Menikah muda bukan pilihan Arumi karena ia masih ingin menyelesaikan kuliah yang tinggal selangkah lagi. Namun, pertemuannya dengan Adeline anak kecil di mana Arumi bekerja membuat keduanya jatuh hati. Adeline tidak mau perpisah dengan Arumi bahkan minta untuk menjadi ibunya. Menjadi ibu Adeline berarti Arumi harus menikah dengan Davin pemilik perusahaan.
Bagaimana kisah selanjutnya? Kita ikuti yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Arumi sadar bahwa dia hanya bawahan, tentu saja tidak ada hak untuk membela diri, walaupun benar. Selama dua hari bertemu Davin sudah bisa menilai bahwa Davin mempunyai tingkat kesabaran yang rendah sehingga rentan untuk meledak-ledak.
"Mungkin suka kdrt pria itu, maka istrinya minggat" batin Arumi sambil mendorong kain pel ke kolong meja. Rumi sangat hati-hati agar jangan sampai menyenggol sepatu Davin tentu akan menambah masalahnya semakin runyam.
Mengepel pun selesai, Arumi akan pindah ke ruangan bu Siska sebelum wanita itu datang cuap-cuap menambah suasana paginya semakin kacau. Di ruangan itu sepi, sekretaris maupun Derman belum tiba hanya ada Rumi dengan Davin. Sementara Adel masuk ke kamar karena lantainya masih basah
"Buatkan saya kopi" perintah Davin, ketika Rumi baru saja melangkah.
Rumi seketika balik badan menatap Davin. Ia ingat ucapan Derman tempo hari, apa mungkin kopi yang ia buat enak, sehingga Davin pun ketagihan. "Kamu jangan besar kepala Rumi, bukan karena kopi buatan kamu enak, tapi memang sudah sepantasnya bos menyuruh bawahan" monolog Rumi.
"Cepat, kamu itu kalau saya suruh kenapa tidak cepat berangkat" Davin ngegas hingga Arumi kaget, tidak terasa pel yang dia pegang jatuh hingga berbunyi 'prak.
"Iya Pak" Arumi bergegas keluar menuju pantri dengan perasaan sebal. Rumi merasa Davin galak hanya dengannya saja, sebab sikap Davin kepada sekretaris maupun Derman biasa saja.
Di luar masih sepi belum ada karyawan yang datang, tetapi Arumi merasa hanya dia yang dimarahi dengan alasan datang terlambat "Huh! Dasar Davin, tidak salah lagi jika dia itu suka kdrt dengan istrinya. Kapok kalau biniknya sampai minggat" Arumi komat kamit meletakkan toples bekas gula dengan kasar.
"Rum, kamu lagi bikin kopi ya?" tiba-tiba saja Derman sudah berada di belakang Rumi.
"Bang Derman ngagetin tahu" Arumi kesal hingga sendok yang untuk mengaduk kopi pun jatuh.
"Shory... aku tadi sudah assalamualaikum loh, tapi kamu melamun" jujur Derman. Lalu menanyakan bagaimana resep bikin kopi yang enak.
"Halah... pura-pura tanya resep segala Bang, bilang saja mau saya bikinin" Arumi melengos lalu ambil cangkir satu lagi. Derman terkekeh memandangi Rumi yang tengah meracik kopi.
"Abang aku buatkan sekalian, tapi ada saratnya" Arumi senyum-senyum.
"Baiklah" Derman ambil uang dari dompet memberikan kepada Rumi.
"Uang apa ini?" Rumi kaget hanya memandangi uang 50 ribu itu tanpa berniat mengambil.
"Bukannya ini syarat yang kamu minta" Derman pikir Rumi mau minta uang tip.
"Abang pikir saya ini mata duitan, tolong kopi ini bawa sekalian ke ruangan bosMu" Rumi menyerahkan nampan yang berisi dua cangkir kopi. Lalu melengos pergi ke ruangan bu Siska.
Derman kaget dan bingung karena biasanya OB senang sekali jika diberi uang jajan. Tanpa banyak berpikir, Derman membawa kopi tersebut ke ruangan Davin.
"Bos pesan kopi ya" Derman meletakkan cangkir untuk Davin, kemudian untuk dirinya.
"Kok kamu yang bikin, wanita itu kemana?" Davin merasa Rumi melanggar perintahnya.
"Dia ke ruangan bu Siska Bos, tapi kopi ini Dia yang buat kok"
"Anak itu kerja tidak benar lihat itu, peralatan bersih-bersih Dia tinggalkan begitu saja" sewot Davin.
Derman menoleh ke sisi kiri, tidak mau bos memarahi Rumi, ia singkirkan peralatan tersebut ke tempatnya.
*************
Rumah mewah lantai dua nampak beberapa mobil parkir di halaman yang luas itu, menandakan bahwa rumah tersebut banyak tamu.
Happy birthday to you.
Happy birthday to you.
Happy birthday, Happy birthday to you...
Lagu ulang tahun yang dinyanyikan oleh anak-anak yatim piatu, para tetangga, dan juga kerabat dekat yang diundang ke acara ulang tahun terdengar merdu, diselingi tepuk tangan. Anak laki-laki maupun perempuan mengenakan topi kerucut dengan kaca mata kertas warna warna menambah suasana meriah acara di ruangan luas itu.
Namun, anak kecil yang tengah merayakan ulang tahun tidak fokus dengan acara. Tatapannya terus ke arah pintu menunggu seseorang yang tidak juga datang.
"Hai... anak Papa kok sedih gitu" sang papa membungkuk mengusap pipi putrinya lembut. Ia bingung, padahal perayaan ulang tahun ini putrinya sendiri yang mengundang, tetapi tidak nampak keceriaan di wajahnya.
"Papa suka malah-malah sama Ate telus, jadinya Ate takut sama Papa" anak yang tak lain adalah Adeline itu sedih lantaran papa sering marahi Rumi hingga saat acara yang ditunggu-tunggu tiba, tidak mau datang. Pikir Adeline.
"Mungkin Tante sedang ada acara lain sayang... sebaiknya Adel potong kuenya sekarang saja ya. Lihat, kasihan teman-teman kamu ingin segera mencicipi kue" Davin menyapu ruangan di mana anak-anak sudah lama menunggu acara potong kue agar segera dilaksanakan.
"Adel bilang ental Papa, tunggu Ate" Adel ingin menangis karena Davin tidak mengerti.
Bapak satu anak itu mundur mengusap rambutnya ke belakang.
"Anak-anak... Supaya teman kalian yang sedang ulang tahun ceria... kita bernyanyi lagi yuk" seru seorang MC. MC pria itu tahu jika Adeline tengah bersedih entah apa penyebabnya.
Tiup lilinya, tiup lilinya, sekarang juga, sekarang juga.
Lanjut anak-anak sudah tidak sabar ketika kue ulang tahun tiga susun nampak menggiurkan. Lagi-lagi Adeline menggeleng ketika sang nenek, kakek pun membujuknya agar cucunya segera meniup lilin.
"Adel mau nunggu Ate dulu, Oma" rengeknya, sambil mengerak-gerakan pundak yang dipegang nenek.
"Ini Tante sayang..." Rose yang dipanggil nenek itu menunjuk Malika keponakan Rose. Rose adalah ibu kandung Davin. Wanita paruh waktu itu tidak kalah bingung seperti Davin, sudah berbagai cara menghibur cucunya tetapi tetap saja mogok.
"Bukan Ate yang itu..." Adel menoleh sekilas kepada wanita yang berdiri di samping Davin.
"Yang dimaksud Adel Tante siapa sih Dav?" Tanya Xanders papa Davin bingung siapa wanita yang dimaksud, ia tahu cucunya itu tidak pernah dekat dengan tante selain Malika.
"Pesuruh kantor Pa"
"Pesuruh?" Malika melongo kaget, karena yang ditunggu Adel bukan orang berkelas.
"Kok Abang boleh sih? Adel dekat-dekat dengan orang rendahan" Malika menatap Davin tidak percaya jika saudara sepupunya itu membolehkan anaknya bergaul dengan orang sembarangan, pesuruh kantor pula.
Tidak ada jawaban dari Davin, pria itu meninggalkan Malika yang merengut kesal karena ucapanya tidak direspon.
"Derman" Davin rupanya mendekati Derman yang tengah menjadi MC dadakkan dalam acara tersebut.
"Kamu punya nomer hape wanita itu tidak?"
"Wanita itu yang mana Bos?" Dirman tidak mengerti karena Davin tidak menyebut nama.
"Itu loh, Rum-Rum siapa itu" Davin kesal karena Rumi sudah mengecewakan putrinya, padahal Rumi sudah berjanji ingin datang ketika Adel ulang tahun.
"Oh... Arumi, saya lupa belum minta nomer hape nya Bos" sesal Derman sampai lupa hal yang menurutnya penting itu, padahal hampir setiap hari ngobrol dengan Arumi walaupun tidak lama.
"Cari wanita itu sampai ketemu" tegas Davin.
"Kemana Bos" Derman bingung karena dia juga belum tahu alamat Rumi.
"Pokoknya cari saja jangan membantah" ketus Davin merasa Derman itu suka membantah seperti Rumi.
"Assalamualaikum..."
Saat sedang tegang, dua orang wanita datang menjadi perhatian semua yang berada diacara itu.
...~Bersambung~...