karya ini murni imajinasi author jika ada kesamaan nama itu hal yang tidak di sengaja
Galang Bhaskara adalah anak yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri waktu masih bayi. Setelah Galang tepat berumur tujuh belas tahun, Galang bermimpi bertemu kakek tua bungkuk yang mengaku sebagai leluhurnya.
Bagaimana perjalanan Galang untuk menjadi pahlawan kota? Dan, akankah Galang menemukan keluarga kandungnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kalung siluman
Melinda melesat dengan mulut menganga, dan kuku yang di majukan.
Galang membuat tameng mistik di depanya dan.
"Bugh..!!" tubuh melinda menerkam tameng mistik galang membuatnya mundur ke belakang... walaupun tameng tersebut tidak hancur galang melesat dengan cepat dan menghantamkan gadahnya ke tubuh melinda.
bugh..!!
"Apa..!!"kaget galang karena melinda kembali melesat ke arahnya padahal galang sudah memukulnya menggunakan gadah rajapala.
Galang menghindar bugh..!! bugh..!! bugh..!! galang memukul melinda menggunakan gadahnya secara terus menerus, melinda tidak diam dia juga mencoba mencakar galang.
Adu kekuatan antara gadah galang, dan kuku kuku dari melinda.
Galang kembali mengeluarkan seluruh kekuatan gadahnya tersebut, nampak bayangan gadah sebesar menara dan.
"Bugh..!!" melinda terkena gadah tersebut.
"Akhhh.." rintih melinda
"BAJINGAN..!!" teriak melinda
"Masih bisa berdiri.." gumam galang
"Hmm jadi begitu..."
"Kenapa singo...?"
Leluhur orang itu sudah sudah membuat perjanjian darah dengan siluman yang sudah hidup ribuan tahun..., pantas saja sangat sulit membunuhnya."
"Apa aku gunakan busur kanigara..?"
"Jika tuan menggunakan busur... apa teman tuan sudah iklas jika kehilangan ibunya..?" tanya singokolo
"Hmm benar juga lalu bagaimana...?"
Melinda kembali melesat.
Galang melompat dan kembali mengakat gadahnya, kembali nampak bayangan gadah sebesar menara dan. bugh..!! melinda terhuyung.
Galang kembali melesat, dan memukul melinda secara terus menerus, dan puluhan bayangan gadah sebesar menara nampak.
Pukulan gadah galang yang bertubi tubi membuat melinda terluka parah, bagaimanapun gadah rajapala pusaka dewa dan bugh..!! pukulan terakhir galang.
Melinda langsung lemas, tidak bisa bangun karena galang memukulnya dengan kekuatan penuh gadah rajapala secara bertubi tubi.
"Bajingan..!!" ucap melinda dan langsung pingsan.
Galang saat ini penuh dengan keringat karena menggunakan gadah tersebut.
"Hmm lumayan kekuatan gadah ini." ucap galang
"apa dia sudah mati singo...?"
"Tidak tuan, dia hanya pingsan karena pukulan secara terus menerus."
"Baiklah.." galang kembali ke motornya
"Tunggu tuan.. sebaiknya tuan mengambil kalung milik orang itu.."
"Boleh juga.. dengan begitu dia tidak akan punya kekuatan lagi.." ucap galang
Galang menghampiri melinda dan mengambil kalung miliknya.
Nampak kalung dengan rantai warna hitam, dan permata ungu.
"Kalung apa ini singo... itu adalah kalung tanda perjanjian dengan bangsaku tuan.."
"Lantas kegunaanya apa...?"
"Orang yang mengeluarkan kekuatan dari kalung itu.., akan kerasukan oleh siluman yang membuat perjanjian dengan siluman itu tuan."
"Menurutmu bagaiman singo..? apa aku hancurkan saja kalung ini."
"Jika boleh... saya bisa menyerap kekuatan pemilik kalung tuan.."
"Hah? Apa ini bisa membuatmu kuat.."
"Tentu tuan... jika aku menyerap kekuatan kalung itu.... aku akan seperti siluman yang hidup ribuan tahun.
"Baiklah ini untukmu saja.."
"Terimakasih tuan."
Kalung tersebut langsung menghilang di ambil singokolo.
Galang kembali ke motornya, dan berjalan menuju rumah galang sampai di rumah saat hari menjelang malam.
"Di bilang jangan pulang sore sore..!!"ucap bu sari sambil menjewer galang.
"Aduh bu sakittt...!!!"
Bu sari melepas jeweranya. "kenapa pulangnya sore banget..!!"
"Keasyikan main sama temen bu.."
"Ya sudah, sekarang kamu masuk dan mandi.."
"Siap bu.."
Singkat cerita Galang saat ini sedang di kamarnya, dia mengunci pintu dan kembali memasuki alam ghoib. "Apa gw coba latihan pake senjata dewa aja, yah?" Galang mengeluarkan gadahnya aura hitam langsung menyelimuti tubuhnya. Galang berlari, melompat sambil mengangkat gadahnya tinggi-tinggi. Nampak bayangan gadah setinggi menara, dan... "Bumm!" Ledakan terjadi. Galang terus melakukan gerakan tersebut sampai akhirnya dia kelelahan dan berbaring di tanah alam ghoib ini.
"Hah... hah... hah... Nafas galang memburu. Capek juga, yah, kalau latihan pakai senjata dewa gini," ucap Galang. Tangannya terasa berat dan kesemutan setelah ribuan kali menghantam gadah dengan kekuatan penuh ke tanah alam ghoib ini.
"Mendingan gw balik dah. punggung gw udah kaya mau patah," ucap Galang. Sekembalinya dari alam ghoib, Galang langsung tidur.
"Ahhh... akhirnya bisa tidur." Galang tertidur pulas sampai pagi karena dia sangat capek.
Bangun-bangun tidur, Galang merasa badannya kembali pegal, terutama punggungnya. "Hadeh... nyesel gw latihan pakai gadah itu," ucap Galang. Dia berjalan dengan bungkuk.
"Kamu kenapa, Lang? Jalannya bungkuk kaya udah tua aja," tanya bu sari.
"Salah bantal, Bu," ucap Galang sambil ke kamar mandi.
"Lah... salah bantal ko di punggung?" gumam Bu Sari dalam hati.
Singkat cerita, Galang sudah rapih dengan seragam sekolahnya dan siap untuk berangkat.
"Pfttt... lu kenapa jalannya udah kaya aki-aki, Lang?" ucap Fatur karena melihat Galang jalan bungkuk sambil memegang punggungnya.
"Ga kenapa, napa... udah, ayo gw nebeng ama lu, yah," ucap Galang.
"Ayo lah, tapi serius, lu ga papa?"
"Ga papa, udah... cepet nanti telat."
Fatur melajukan motornya. Beberapa menit kemudian, Galang dan Fatur sampai di sekolah.
"Mbah gw masuk dulu, yah... hati-hati jalan, Mbah," ucap Fatur sambil tertawa.
"Sembarangan aja lu... emang gw udah tua apa?" ucap Galang sambil meninggalkan Fatur.
Galang sampai di kelasnya dia memaksa menegakan punggungnya. Galang berjalan sambil meringis kesakitan. Sesampainya di kursinya, Galang langsung menyenderkan punggungnya yang pegal.
"Kamu kenapa, Lang? Ko kaya nahan sakit gitu?" tanya Tanty.
"Ga papa..."
"ga percaya kamu kaya nahan sakit gitu, lho... udah, cerita aja."
"Kemarin aku jatuh pas pulang dari rumah kamu... bohong, Galang."
"Hah... jatoh dari motor terus udah di bawa ke rumah sakit..."
"ga perlu, bentar lagi juga sehat."
"Serah kamu deh."
Singkat cerita, bel istirahat berbunyi. Saat ini, Galang masih duduk di kursinya, dan di sampingnya ada Tanty dan di depannya ada dua temannya.
"Nanti malem, kerja kelompoknya di rumah siapa?" tanya Gio, teman sekelas Galang.
"Gi mana kalau di rumah Tanty aja?" ucap Galang.
"Waduh, jangan di rumahku, soalnya ayahku sibuk kerja di rumah, takut ganggu," ucap Gio.
"Kalau gitu, di rumah lu, Lang," ucap Gio.
"Rumah gw sempit," ucap Galang.
"Waduh, rumah gw juga lagi di-renovasi," ucap Gio.
"Ya udah, di rumah Shafira aja," ucap Tanty.
"Jangan deh," ucap Shafira.
"Kenapa?" tanya Gio.
"Soalnya di desaku banyak hantunya," ucap Shafira.
"Pfttt, hari gini percaya hantu?" ucap Gio sambil menahan tawa.
"Ihh, serius, tau, di desa ku lagi banyak terror hantu," ucap Shafira.
"Ga papa, udah di rumah Shafira aja," ucap Galang.
"Oke," jawab Gio dan Tanty bersamaan, sedangkan Shafira wajahnya pucat.
"Waduh, gimana kalau mereka di-gangguin sama hantu-hantu itu?" ucap Gio.
Galang melihat ekspresi Shafira. "Jadi bener, di desa Shafira banyak hantu?"
"Ya udah, di rumah lu, yah, Fir," ucap Gio dan berjalan pergi. Shafira juga kembali ke bangkunya.
"Kamu percaya desa Shafira banyak hantunya?" tanya Tanty.
"Percaya, aku lihat dari matanya, emang dia ga bohong," ucap Galang.
"Kamu ngeliatin dia?" tanya Tanty.
"Iya," jawab Galang.
"Shafira cantik, yah," ucap Tanty.
Galang bingung mendengar pertanyaan Tanty. "Lah? Dasar cewek," gumam Galang dalam hati.
Galang memilih mengikuti Tanty karena takut Tanty di-culik lagi.
"Kiw kiw cewek!" ucap para siswa kelas sepuluh yang melihat Tanty.
Tanty hanya cuek dan melanjutkan jalannya.
Tiba-tiba, para siswa yang terdiri dari enam orang menghadang Tanty.
"Jangan sombong amat, lah! Boleh minta nomernya, ga, Kak?" tanya pria paling tengah.
"Yang sopan, kalian, yah, sama kaka kelas!" bentak Tanty.
"Halah, bodo amat! Kalau kamu ga ngasih nomernya, kamu ga bisa pergi!" ucap pria paling tengah.
Tanty mencoba berbalik, tetapi tangannya dipegang. "Lepasin!"
"Hahahaha!" tawa keenam siswa tersebut.