Kisah Seorang gadis yang bernama Rere yang berkali kali harus mengalami kegagalan dalam percintaan. Namun takdir berkata lain. Secaratak sengaja ia bertemu cowok yang akhirnya akan menjadi kekasihnya walaupun harus mengalami banyak rintangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Ahza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 08
"Rere...." jawab Rere singkat. Gilang menggenggam tangan Rere dengan sangat lembut. Rere merasakan ada suatu rasa yang berbeda. Lalu dengan segera Rere kembali menarik tanganya dari genggaman Gilang.
"Sudah memesan makanan...?" tanya Gilang agar suasana tidak kaku.
"Sudah kok, silahkan kalau mau pesan.. " jawab Rere sambil mengangguk.
Gilang segera memanggil pelayan. Memesan makanan untuknya sendiri. Tadi ia berharap Rere belum memesan makanan, tapi ia sedikit terlambat. Tak lama pelayan datang, dan Gilang segera menunjuk menu di buku menu yang di bawa oleh pelayan itu, tanpa mengucapkannya. Sang pelayan segera berlalu dari hadapan mereka.
"Oh iya....." ucap keduanya bersamaan. Hal tu membuat Rere tersipu malu dan Gilang pun tersenyum kecil.
"Silahkan kmu dulu mau bilang apa...?" kata Gilang sambil tangan kanannya memberi aba mempersilahkan Rere.
"Enggak deh, kamu duluan saja..." jawab Rere yang duduk dengan kaki di lipat dengan anggun.
"Baiklah, kalau boleh, saya panggil kamu dengan nama saja gimana...?" ujar Gilang agar suasana tidak canggung.
"Boleh kok.." jawab Rere singkat.Rupanya Gilang orang yang supel dan mudah bergaul. Buktinya, Baru pagi ketemu, dan sore ini ketemu lagi, langsung bisa akrab.
"Oh iya, tadi sewaktu kamu jatuh, kamu nggak papa kan Gil..." tanya Rere dengan raut wajah serius. Suasana sudah agak mencair. Rere sudah panggil dengan sebutan nama.
"Enggak papa, cuma lecet di bagian pergelangan. Btw, mobil kamu ada yang baret nggak ....?" Gilang balik bertanya.
"Enggak, nggak ada kok..."
"Ah jangan bohong ya, tadi aku liat deket lampu depan agak baret... "
"Kamu tau dari mana Gilang...?" jawab Rere heran.
"Tadi sewaktu kamu turun dari mobil, secara tak sengaja aku lihat kamu, soalnya aku juga di parkiran, cuma kamunya nggak lihat aku, terus ya aku samperin mobil kamu dan aku periksa, ternyata ada yang baret. Sebelumnya maaf kalau aku lancang..." jawab Gilang dengan sopan.
"Ah nggak usah terlaku di pikirin, cuma baret dikit aja nggak papa..." jawab Rere menegaskan.
"Saya yang nggak enak..."
"Udah Gil, kalau kamu menghargai aku, nggak usah ngebahas mobil aku yang baret ya, oke...?" ujar Rere. Gilang mengangguk. Sebenarnya di dalam hatinya ia bener bener merasa tidak enak hati. Baru kali ini ia ketemu wanita seperti Rere. Tidak matre.
Sungguh beda nih cewek. Udah cantik, baik ramah dan rendah hati pula. Semoga kita berjodoh nantinya, Rere.
Tak lama pesanan Rere dan juga Gilang datang. Ternyata menu yang mereka pesan sama, spageti dan sup kacang merah.
"Rupanya kamu juga suka menu ini....?" ucap Rere yang menggeser spageti ke hadapanya.
"Benar sekali, karena mama saya sering memasak menu seperti ini untuk saya..." jawab Gilang tersenyum.
"Oh begitu, kalau saya...." ucap Rere nggak di teruskan.
"Kenapa? Kok nggak di terusin kata katanya...?" tanya Gilang penasaran. Sampai sampai ia menghentikan suapan sup kacang merah yang hampir masuk ke mulutnya.
"Ah enggak kok, ayo di terusin makanya..." ucap Rere. Gilang tak ingin terkesan memaksa. Ia mengikuti ucapan Rere dan kembali melanjutkan makan. Keduanya kini terlibat obrolan yang asik. Kadang tersipu malu, kadang juga tertawa kecil.
"Oh iya, boleh nggak aku berteman sama kamu Re...?" tanya Gilang setelah usai makan.
"Boleh banget Gilang..."
"Kalau begitu boleh aku minta nomor wa kamu...?"
"Tentu saja..." Setelah menjawab, Rere memegang ponselnya dan mengirim chat ke nomor Gilang. Sebuah notif pesan masuk le ponsel Gilang. Ia segera melihat, siapayang chat dia.
"Itu nomor aku Gil..."
"Ok, aku save. Maaf aku ke toilet bentar...." pamit Gilang. Rere mengiyakan. Gilang segera beranjak dari tempat duduknya dan segera menuju ke toilet.
"Ku pikir pikir dunia ini memang aneh, semua yang terjadi padaku hari ini sungguh di luar dugaanku...." gumam Rere. Ia tersenyum dan menggeleng gelengkan kepala. Sambil nunggu teman barunya yaitu Gilang, Rere mengutak atik ponselnya. Beberapa saat kemudian Gilang kembali ke meja Rere.
"Em mau pulang sekarang...?" tanya Gilang begitu ia menempatkan pantatnya di sofa yang sangat empuk itu.
"Iya, karna udah petang juga..." jawab Rere sambil menilik arloji di tangannya.
Keduanya segera bangkit dan meninggalkan meja tersebut. Rere berjalan di depan Gilang. Gilang melangkah mengikuti gerakan kaki Rere yang berjalan pelan menuju kasir.
"Bentar ya Gil..." Gilang mengangguk.
"Mbak mau bayar, berapa semuanya mbak, sekalian sama bil punya nya mas ini.." tanya Rere.
"Semua udah di bayar mbak..." jawab mbak kasirnya.
"Loh siapa yang bayar..?" tanya Rere heran.
"Masnya itu mbak, yang di belakang mbaknya...." Rere menoleh ke arah Gilang, dan Gilang tersenyum.
"Ya sudah kalau gitu, mari mbak.."
"Gilang...."
"Mari...." Gilang tak membiarkan Rere melanjutkan kalimatnya. Dia segera memberi aba mengajak Rere keluar dari restoran itu.
"Gilang, aku bener bener nggak enak nih, masak kamu yang bayar...?" ucap Rere sesampainya di parkiran. Gilang mendekat dan menyandarkan badanya di mobil Rere.
"Bukan gimana gimana Re, niat aku tulus kok, dan sebagai perayaan kita berteman...." ucap Gilang dengan tatapan mata yang amat begitu teduh kepada Rere.
"Baiklah..., kalau begitu terima kasih ya Gilang untuk traktirannya, kalau begitu saya permisi dulu..." ucap Rere. Gilang mengangguk. Senyum manis selalu menghiasi ke dua sudut bibirnya yang tertuju kepada Rere. Segera gadis itu masuk ke dalam mobil, tak lupa sebelum tancap gas ia membuka kaca mobil dan melambaikan tangan ke arah Gilang. Lalu segera pergi berlalu dari tempat itu. Sedangkan Gilang sendiri, setelah Rere hilang dari pandangannya, ia segera bergegas menaiki motornya untuk pulang ke apartemennya. Gilang memilih mandiri, sejak ia belum pulang dari luar negri, ia sudah ada perjanjian dengan papanya. Bahwa ia tidak mau tinggal di rumah papanya karena ingin mandiri. Dan papanya menyetujui akan permintaan putra semata wayangnya itu.
Suasana tampak sepi ketika Gilang sampai di basement apartemen nya. Dia memarkirkan motornya dengan rapi. Banyak motor atau mobil penghuni apartemen yang di letakan di situ. Apartemennya saja sangat elit, tak heran jika kendaraan yang ada di situ juga mewah mewah. Sebenarnya Gilang sudah di kasih fasilitas mobil oleh ayahnya, namun ia lebih motor. Selain nggak ribet, juga irit tempat. Ninja R adalah pilihanya.
Gilang turun dari motornya. Lalu bergegas menuju apartemen nya sambil menenteng helm spotnya. Apartemennya berada di lantai 5. Sedangkan bangunan itu terdiri dari 7 lantai. Untuk menuju ke apartemen nya, Gilang harus menaiki lift. Ia berdiri di depan lift dan menunggu lift terbuka.
Tiiinggg
Pintu lift terbuka dan ia segera masuk. Dipencetnya tombol angka 5 dan lift yang membawanya otomatis tertutup dan bergerak ke atas. Akhirnya sampai juga. Gilang segera berjalan menuju kamarnya.
Setelah memencet nomor pin pintu kamarnya, ia masuk ke dalam kamar yang telah jadi miliknya.
Bersambung