya.
"Ikut aku." Lelaki itu pun menarik tangan Yara masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kolam renang tersebut. Di dalam sini jauh lebih aman. Walaupun semua orang sudah tidur, bukan tidak mungkin ada yang memergoki mereka saat ia sedang bermain dengan perempuan ini.
"Kenapa di sini? Aku pengen keluar,"
"Pengen keluar? Sabar kau pasti akan ku buat keluar berkali-kali." Darren tahu maksud ucapan Yara, tapi laki-laki itu malah menggodanya. Dia suka melihat ekspresi takut dan gelisah pembantu kecil ini. Juga ekspresi saat perempuan ini tersiksa karena kenikmatan yang dia berikan.
Katakanlah Darren sudah gila dan tega, tapi mau bagaimana lagi. Dia tertarik melakukan itu. Pembantu ini amat sangat menantang dan menarik hingga membuatnya sanggup melakukan perbuatan gila ini.
"Lepasin aku," Yara masih berusaha melawan. Namun Darren tidak akan membiarkannya lolos sampai berhasil melakukan apa yang dia mau.
Laki-laki itu menekan kuat tubuh Yara hingga menubruk dinding kamar mandi. Dengan cekatan laki-laki itu berhasil menanggalkan daster yang Yara kenakan. Menyisakan pakaian dalam berwarna senada.
"Katakan, apa kau rajin berolahraga? Tubuhmu sangat bagus." puji Darren menatap keseluruhan penampilan Yara yang teramat seksi. Perut kencang, betis indah, leher jenjangnya, kulit putih, rambutnya yang tergerai indah dan buah dadanya besar dan padat.
"Aku mau keluar dari sini tuan muda. Pleaseee," pinta Yara memohon.
"Ssstt, kau lupa sekarang kau adalah pelayan ranjangku? Patuhlah."
"Ta_ tapi aku tidak setuju jadi pelayan ranjang tu ..."
"Ingat, aku punya video mesum saat kau menjerit-jerit keenakan."
Yara terdiam. Ia selalu melupakan itu. Laki-laki ini memang brengsek, hanya bisa mengancamnya saja. Darren kini berhasil menelan-janginya. Jantung Yara berpacu sangat cepat di saat mulut pria itu mempermainkan gunung kembarnya. Tanpa sadar matanya tertutup.
Sialan, sekarang ia juga merasa dirinya brengsek seperti laki-laki yang tengah menggodanya sedemikian rupa ini. Karena dia tidak bisa tidak menikmatinya. Dalam film yang mengandung pelece-han terhadap wanita, banyak sekali wanita yang trauma berat akibat diperlakukan tidak senonoh. Mereka tidak menikmatinya sama sekali.
Yara jadi bingung. Apa yang telah dilakukan oleh lelaki ini, kenapa setiap sentuhannya begitu nikmat? Apa karena wajahnya yang sangat tampan ini hingga Yara tidak merasa jijik ketika di sentuh olehnya?
"Mmmh_ " Darren menghi-sap dengan keras bukit kembar Yara, memberikan sensasi yang tidak dapat Yara jelaskan. Tangan pria itu menyentuh miliknya, mengusap dan mulai bergerak. Membelai dengan lembut, membuat Yara menahan gairahnya. Kedua tangannya menekan dinding kencang-kencang. Sesaat ia lupa diri.
"Ahh." jemari Darren kini mengo-cok dengan makin cepat hingga Yara merasa ingin terbang. Wanita itu membusungkan dadanya dan ibu jari kakinya menekan lantai kuat-kuat sampai pelepasan itu datang. Tangan Darren penuh dengan cairan miliknya. Yara bernapas terengah-engah.
"Lihat? Kau menikmatinya sweetie." setelah mengatakan kalimat itu Darren berlutut dihadapan Yara dan kembali menyerang sang pembantu tanpa menunggu wanita itu beristirahat dari pelepasan pertamanya. Li-dah Darren sudah bermain di goa Yara, menusuk-nusuk di dalam sana.
Yara melotot kaget. Ia belum siap. Darren membuatnya menggila. Oh ya ampun. Tubuhnya terguncang-guncang hebat akibat perbuatan Darren.
"Ahh, Aaghh ..." wanita itu menjerit-jerit tersiksa dalam kenikmatannya. Tangannya meremas kuat rambut Darren, bahkan menjambak saking tidak kuat lagi dengan sensasi yang pria itu berikan padanya.
"Uuhhhff ..." ia pun mendapatkan orgasme keduanya yang jauh lebih hebat dibandingkan yang pertama. Tubuhnya bergetar hebat. Yara menyerah kali ini, ia sudah tidak sanggup. Ia rasa dirinya bisa pingsan kalau sampai si anak majikan masih ingin menyiksanya lagi.
Saat matanya menatap ke Darren, pria itu tersenyum menang.
"Besok aku akan meminta jatahku. Siapkan dirimu karena aku ingin kau memanjakanku seperti aku memanjakanmu malam ini." gumamnya di depan wajah Yara lalu keluar dari dalam kamar mandi.
Yara terduduk di lantai, menatap daster dan pakaian dalamnya yang teronggok di dekatnya. Apa yang harus dia lakukan? Sepertinya dia akan terus terjerat dengan laki-laki itu. Tapi mereka telah melakukan dosa dan dia telah berselingkuh dari tunangannya.
“Hugging the Wound”
Ditunggu kedatangannya 🍂