DILARANG PLAGIAT YA!
Seorang lelaki berjaket hitam terduduk di lantai, dia membersihkan cairan merah kental yang menodai tangannya. Dia mengambil pisau dan tongkat kasti kesayangannya, siapapun yang berani melukai wanitanya maka orang itu akan ia bebaskan dari dunia ini.
Dia adalah Dave Winata, namanya jarang didengar karena identitasnya yang sengaja dirahasiakan. Wajah dan sorot matanya yang dingin menyerang siapapun dengan tatapan elang yang siap memangsa. Hanya ada satu kelemahannya, yaitu air mata wanitanya.
Penasaran kan? Lanjut yuk ke ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sekar Arum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIDANG
WARNING:
SEBELUM LANJUT MEMBACA DIWAJIBKAN UNTUK RATE, VOTE, LIKE DAN TINGGALKAN KOMENTAR SESUKA KALIAN.
DUKUNGAN KALIAN ADALAH SEMANGAT UNTUK AUTHOR.
HAPPY READING 😘
..............................
Aryn meringis menahan rasa sakit di tubuhnya. Sudah lama ia tidak mengendarai sepeda motor. Tapi syukurlah ia bisa melajukan motor menyusuri jalan raya dengan mulus. Aryn tidak tahu ia akan kemana. Jalanan ini asing untuknya. Akhirnya ia menghentikan laju motornya. Ia mengecek google maps.
"Duh...Aku harus pergi kemana, nggak mungkin pulang ke rumah, yang ada ibu akan menjualku pada om-om botak!" gumam Aryn.
Setelah mempertimbangkan segala risiko, Aryn memutuskan akan kembali ke tanah airnya, tepatnya ke rumah neneknya. Uang yang diberikan Reza cukup untuk membeli tiket. Ia juga hafal nomor neneknya. Ia bergegas memesan tiket menggunakan ponselnya. Aryn berharap rencananya berjalan mulus, dan ia bisa selamat sampai di rumah neneknya.
Aryn melajukan motornya sesuai petunjuk google maps. Hari mulai gelap, ia akan mencari losmen dekat sini, akan sangat berbahaya jika ia mengendarai sepeda motor sendirian malam-malam. Jarak bandara lumayan dekat dari lokasinya sekarang, ia akan berangkat pagi-pagi ke bandara.
Pukul enam sore, Dave menutup laptop dihadapannya. Ia meregangkan otot-ototnya yang kaku setelah seharian duduk terpaku dengan laptop dan tumpukan berkas. Keinginannya untuk pulang awal terwujud hari ini.
Tampak Ken sedang beberes berkas-berkas yang berserakan di meja Dave. Wajahnya tampak sayu, mungkin karena lelah. Pekerjaan Ken boleh dikatakan nonstop. Dave mempercayai Ken melebihi karyawan lainnya, bahkan sekretarisnya sendiri. Tidak heran jika Ken menghandle urusan kantor. Di luar kantor, segala keperluan dan agenda Dave Kenlah yang menghandle. Oleh karena itu, Ken betah menjomblo. Ia tidak sempat mengurusi kehidupan asmaranya.
"Hari ini pekerjaanmu sampai di sini! Beristirahatlah!" sahut Dave.
"Apakah kinerja saya tidak bagus?" jawab Ken dengan sedikit ragu di hatinya.
"Kau ini seperti perempuan saja, senang berperasangka buruk!" Dave mulai sewot.
"Maaf, bos!"
"Jam kerjamu aku potong hari ini!" ucap Dave.
"Terima kasih, bos!" jawab Ken.
"Aku harus menghubungi pengurus dapur kantor. Apakah bos salah makan hari ini? Tidak biasanya aku bebas dari kerja rodi," batin Ken.
Dave meninggalkan Ken yang masih sibuk menganalisa sikap Dave yang lebih manusiawi kepadanya hari ini. Biasanya ia baru pulang dari mansion Dave pukul 12 malam. Itupun jika ia tidak memiliki tugas tambahan dan tidak berkumpul dengan Red Blood.
Mobil sport berwarna silver milik Dave meluncur dengan mulus dari basement kantor. Sebuah mobil hitam mengiring mobil Dave dari kejauhan sesuai perintah dari Dave tentunya. Mobil itu berisi 4 anak buah Dave dengan bela diri yang sempurna, 2 orang diantaranya sniper terbaik.
Dave lincah mengemudikan mobilnya, menyalip ke kanan dan kiri dengan kecepatan tinggi. Lima belas menit kemudian, Dave tiba di mansion. Seperti biasa, para penjaga berbaris rapi menyambut kedatangannya. Dengan angkuh, ia berjalan melewati mereka. Tidak ada yang mencurigakan sejauh ini.
Hingga Dave tiba di depan kamarnya, ia tidak melihat kejanggalan dari mansionnya.Ia menekan-nekan kode dan membuka pint kamarnya. Ia sudah bersiap memasang wajah sesantai mungkin untuk menghadapi Aryn. Tapi alangkah terkejutnya Dave, Aryn tidak ada di dalam. Ia juga mengecek kamar mandi dan walk-in closet miliknya. Tapi nihil, ia tidak menemukan Aryn.
"Shit! Bagaimana bisa dia kabur? Perangkat keamananku saja masih bekerja dengan baik!" seru Dave.
Baru saja Dave akan mempraktikan instruksi dari Zack, tapi Aryn lagi-lagi menguji kesabarannya.
Lantas dipanggilnya seluruh penjaga dan pelayan untuk berkumpul di ruang tengah. Ia akan mengadakan sidang. Dave memegang dengan erat tongkat kasti kesayangannya.
"Sebelum aku mulai, apakah ada yang ingin berbicara?" seru Dave dengan lirih, membuat situasi semakin mencengkam.
Hening,
Tidak ada yang berani berbicara. Lidah mereka seperti mati rasa, tidak bisa digerakkan.
"Kau! Katakan! Kenapa aku menyuruh kalian berkumpul di sini" tanya Dave kepada kepala pelayan.
"Saya tidak tahu, tuan!" jawab kepala pelayan dengan suara yang bergetar.
"Apakah kalian seharian tidur? Menjaga seorang wanita yang sedang terluka saja tidak becus!" seru Dave.
Kedua kaki kepala pelayan itu bergetar, keringat dingin membasahi dahinya.
"Kau adalah kepala keamanan di sini! Sekarang jelaskan bagaimana istriku bisa kabur dari mansionnya sendiri!" seru Dave.
Glek,
Joe menelan salivanya, nyawanya berada di ujung tanduk sekarang. Menurut pengawasannya sejak pagi tidak ada hal mencurigakan.
"Saya tidak tahu, tuan!" lirih Joe.
Bug,
Dave melayangkan tongkat kastinya tepat mengenai punggung Joe. Hingga membuat Joe terduduk di lantai. Dave celingukan mencari pengawas CCTV dan keamanan di mansionnya.
"Dimana pengawas CCTV?" teriak Dave.
Semua orang terdiam dan saling menatap.
"Cepat bawa dia kemari!" perintah Dave.
Salah satu penjaga berbadan tinggi besar berlari mencari pengawas CCTV di ruangannya.
"Masih belum ada yang ingin mengaku?" seru Dave.
"Arrgghh!" teriak Joe terdengar menyayat hati.
Dave mengayunkan tongkat kastinya dengan kencang dan mengarahkannya pada kaki kanan Joe. Joe yang tadi sudah berdiri, kini roboh ke lantai lagi. Ia mengerang kesakitan. Kaki kanannya patah, terlihat tulangnya yang patah menembus kulitnya. Lantai marmer putih di bawahnya kini menjadi merah.
Salah satu pelayan meneteskan air matanya, ia ketakutan melihat adegan penyiksaan secara langsung dihadapannya. Tidak sedikit dari penjaga yang rata-rata bertubuh besar, terlihat memegangi lututnya, mereka merasa ngeri dan ngilu.
Reza dan Silvi tengah asik bermain game saat teriakan Joe menggema ke penjuru mansion. Silvi hendak turun memeriksa apa yang terjadi, tapi Reza mencegahnya.
Seorang pengawal yang Dave perintahkan untuk memeriksa ruang pengawas CCTV kembali dengan wajah pucat.
"Tuan," seru salah satu penjaga.
"Katakan!" jawab Dave.
"Saya menemukan pengawas CCTV sudah tidak bernyawa di bawah meja kerjanya! Tidak ada luka ditubuhnya, tuan!" ucap penjaga itu dengan napas ngos-ngosan.
"Br*ngs*k!" umpat Dave.
"Bagaimana dengan rekaman CCTVnya?" tanya Dave.
"Tidak ada yang mencurigakan, tuan! Tidak ada orang asing yang masuk mansion hari ini!"
"Siapa yang membantu Aryn! Dia pintar sekali! Pekerjaannya rapih tanpa meninggalkan jejak untukku!" batin Dave.
"Cepat periksa seluruh mansion!" perintah Dave kepada semua pengawal.
Di hadapan Dave tersisa Joe yang mengerang kesakitan dan para pelayan yang menunduk ketakutan. Dave berjalan menghampiri dan menatap tajam satu persatu pelayan. Apakah mungkin salah satu dari mereka terlibat?
Tak...tak...tak
Suara tongkat kasti Dave yang beradu dengan lantai marmer terdengar nyaring. Terlihat ada sedikit bercak darah yang mengering di tongkat itu. Entah darah siapa.
"Tuan," lirih Joe.
Dave meliriknya dengan tatapan tajam membunuh. Ia tidak merespon Joe.
"Saya akan memutar CCTV rahasia yang sengaja saya pasang secara diam-diam!" seru Joe.
"Beraninya kau memasang kamera tanpa izin dariku!" teriak Dave.
"Maaf, tuan! Saya melakukannya atas dasar untuk keamanan mansion semata!" jawab Joe.
Dave terdiam, ia tidak terpikir untuk memasang CCTV rahasia di mansionnya. Dalam keadaan seperti ini, hasil rekaman CCTV rahasia itu akan sangat membantu.
Melihat kondisi Joe yang sangat mengenaskan, Dave memerintahkan penjaganya mengambil laptop dan memutar rekaman CCTV sesuai petunjuk Joe. Sementara Joe, ia dibawa ke rumah sakit oleh dua orang penjaga. Dave terkejut melihat hasil rekaman itu. Ternyata Joe memasang kamera di titik-titik yang mungkin orang mengira tidak ada CCTV di sana. Joe tadi sempat mengaku jika ia memasang kameranya di atas pohon sekeliling rumah, pot bunga, di sela-sela batu hias, bahkan di beberapa pohon di kebun Silvi.
"Perbesar gambarnya!" seru Dave.
Dari salah satu rekaman, terlihat jelas Aryn yang hendak menaiki sebuah motor.
"Catat nomor polisi motor itu! Sekarang kalian lacak keberadaannya!" perintah Dave.
Beberapa penjaga dan anak buahnya yang terlatih bergegas menjalankan tugasnya.
"Aku akan menemukanmu, di lubang semut sekalipun! Aku sendiri yang akan membawamu pulang istriku! Rupanya kau senang bermain kucing-kucingan!" gumam Dave dengan nada datarnya.
............................
Jangan lupa like dan vote ya! Rate juga! ❤️
Follow IGku: sekararum142