Apa yang akan kalian pilih, jika kalian di minta untuk memilih antara menikah dengan pria yang tak lain adalah sahabat kecil kalian, atau dengan pria yang kalian cintai, tapi tanpa adanya hubungan yang pasti?
Pilihan seperti itu lah yang kini di hadapi oleh Alisya, si gadis bodoh perihal cinta. Tapi siapa sangka di cintai dan menjadi hasrat cinta dua pria tampan, kaya dan terbilang incaran para kaum hawa lainnya.
Akankah salah satu dari mereka akan menjadi jodoh Alisyah? atau malah tak dari satupun mereka yang dapat menjadi jodoh Alisya.
*lebih bijak dalam membaca yah kakak*
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 (Sesuatu)
Kejadian malam itu akhirnya dapat terselesaikan dengan cepat. Karna adanya Bastian yang untungnya juga mempunyai kenalan di mana-mana termasuk polisi yang ternyata datang dirumah Kiran tadi.
Sedangkan kini Alisya dan Kiran berjalan ke arah kamar. Karna mendapat perintah dari Aryani. Yang memang waktu pun sudah mulai larut.
Namun langkah mereka terhenti tepat di depan kamar Kiran. Lantaran suara Bastian menyeruak di indra pendengaran mereka berdua.
"Alisya!" Panggil Bastian. Dengan langkah yang terarah pada kedua wanita di depannya.
"Kak Bastian ngapain kesini? Terus ngapa panggil-panggil nama Alisya? Meskipun tadi kak Bastian udah jadi pahlawan dirumah ini, tapi bukan berarti aku izinin kak Bastian ganggu Alisya yah." Kiran berceloteh layaknya tameng untuk Alisya.
Sedangkan yang dibela hanya menatap datar kearah Bastian. Yang kini menatap nanar mata indahnya.
"Aku pengen ngomong sama kamu sya," ucap Bastian.
Mendengar itu, sontak Kiran merentangkan tangan nya kearah Bastian. "Nggak boleh! Enak aja. Kak Bastian ini nggak denger apa yang aku omongin tadi?"
Kiran pun sesegera mungkin menarik lengan Alisya untuk segera masuk ke kamar. Namun lagi-lagi suara Bastian menghalau langkah mereka.
"Cuman sebentar," ucap Bastian.
"Meski sebentar kek, lama kek, sedengan kek, atau pun cuman natap wajahnya aja pun nggak akan aku izinin." Kiran dibuat kesal akan Bastian yang masih kekeh untuk dapat bicara dengan Alisya.
"Kiran," panggil Alisya.
"Apa?"
"Nggak papa, lagi pula nggak baik lo ngomong sekasar itu sama sepupu lo sendiri."
Dengan berbisik cukup lirih. Tapi nyatanya masih dapat di dengar dengan jelas oleh Bastian. "Udah diem aja. Ini gue sebenarnya juga takut. Tapi demi lo, gue babat siapapun yang mau buat lo nggak nyaman disini."
"Isshh...udahlah, nggak usah drama. Dan makasih udah ngawatirin gue. Sekarang lo masuk gih," balas Alisya sama berbisiknya.
"Tapi...."
"Kiran!"
"Huffttt....yaudah, tapi kalau nanti kak Bastian berani ngapa-ngapain kamu teriak langsung ok."
Alisya tersenyum sambil memberikan isapan jempol pada Kiran.
Setelah Kiran telah masuk kedalam kamar. Kini tinggal lah Alisya dan Bastian di tempat itu.
"Mau ngomong apa?" Tanya Alisya mengawali obrolan.
"Kamu baik-baik aja?"
"Seperti yang kau lihat," jawab Alisya dengan singkat.
"Kau ada masalah dengan papa mu?"
"Apa?"
"Aku tau, kalau aku nggak berhak untuk bertanya seperti ini. Tapi sejak tadi keberadaan mu disini membuat ku kepikiran. Aku nggak..."
"Kau ingin menanam sebuah harapan lagi?" Sela Alisya dengan pertanyaan.
Tatapan matanya begitu lekat. Sedangkan Bastian hanya mampu terdiam di posisinya dan membalas tatapan Alisya.
"Apa kau membenci ku karna aku pernah menyentuh mu?" Bibir Bastian tiba-tiba terlontar kata yang membuat Alisya tertegun seketika.
"Kau sudah gila," balas Alisya.
Tak langsung menjawab, Bastian tiba-tiba duduk bersimpuh di depan Alisya. Dengan kepala tertunduk.
Tentu Alisya dibuat terkejut bukan main. Sambil matanya menelisik kearah sekitar, dengan ketakutan kalau sampai ada Aryani atau pun Kiran. "Eh eh, kamu udah gila yah Bastian. Ayok cepet berdiri," ucap Alisya langsung.
Bukannya berdiri, Bastian malah tetap tak bergeming dengan posisinya. "Aku minta maaf, waktu aku yang salah. Bahkan sampai tega dan hanya memikirkan tentang rasa malu ku sendiri. Kau boleh menghukum ku dengan cara apapun sya. Tapi aku nggak sanggul kalau kamu meminta ku untuk tak lagi bertemu dengan mu ataupun sampai melupakan mu."
Alisya tertegun.
Apa dia sebegitunya menyukai ku? Tapi kenapa? Buat apa dia meminta maaf sampai seperti ini? Padahal dia sudah mendapatkan tubuh ku? Apa dia benar tulus dengan ku? Atau Bastian hanya sedang berbohong, dan akan meninggalkan ku lagi seperti waktu itu.
Kalimat itu terus bertebangan di kepala Alisya sedari tadi.
Namun ia tersadar dan langsung memegang kedua pundak Bastian untuk segera berdiri. "Udah, udah. Sekarang kamu berdiri dan jangan ngomong asalan lagi."
"Aku akan tetap seperti ini, kalau kamu memaafkan aku."
"Apa? Apa kau sudah gila? Kalau sampek tante Aryani lihat ini bisa salah paham nanti dia."
"Aku yang akan jelasin, kalau aku yang salah." Jawaban penuh penegasan dari Bastian sendiri.
Ingin rasanya Alisya saat ini tenggelam di lautan manapun. Tentu karna ia bisa malu, dan entah akan bicara apa nantinya? Jika sampai benar ada anggota orang yang berada di rumah Kiran melihat ini semua.
"Ok, aku maafin yah aku maafin. Sekarang kamu berdiri, ayok cepet berdiri." Seraya meminta untuk tubuh Bastian segera berdiri.
Bastian pun beranjak dari tempatnya. "Kau benar memaafkan ku?" Tanya Bastian dengan hati-hati. Seakan takut kalau nanti ia salah bicara.
"Hem, aku maaf kan." Jawaban Alisya terdengar seakan terpaksa.
"Kau terpaksa? Apa perlu aku duduk...."
"Ehh....nggak perlu. Ok nggak perlu," halau Alisya dengan cepat.
Meski terbilang masih ada kejanggalan dan kecanggungan dalam diri Bastian saat ini. Namun ia tahan dan tak ingin terlalu lagi untuk mempermasalahkan apa yang sudah terlanjur terjadi.
"Besok aku akan balik ke Amrik!" Ucap Bastian tiba-tiba.
"Ha? ohh."
"Kok gitu jawabnya?"
"Terus?"
"Kemungkinan aku nggak bakal balik ke Indonesia lagi," imbuh Bastian.
Alisya terdiam. Seraya menatap kearah Bastian. Ada rasa tak suka dengan ucapan Bastian, tentang pria itu yang tak akan lagi kembali ke indonesia.
Namun, lagi-lagi rasa gengsi terhadap diri Alisya sangat lah besar. Lidahnya terasa keluh, hingga bibirnya pun seakan tak mampu untuk bergerak.
"Aku tetap ingin menikahi mu sya, tapi untuk saat ini.....aku rasa bukan waktu yang tepat untuk kamu mau menerima diriku. Aku ingin datang dengan mu dengan versi terbaik ku nantinya, dan kamu pun juga telah menjadi Alisya seperti teman ku yang dulu lagi."
"Boleh aku beri sesuatu untuk mu sebelum aku pergi?" Ujar Bastian kembali.
Masih enggan untuk menjawab. Namun raut wajahnya menatap seakan ingin tau apa yang ingin Bastian berikan.
"Aku tidak tau permasalahan mu sekarang dengan papamu. Tapi.....Aku telah membeli sebuah rumah pribadi yang tak jauh dari sini dan tak pernah aku tinggali. Kau boleh menempatinya dengan nyaman disana," ucap Bastian masih dengan kehati-hatiannya.
"Apa? Kau mengasihani ku? Apa sekarang aku seperti pengemis di depan mu?" Ujar Alisya seakan mulai tersinggung.
"Kau bukan seperti itu yang aku lihat. Tapi, aku ingin memberi rumah itu yang memang aku beli dari awal untuk mu."
"Maksudnya?"
"Rumah itu aku beli untuk mu Alisya. Dan saat itu aku ingin menghadiahkan nya dan memberikan nya besok, tepat hari ulan tahun mu."
"Apa? Ulan tahun ku? Besok?" Alisya terkejut, lantaran ia saja tak tau kalau besok hari ulan tahunnya.
Bersambung.
like like like nya jangan lupa bebs🥰