Tahun 4025, dunia hancur akibat ledakan laboratorium ilegal yang menyebarkan virus zombie. 5 tahun berjuang, Lin Zirong mempunyai kekuatan istimewa yaitu tumbuhan dan es dengan level 10, serta ruang angkasa istimewa.
Sayangnya Lin Zirong dikhianati oleh teman dan kekasihnya, ia dijadikan objek penelitian oleh ilmuwan dan pejabat rakus yang haus akan kekuatan luar biasanya.
Dalam keputusasaan dan amarah, ia menggunakan sisa kekuatannya untuk meledakkan laboratorium tersebut, menghancurkan semua orang di dalamnya. Dengan senyuman mengejek terakhir, ia menatap temannya yang panik sebelum segalanya berakhir dalam ledakan besar.
Namun, bukannya mati, Lin Zirong terbangun di tubuh seorang wanita muda, Yu Yuning, yang meninggal dikamar pernikahan, akibat diracun tepat setelah melakukan proses sakral pernikahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Efeknya Sangat Bagus
Yu Yuning menghapus keringat di dahinya setelah memastikan semua luka Shen Wei sudah dirawat. Ia menatap suaminya dengan ekspresi lega. "Kau sudah aman sementara," katanya dengan suara lembut.
Namun, ia menyadari bahwa efek pengobatannya belum sepenuhnya selesai. Dengan tenang, ia mengambil air spiritual dari wadah yang tersembunyi di balik lengan bajunya, lalu menuangkannya ke cangkir kecil. “Minumlah ini lagi yang banyak,” katanya sambil menyerahkan cangkir itu kepada Shen Wei.
Shen Wei menatap cangkir itu ragu. “Apa ini lagi?” tanyanya lemah, tapi nada suaranya mulai menunjukkan rasa ingin tahu.
Yu Yuning tersenyum kecil. “Kau akan sembuh sepenuhnya setelah ini. Sekarang kau bisa menelannya sendiri, kan? Atau… kau ingin aku membantumu lagi?” katanya dengan nada menggoda, senyumnya penuh arti.
Mendengar itu, Shen Wei merasa wajahnya memanas. Ia teringat bagaimana Yuning sebelumnya mentransfer air spiritual melalui mulutnya. “T-tidak perlu,” jawabnya cepat, lalu meraih cangkir itu dengan tangan yang sedikit gemetar. Ia meminum air itu perlahan, berusaha menghindari tatapan menggoda istrinya.
Namun, saat air spiritual masuk ke tubuhnya, Shen Wei merasakan sensasi hangat menjalar di seluruh tubuhnya, seperti aliran energi yang menghidupkan kembali sel-sel tubuhnya. Ia menggenggam cangkir itu erat, matanya melebar saat ia merasakan tubuhnya berubah.
Keajaiban yang Terjadi
“Yuning…” Shen Wei terdiam sejenak, merasakan dadanya yang tadinya terasa sesak kini kembali normal. Warna kulitnya yang sebelumnya pucat kini mulai merona. Ia mencoba menggerakkan lengannya yang patah, dan—ajaibnya—ia bisa menggerakkannya tanpa rasa sakit.
“Aku…” Shen Wei tertegun. Ia melihat bekas luka di tubuhnya memudar dengan cepat, seolah-olah tidak pernah ada. Semua bagian tubuh yang remuk kini terasa utuh kembali.
“Bagaimana mungkin?” gumamnya, masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.
Yu Yuning hanya tersenyum, matanya memancarkan rasa puas. “Itu air suci,” jawabnya ringan. “Efeknya sangat bagus untuk tubuhmu.”
Shen Wei memandang Yuning penuh rasa ingin tahu. “Kalau begitu… apakah air ini bisa menyembuhkan penyakit lain juga?”
“Emm… mungkin saja,” jawab Yuning sambil mengangkat bahu. “Bukankah kau sudah merasakannya sendiri?”
Shen Wei menatapnya tajam. “Air ini berasal dari mana?” tanyanya dengan nada mendesak.
Yu Yuning tersenyum penuh rahasia. “Rahasia,” katanya sambil menyipitkan matanya. “Bukankah saat nya kau memberikan hadiah padaku sebagai jasa mengobatimu?.”
Shen Wei mengerutkan dahi. “Hadiah? Aku tidak punya uang sekarang. Kau lupa di mana kita sekarang?” Ia melirik penjara di sekeliling mereka.
Yu Yuning terkekeh kecil, lalu menggelengkan kepala. “Hem, hem, hem,” gumamnya sambil menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri. “Hadiah itu bukan uang,” lanjutnya sambil menunjuk bibirnya dengan isyarat jelas.
Shen Wei mengerutkan alis, tatapannya bingung. “Maksudmu… apa?” tanyanya dengan nada polos.
Yu Yuning mendekat, bibirnya membentuk senyuman misterius. “Begini maksudnya,” katanya sambil mendekatkan wajahnya ke arah Shen Wei.
Shen Wei terkejut. “Y-Yuning…” Ia mencoba berkata sesuatu, tapi tubuhnya yang masih lemah tidak mampu menghindar. Dalam sekejap, bibir Yu Yuning menyentuh bibirnya dengan lembut.
Shen Wei membeku sejenak, matanya melebar karena kaget. Namun, perlahan, kehangatan dari sentuhan itu membuatnya merasa terbuai. Napasnya mulai tenang, dan ia akhirnya membalas ciuman itu dengan lembut.
Di luar lingkaran, Xu Kai dan para pengawal lainnya tetap berjaga, memastikan tidak ada yang mengganggu. Namun, mereka tidak bisa mendengar percakapan yang terjadi di dalam lingkaran.
“Kenapa mereka lama sekali?” gumam Xu Kai, merasa gelisah.
“Tenang saja,” jawab Shen Ning, adik Shen Wei, dengan nada percaya diri. “Kakak ipar pasti tahu apa yang dia lakukan.”
“Semoga saja,” Xu Kai mendesah, meskipun dalam hatinya ia masih merasa ragu.
Setelah ciuman itu selesai, Yu Yuning menjauhkan diri sambil tersenyum puas. “Nah, itu hadiahnya, Terima kasih, suamiku.” katanya santai.
Shen Wei masih terdiam, wajahnya sedikit memerah. “Yuning, kau benar-benar…” Ia tidak melanjutkan ucapannya, tapi tatapannya penuh dengan perasaan campur aduk—antara kagum, malu, dan bingung.
“Apa?” tanya Yuning sambil tertawa kecil. “Kau tidak suka?”
Shen Wei mengalihkan pandangannya, mencoba menyembunyikan rona merah di wajahnya. “Aku tidak bilang begitu,” gumamnya pelan.
Yu Yuning hanya terkekeh, merasa puas dengan reaksi Shen Wei. “Baiklah, kau sudah sembuh sepenuhnya sekarang. Kita bisa keluar dari sini dan menyelesaikan masalah lain.”
“Yuning,” panggil Shen Wei tiba-tiba.
Yu Yuning menoleh. “Ya?”
“Terima kasih,” kata Shen Wei, suaranya penuh ketulusan.
Yu Yuning tersenyum lembut. “Kau adalah suamiku. Sudah tugasku untuk melindungimu, kan?”
Shen Wei menatapnya dalam-dalam, merasa bahwa ada sesuatu yang istimewa dalam diri Yu Yuning, istri yang jauh lebih luar biasa daripada yang pernah ia bayangkan.
Sedangkan Yu Yuning menatap suaminya dengan saksama. Shen Wei, yang pakaiannya compang-camping karena disiksa oleh raja sebelumnya, kini terlihat tubuh kokoh itu mulai kembali pulih. Mata Yuning tanpa sadar menelusuri tubuh suaminya, terutama perutnya yang penuh otot dengan garis-garis kotak yang jelas.
Senyuman jahil muncul di wajah Yuning. “Boleh pegang itu, nggak?” tanyanya dengan nada malu-malu tapi penuh godaan, sambil menunjuk perut kotak Shen Wei.
Shen Wei mengikuti arah telunjuk istrinya dan baru menyadari betapa berantakannya penampilannya. Pakaian atasnya hampir tidak bisa disebut pakaian lagi, memperlihatkan otot-otot tubuhnya yang terpahat jelas. Wajahnya memerah, merasa canggung.
“Yuning…” gumam Shen Wei, nadanya setengah protes.
Namun, sebelum ia bisa melanjutkan, Yuning dengan cepat mengalihkan topik, meskipun matanya masih penuh godaan. “Ah, sudahlah. Lupakan soal itu,” katanya sambil melambaikan tangan. “Meskipun kau sudah sembuh, kau harus berpura-pura agar raja itu tidak curiga. Aku yakin dia pasti tetap mengawasimu, meskipun kau jauh darinya. Ini juga demi memastikan tidak ada masalah di kemudian hari.”
Yuning mengucapkannya dengan nada serius, tetapi tangannya justru sibuk mengusap-usap dada suaminya yang kokoh. Shen Wei menegang, merasakan sentuhan itu. Tubuhnya langsung panas dingin, tapi ia bertahan dan dengan cepat menangkap tangan Yuning untuk menghentikannya.
“Sudah cukup,” kata Shen Wei, menatapnya dengan tegas.
Yuning mendengus kecil, memasang ekspresi pura-pura kesal. “Hmph! Padahal aku cuma ingin menyentuhnya. Kau pelit sekali. Bukankah kita suami istri?” keluhnya, tapi senyum jahil tetap tidak hilang dari wajahnya.
Shen Wei menghela napas, berusaha tidak terpengaruh oleh godaan istrinya. “Apa yang sebenarnya kau rencanakan sekarang?” tanyanya dengan nada curiga.
Yuning tersenyum licik. “Kalau begitu, aku akan membantumu terlihat lebih meyakinkan untuk berpura-pura.”
Ia mendekat dan tanpa ragu merobek gaunnya sendiri beberapa kali, menciptakan kain panjang dari sobekan itu. Dengan cekatan, ia membalut kain tersebut di beberapa bagian tubuh Shen Wei, terutama di tempat yang terlihat oleh mata, bahkan di area yang sebenarnya tidak memiliki luka sama sekali.
“Begini,” kata Yuning, memasang wajah puas dengan hasilnya. “Sekarang kau terlihat seperti orang yang masih terluka parah. Jangan lupa untuk terlihat lemah, oke, suami?” ucapnya sambil tersenyum ceria.
Shen Wei menatapnya tak percaya. “Yuning, kau…” Ia berhenti, terbatuk-batuk pelan, bukan karena sakit, tetapi karena bingung dengan tingkah istrinya.
Yuning hanya tertawa kecil, puas dengan pekerjaannya. “Sudah selesai berbicara, sebelum mereka curiga. Dan jangan lupa, kalau ada yang mencoba mengusikmu, tinggalkan semuanya padaku!” katanya dengan percaya diri.
Shen Wei tidak bisa menahan senyum kecil. “Kau benar-benar tidak bisa ditebak,” gumamnya, meskipun di dalam hatinya ia merasa lega memiliki Yuning, sebagai istrinya di sisinya.
Kalian yang sedang membaca novel ini, komen gak 🫵 biar othor semangat. jangan lupa yang belum follow.
Ubur-ubur ikan lele. Follow cepat lee. 😊
𝙙𝙞 𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙠𝙤𝙥𝙞 𝙨𝙖𝙢𝙖 𝙠𝙪𝙚 𝙙𝙪𝙡𝙪 𝙗𝙞𝙖𝙧 𝙜𝙠 𝙣𝙜𝙖𝙣𝙩𝙪𝙠 /Smile/
semangat ya
x bosan.
Terhibur
Terima kasih kak, terus bersemangat yer..
makasih update nya 🙏🙏