Yang bocil minggir dulu ya🙃
Sinopsis 👇
Mina tidak tahu ada apa dengan hubungan kakak dan kakak iparnya. Di luar mereka tampak baik tapi sebenarnya mereka menyembunyikan sesuatu.
Berawal dari penasaran, Mina memutuskan menyelidiki keduanya. Ternyata benar. Di apartemen tempat tinggal mereka, mereka bahkan tidur terpisah. Mina yang dasarnya mulut ember itu ingin melapor ke mamanya. Sayangnya sebelum berhasil, ia ketahuan oleh Foster, kakak iparnya.
Dan yang tidak pernah Mina duga, Foster malah memaksanya bermain api dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 22
"Apa-apaan ini? Aku membayar kalian semua agar kalian bisa bekerja dengan becus, bukan tidak berguna seperti ini!"
Foster membuang semua berkas di atas meja dengan kasar. Suaranya terdengar amat menakutkan. Semua orang tertunduk takut. Kalau marah, pria itu sungguh menakutkan.
Sebenarnya kerugian perusahaan, buat Foster bukanlah suatu masalah besar, karena banyak perusahaan lain yang bekerja sama dengan perusahaannya. Ia juga memiliki banyak kekayaan dari bisnisnya yang lain. Hanya saja Foster marah dengan para karyawannya yang menurutnya tidak becus. Ia tidak suka cara kerja yang setengah-setengah. Apalagi sampai terjadi kesalahan yang fatal seperti ini.
Bisa-bisanya mereka batal kerjasama dengan keluhan, para karyawan kantor itu tidak memasarkan produk mereka dengan baik. Tidak sesuai pembicaraan awal. Produk yang awalnya harus dipasarkan sebagai produk nomor satu dikalangan anak muda sekarang, malah hanya menjadi produk yang masuk dalam sepuluh besar produk terbaik. Tapi bukan nomor satu. Jelaslah perusahaan DM mengalami kerugian yang cukup besar. Akibat pemberitaan yang salah. Kalau sudah begitu, jangan heran pihak mereka marah dan mengancam.
Foster melonggarkan dasinya kasar. Lalu menatap satu persatu orang-orang dalam ruangan itu.
"Siapa yang bertugas dalam proyek ini?" tanya pria itu.
Beberapa orang yang duduk angkat tangan satu persatu dengan takut-takut. Mereka sudah pasrah akan diberikan SP tapi tentu takut dipecat. Susah sekali diterima pekerjaan dalam perusahaan besar ini. Kalau sampai di pecat, pasti sedih sekali.
"Ketua tim kalian siapa?" tanya Foster. Salah satu dari mereka menyahut dengan penuh keberanian.
"I ... Ibu Fira, tapi Miss Dian yang mengambil alih,"
Tepat pada saat itu Dian memasuki ruangan dengan santai seperti tidak merasa bersalah. Ia masih percaya diri Foster tidak akan memarahinya di depan umum. Karena takut di tegur mamanya.
"Kenapa terlambat, sudah kuperingatkan dengan jelas bukan jangan sampai ada yang berani datang terlambat?" tukas Foster horor. Ia makin tidak suka dengan sikap semena-mena Dian, mentang-mentang wanita itu ada dukungan dari mamanya. Tapi Foster benar-benar harus tegas hari ini. Sudah beberapa kali ia mendapati wanita itu tidak sungguh-sungguh bekerja.
"Maaf, aku tadi menemani mama kamu ke salon." sahut Dian santai.
Foster mendengus keras. Sudah bikin kesalahan, datang terlambat, masih sempat-sempatnya lagi wanita itu mau pamer ke semua karyawan kantor. Foster lalu menggebrak meja panjang didepannya dengan kekuatan penuh.
Brakkk !!!
Ia menatap Dian emosi.
"Kau masih santai padahal perusahaan kita mengalami kerugian besar? Kau ingin aku pecat hah?"
Dian tersentak. Foster menatapnya nyalang. Baru kali ini pria itu bersikap kasar padanya di depan umum. Dia sangat malu.
"Lihat ini!" Foster membuang berkas di wajah Dian.
"Karena pekerjaanmu yang tidak becus perusahaan mengalami kerugian besar. Aku akan membuatmu bertanggung jawab kalau mereka sampai membatalkan kerjasama!" perlakuan Foster seperti hinaan bagi wanita itu.
Dian berusaha agar tidak menangis. Wanita itu mengangkat map yang di lempar Foster tadi dan mulai membaca. Matanya melebar.
"Produk nomor empat? Siapa yang mengetik ini?" wanita itu menatap ke anggota tim pemasaran dengan marah. Kira-kira ada lima orang di sana. Termasuk dua anak magang, mines Mina.
Para anggota saling berpandangan.
Mereka tampak ketakutan.
"M ... Mina," sahut Ester.
Nama itu sontak membuat Foster meringis pelan. Kenapa harus sih nona kecil itu, brengsek. Untung Mina tidak hadir saat ini. Pria itu lalu melirik ke Fira yang dia ketahui sebagai ketua tim pemasaran dan Dian bergantian.
"Kenapa membiarkan mahasiswi magang melakukan tugas kalian? Berapa kali kubilang proyek penting seperti ini harus dilakukan sendiri oleh kalian. Dan harus diperiksa dulu olehku. Atau memang kalian yang sengaja mau bermalas-malasan, begitu?" Foster tentu bersyukur karena status Mina saat ini masih mahasiswi magang. Jadi yang akan dia serang adalah mentor mereka.
Hanya saja Dian menyadari Foster sengaja mau menutupi kesalahan Mina dengan menyerang mereka. Ini tidak adil menurutnya.
"Aku tidak mau tahu, bagaimana pun caranya malam ini perbaiki semua kesalahan yang kalian perbuat dan minta maaf pada pihak DM. Kalau mereka tetap membatalkan kerjasama, siap-siaplah menerima surat pemecatan kalian." kata Foster lagi sarat akan ancaman.
"Laya," pria itu lalu melirik ke Laya yang berdiri di sebelahnya dari tadi.
"Iya pak?"
"Hubungi Mina. Jelaskan padanya tentang masalah yang terjadi dan suruh dia datang sekarang, bekerja dengan timnya."
"Baik pak."
Sebenarnya Foster berat hati menyuruh Mina datang ke kantor malam-malam begini, tapi ia tidak mau gadis itu nantinya diperlakukan tidak baik oleh timnya karena merasa dia pilih kasih. Apalagi ada Dian di sana yang mulai curiga kalau mereka ada hubungan.
"Satu hal lagi," Foster menahan Laya lagi sebelum wanita itu menelpon Mina.
"Aku akan mencoba bicara dengan pihak DM. Kau awasi mereka, kalau ada apa-apa langsung hubungi aku. Aku ada diruang kerjaku." katanya kemudian sebelum berbalik pergi meninggalkan ruangan itu.
Suasana yang menegangkan tadi berubah lebih cair. Semua orang akhirnya bisa bernapas lega. Foster sungguh amat menakutkan kalau marah.
"Kenapa diam saja? Ayo cepat kerja!" sentak Dian setengah emosi. Ia tentu masih sakit hati dengan bentakan sekaligus ancaman Foster padanya tadi. Dan orang-orang itulah yang menjadi pelampiasan kekesalannya.
***
Begitu mendengar kabar ada masalah dengan perusahaan, dan kesalahan itu dibuat oleh timnya, khususnya dirinya yang salah ketik, Mina langsung buru-buru ke kantor. Tentu dia sendiri panik, karena ditelpon kak Laya juga terdengar sangat serius.
Ketika sampai dikantor, semua orang tengah sibuk memperbaiki kesalahan yang mereka muat.
"Ester," panggil Mina menghampiri Ester yang tengah sibuk di depan komputer. Indy disebelah Ester menatapnya tidak suka.
"Dia yang bikin ulah, tapi datangnya terlambat sekali. Harusnya dia yang dibentak sama pak Foster tadi bukan ibu Dian." kata Indy ketus. Mina merasa merasa bersalah.
"M ... Maaf ..." memang dia salah jadi harusnya dia minta maaf.
"Udah, nggak usah bahas itu lagi. Cepat kerja." ujar Ester.
"Kamu yang namanya Mina?" Dian tiba-tiba datang sambil berkacak pinggang di depan Mina. Ekspresinya menunjukkan bahwa dirinya sangat tidak menyukai Mina. Apalagi Foster begitu peduli pada gadis ini.
"I ... Iya bu." sahut Mina.
"Jangan panggil aku ibu, aku belum setua itu. Panggil aku Miss." Dian tidak terima dipanggil ibu. Memangnya mata mereka buta? Masih cantik seperti ABG begini malah di panggil ibu-ibu.
"Ikut aku!" kata wanita berwajah sinis itu lagi. Mina menatap yang lain yang entah pura-pura atau memang beneran sibuk, kemudian mengikuti Dian keluar.
Wanita itu membawanya di gang sepi. Jarang orang lewat situ karena posisinya paling belakang. Ketika Dian berhenti, Mina ikut berhenti dan ketika wanita itu berbalik,
Plaaakk ...
Sebuah tamparan keras melayang di pipi Mina. Jelaslah gadis itu kaget bukan main dan merasakan pedih yang amat sangat besar di pipinya. Tamparan wanita itu amat kuat.
"Kita semua karyawan tetap terancam dipecat karena kamu, jadi kau pantas mendapatkannya. Ingat, sekali lagi kau melakukan kesalahan seperti itu, akan aku pastikan magangmu tidak akan berakhir dengan baik dikantor ini. Paham?" ujar Dian penuh permusuhan dan ancaman. Dian mengangguk sambil tertunduk. Ingin melawan tapi tidak bisa. Karena memang dia salah.
"Pergilah. Lakukan tugasmu dengan baik. Dasar manusia tidak berguna!"
lanjut
lanjut
lanjut
Saingannya berat Pak Agam