Karena pengkhianatan suami dan adik tirinya, Lyara harus mati dengan menyedihkan di medan pertempuran melawan pasukan musuh. Akan tetapi, takdir tidak menerima kematiannya.
Di dunia modern, seorang gadis bernama Lyra tengah mengalami perundungan di sebuah ruang olahraga hingga harus menghembuskan napas terakhirnya.
Jeritan hatinya yang dipenuhi bara dendam, mengundang jiwa Lyara untuk menggantikannya. Lyra yang sudah disemayamkan dan hendak dikebumikan, terbangun dan mengejutkan semua orang.
Penglihatannya berputar, semua ingatan Lyra merangsek masuk memenuhi kepala Lyara. Ia kembali pingsan, dan bangkit sebagai manusia baru dengan jiwa baru yang lebih tangguh.
Namun, sayang, kondisi tubuh Lyra tak dapat mengembangkan bakat Lyara yang seorang jenderal perang. Pelan ia ketahui bahwa tubuh itu telah diracuni.
Bagaimana cara Lyara memperkuat tubuh Lyra yang lemah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
"Xavier! Xavier, tunggu!" Myra menarik tangan Xavier dan membalik tubuh laki-laki itu menghadapnya.
Tatapan tajam Xavier membuat gadis berambut sebahu itu tak berkutik. Dia diam, mematung beberapa saat karena rasa takut tiba-tiba mendominasi.
"Kuharap kau punya alasan karena menghentikan aku, Myra," ketus Xavier menahan geram di dada. Dia tak sabar ingin mendatangi pelayan semalam dan menginterogasinya.
"Kau jangan menakuti aku seperti itu, Xavier. Memangnya apa yang semalam terjadi di antara kalian? Apa kau mulai berubah pikiran terhadapnya?" cerocos Myra seraya menggigit bibir gugup.
Dia takut Xavier berubah dan terpikat oleh gadis itu. Perubahan yang terjadi pada Lyra terlalu mencolok. Sikap manja dan kekanakannya hilang entah ke mana. Tak ada lagi sosok Lyra yang selalu berpakaian seksi demi merebut perhatian Xavier. Tak ada lagi sosok Lyra yang bertingkah genit ketika merayu laki-laki itu.
"Apa yang kau katakan? Antara aku dan dia tidak terjadi apapun. Masih sama seperti dulu, aku sama sekali tidak tertarik padanya," ujar Xavier sedikit rasa ragu dapat ia rasakan hadir di hatinya.
Myra tak lantas percaya, ia merajuk manja menampakkan wajah cemberut yang cemburu. Berharap laki-laki di hadapannya akan mengerti akan ketakutan dirinya. Hal tersebut memang membuat Xavier merasa gemas. Ia menyentuh dagu gadis itu, mengangkat kepalanya yang tertunduk.
"Cemburu? Kenapa kau harus cemburu padanya? Selamanya hanya ada kau di hatiku. Sudahlah, jangan khawatir. Aku hanya ingin menanyakan beberapa hal kepada pelayan saja," katanya sembari mengusap kepala Myra dengan penuh kasih sayang.
Aku tidak bisa membuatnya bersedih. Dia sudah banyak menderita karena aku. Harus kehilangan orang tua dan menjalani kehidupan yang keras seorang diri.
Xavier bergumam sambil menatap lekat-lekat wajah Myra.
"Aku boleh ikut denganmu?" katanya manja sembari menggelayut di lengan Xavier.
Laki-laki itu hanya menganggukkan kepala, kemudian melanjutkan langkahnya menuju asrama para pelayan. Melihat kedatangan majikan mereka, semua pelayan berkumpul di depan asrama. Berbaris rapi dengan kepala tertunduk. Dalam hati mereka menerka-nerka tujuan laki-laki itu datang.
"Aku hanya sekali bertanya kepada kalian. Siapa yang bertugas memberikan ramuan obat kepada Lyra?" Suara Xavier menggema di bagian paling belakang bangunan itu.
Deg!
Bukan jantung para pelayan itu yang berdegup tiba-tiba, melainkan milik gadis yang berdiri di sisi Xavier. Myra terlihat gelisah, menatap cemas pada salah satu pelayan suruhannya untuk mengantar obat ke kamar Lyra.
Sial! Apa usahaku selama satu tahun ini akan berakhir sia-sia? Tidak! Baiklah, Lyra! Aku tidak akan mengganggumu untuk beberapa waktu ini. Gadis brengsek!
Mereka saling melirik satu sama lain, kemudian wajah semua pelayan itu menoleh serentak pada seorang pelayan yang berdiri di paling ujung. Dia berdiam di tempat, melirik Myra yang menatapnya dengan tatapan mengancam.
Hatinya gemetar, ia terpejam erat. Orang tuanya berada di tangan Myra, kapan saja gadis itu mau, mereka bisa celaka. Ia tak mau mengorbankan keduanya hanya untuk melindungi diri sendiri. Lalu, dia berjalan maju ke depan bertekad menanggungnya sendiri.
"Saya, Tuan," katanya tanpa rasa takut sama sekali.
Xavier melirik, berjalan ke hadapan pelayan semalam sambil memindai penampilannya. Pelayan perempuan itu tertunduk, kesepuluh jemarinya saling meremas ujung baju yang ia kenakan dengan gelisah.
"Namamu!" ketus Xavier. Dia ingat betul sosok pelayan itu. Memang dia yang membawa minuman aneh itu kepada Lyra.
"Rosa, Tuan."
"Apa yang kau berikan kepada istriku?" sentak Xavier tanpa sadar menyebut kata istri untuk Lyra.
Hah?
Myra mendongak tak percaya. Istri? Selama satu tahun ini baru pagi itu dia mendengar Xavier mengakui Lyra sebagai istrinya. Begitu pula dengan para pelayan yang tanpa sadar terkejut dengan panggilan tersebut.
"I-itu ... hanya ramuan obat, Tuan," katanya menahan getar di seluruh tubuh.
"Ramuan obat? Kau tahu kenapa ikan-ikan di kolam pagi ini mati? Itu karena ramuan yang kau berikan kepadanya! Katakan, ramuan obat seperti apa yang kau berikan? Kenapa selama ini aku tidak pernah tahu soal itu," tuntut Xavier membuat pelayan tersebut semakin gelisah.
Aku harus bagaimana? Satu per satu para pelayan mengangkat kepala, menatap tuan mereka yang terlihat murka. Selama pernikahannya dengan Lyra, Xavier tidak pernah peduli apapun yang terjadi padanya, tapi hari ini? Membuktikan bahwa di hatinya Lyra memiliki tempat.
"I-itu ramuan obat untuk memperkuat tubuh nona, Tuan." Dia terbata, peluh sebesar-besar biji padi bermunculan di sekitar wajah. Apalagi saat Xavier semakin melangkah ke depan.
"Ramuan obat tidak akan membuat ikan-ikan di kolam mati! Katakan, untuk siapa kau bekerja?"
Deg!
Myra membelalak, begitu pula dengan pelayan tadi yang spontan mendongak dan meliriknya.
Tidak! Awas saja kau!
maaf Thor tambah kan tokoh cowoknya yg lebih baik dari segala-galanya dari Xavier...
kan tambah seru jadi y...
tambahkan lg up nya Thor