Tiga tahun lalu , Jansen kehilangan ingatannya karena kecelakaan mobil dan diasingkan di rumah keluarga Lawrence . Tiga tahun kemudian , ingatan Jansen pulih kembali karena kecelakaan mobil . Secara kebetulan , ia memperoleh teknik rahasia kultivasi dari leluhur keluarga Scott , dan ahli dalam segala hal . Kemakmuran dan kekayaan , dia menganggapnya sebagai awan asap , dan dalam hidup ini , dia hanya ingin melindungi istrinya untuk seumur hidup !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon King Atlantis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 14 Tuan Marcus
" Manajer kamu sudah gila ya ! "
" Hei bocah , aku tidak akan melepaskanmu ! "
maki Tania . Tania tidak hanya kehilangan muka tapi bahkan sampai kehilangan pekerjannya .
" Tuan , mohon maaf sudah membuat Anda repot ! "
Mana sempat Manajer memusingkan makian dari Tania , dia sibuk memohon maaf pada Jansen . Nada bicara Tania yang emosi membuat tatapan semua staf tertuju pada Jansen , jangan - jangan pemuda yang berpakaian sederhana ini adalah seorang tuan muda !
" Tidak apa - apa , tapi nona ini benar - benar hebat , sama sekali tidak pandang bulu terhadap pelanggan . Manajer harus mengurusnya ! "
kata Jansen sembari tertawa .
" Pasti , pasti ! "
Manajer melirik ke arah Yona sambil tersenyum dan menganggukkan kepalanya .
Tidak berniat untuk terlihat pelit , Jansen langsung menyerahkan uangnya lalu mengambil ponselnya dan berjalan pergi .
Belum lama dia meninggalkan Aula Bisnis , di depan ada segerombolan orang yang berjalan mendekat . Orang - orang itu mengenakan kemeja , kerah kemejanya yang terbuka menunjukkan tato di badan mereka . Ditambah lagi dengan rambut mereka yang beraneka ragam warnannya , sekali melihat semua orang juga tahu mereka bukanlah orang baik - baik .
" Kakak Hermawan , bocah itu . Kakak harus membalaskan dendamku ! "
Tania berdiri di sebelah orang - orang itu .
" Benar - benar merepotkan ! "
Jansen menggelengkan kepalanya namun dia juga tidak terlalu peduli akan orang - orang itu . Dia mendapatkan warisan " Teknik Misterius " dari leluhurnya .
Sejak kecil Jansen juga sudah diarahkan oleh ayahnya dan menjalani berbagai macam pelatihan . Kemampuannya jauh dari kemampuan orang biasa , hanya saja waktu itu dia sudah berjanji pada ayahnya bahwa dia tidak akan menunjukkan teknik misteriusnya itu di hadapan orang awam .
Tapi akhirnya , tiga tahun yang lalu malah terjadi kecelakaan itu .
Kecelakaan itulah yang juga sudah mengubah pandangan Jansen akan berbagai hal .
" Hei bocah , beraninya kamu melecehkan pacarku ? "
Hermawan membawa beberapa preman jalanan , di mulutnya terselip sebatang rokok , dia menatap Jansen dengan dingin . Orang - orang di sekitar berusaha menyingkir jauh - jauh .
Mereka semua mengenali Hermawan , dia adalah orang yang tidak takut mati , sudah berkali - kali keluar masuk kantor polisi , dia benar - benar merupakan orang yang tidak boleh disinggung !
Mereka semua melihat Jansen dengan tatapan penuh simpati , mereka tahu kalau pun pemuda itu tidak mati , paling tidak dia akan terluka parah .
" Aku tidak ada waktu untuk melecehkan dia , dia sendiri tahu apa yang dia lakukan ! "
Jansen berbicara dengan tenang . Pada kenyataannya memang si Tania itu yang cari ribut , seharusnya tidak perlu sampai seheboh ini . Bagaimanapun juga , Jansen tidak punya waktu untuk meladeni Tania .
" Ya ampun , Kakak Hermawan , coba lihat dia . Tidak hanya melecehkanku , dia juga tidak memandang Kakak . Kalau hari ini Kakak tidak memberinya pelajaran , apakah Kakak masih akan punya muka ? "
Tania mengeluarkan suaranya yang menyayat telinga , setelah berbicara ia melihat Jansen dengan tatapan puas seolah - olah sedang berkata , tamat sudah riwayatmu !
" Oh iya , kamu bilang aku melecehkan dia ? "
Jansen tiba - tiba tertawa dengan dingin ,
" Maaf saja , aku tidak buta , wanita tua seperti dia , dikasih pun aku tidak mau ! Apalagi melecehkannya ! "
" Kamu sudah bosan hidup ya ! "
Hermawan membuang rokok yang ada di mulutnya , suaranya menggelegar hingga membuat orang - orang di jalan menengok untuk melihatnya . Orang - orang itu pun ikut merasa panik .
" Habisi dia ! "
Hermawan sudah membawa beberapa preman ke sana . Preman - preman itu mengeluarkan belatinya . Setelah memutar - mutarkan belatinya , mereka langsung menyerang ke arah Jansen .
Hermawan yang bertubuh tinggi besar menjulurkan tendangannya ke arah Jansen . Tendangannya ini cukup untuk membuat orang biasa tersungkur di lantai , dia sudah melakukan tendangan ini berkali - kali dan setiap kali selalu berhasil menjatuhkan lawannya !
Biasanya nyali orang - orang yang mengetahui identitasnya akan langsung menciut tiga kali , ketika melihat wujudnya yang garang , nyali orang - orang i itu menciut tiga kali lagi .
Selanjutnya , saat dia menyerang dengan preman - preman , nyali lawannya langsung hilang dan pada akhirnya pasrah untuk dipukuli !
Tapi sayang sekali , keadaan kali ini berbeda dari biasanya !
Jansen melangkahkan kakinya seolah akan dihantam oleh tendangan Hermawan . Pada saat genting itu , tubuh Jansen berbalik , dia menghindari tendangan Hermawan lalu memukul Hermawan dengan bengis .
Terdengar suara dentuman , serangan kuat pada lutut Hermawan itu menyebabkan seluruh kakinya mati rasa , dengan suara keras dia terjatuh ke lantai . Gerakan Jansen tidak berhenti sampai di situ , preman - preman yang bergerak di hadapannya seolah olah bergerak dalam adegan slow motion .
Tangan Jansen bergerak bagaikan seekor ular gesit yang menghindari sayatan belati . Dengan pukulan backhand , belati yang dipegang oleh salah satu preman terjatuh ke lantai , tangan si preman terasa seperti ditusuk oleh ribuan jarum , rasa sakitnya membuat preman itu seolah akan mati !
Selanjutnya , tinju Jansen melayang ke arah perut preman itu dan membuat preman itu langsung tersungkur di lantai.
Buk buk buk !
Beberapa preman yang lain ikut beraksi , namun semuanya dibantai oleh Jansen, bahkan ada satu orang yang ditangkap kerahnya oleh Jansen dan dilemparkan sejauh lima meter !
Preman yang dilemparkan itu tinggnya mencapai seratus delapan puluh senti , beratnya hampir seratus kilo !
" Wah ! "
Orang - orang di jalanan semuanya berdecak kagum seolah - olah mereka sedang menonton film kungfu !
" Wanita tua , kemampuan Kakak Hermawan - mu hanya sebatas ini saja ? "
Setelah menghabisi semua preman itu , Jansen berjalan ke arah Tania yang tercengang kaget .
" Sial , beraninya kamu menyerangku ! "
Hermawan terduduk di lantai , kaki kanannya mati rasa dan terasa sakit , emosinya memuncak !
Jalanan ini adalah wilayah kekuasaannya , kalau hari ini dia dikalahkan oleh seorang bocah dan tidak berbuat apa - apa untuk melawan maka dia tidak akan bisa berkuasa di sini lagi !
" Kalau kamu memang hebat , kamu jangan kabur ! "
Hermawan dulunya berani membunuh orang , karena itu tentu saja dia tahu kapan saatnya untuk berpura - pura lemah , dia mengambil ponselnya dan menelepon ,
" Tuan Marcus , wilayah saya sudah diserang orang , tolong bantu saya ! "
" Hermawan , sekarang sudah jam berapa , apakah kamu tidak tahu diri ? Siapa lawannya ? "
" Seorang bocah berusia 20 tahun ! "
" Kebetulan aku ada di dekat sana , aku akan ke sana ! "
Setelah Hermawan menyimpan ponselnya , dia menatap dengan tatapan kejam ,
" Hei bocah , kalau memang hebat , jangan kabur . Kalau kamu kabur , perempuan yang kamu pedulikan di Aula bisnis itu akan aku culik , aku jadikan dia pelacur dan aku akan menjual dia ke Vietnam ! "
" Cari mati ! "
Awalnya Jansen berniat untuk pergi , tapi setelah mendengar perkataan itu , raut wajahnya langsung berubah menjadi seperti es !
Dia tidak menyangka bahwa preman ini benar - benar kejam !
Tidak heran orang - orang berkata jangan mencari masalah dengan preman karena mereka tidak takut mati !
" Oke , aku akan tunggu orangmu datang ! "
Jansen tidak berniat untuk melibatkan perempuan itu !
Ck !
Pada saat itu , sebuah mobil BMW melaju di jalanan lalu seseorang turun dari mobil .
" Hahaha , Tuan Marcus sudah datang . Aku beritahu kamu , Tuan Marcus adalah orang besar di Kota Asmenia. Nasib orang - orang yang mencari masalahnya dengannya tidak pernah berakhir dengan baik ! "
Melihat penolongnya sudah tiba , Hermawan langsung menjadi senang seakan - akan dia sudah melihat pemuda itu dilemparkan masuk ke kandang anjing liar untuk dijadikan mangsa .
" Hermawan , aku sudah bilang , kamu harus lebih tahu diri . Jangan sering - sering memanggilku untuk membereskan masalahmu , setiap kali aku yang harus membantumu membereskan semua ulahmu ! "
Dari kejauhan terdengar sebuah suara yang dingin , di sana terlihat seorang pria paruh baya mengenakan baju tradisional , dia berjalan mendekat dengan langkah yang tenang dan berat .
Tiba - tiba , dia membuka matanya dan menatap Jansen lalu berkata ,
" Saudara Jansen, kenapa kamu bisa ada di sini ! "
Pria paruh baya itu adalah Marcus. Jansen juga merasa kaget , dia mengira Marcus hanyalah seorang juru taksir , tidak disangka dia juga memiliki identitas lain .
Setelah Jansen berpikir sejenak , akhirnya dia sadar , bisnis juru taksir bukanlah bisnis yang murah , kalau Marcus tidak punya kekuatan mana bisa dia mempertahankan bisnisnya itu .
" Hermawan , apakah pemuda yang kamu maksud tadi adalah Saudara Jansen? "
Marcus memang berpengalaman , dia berhasil menebak semuanya hanya dalam sekejap saja
. " Tuan Marcus , ini , ini , ini ! "
Meskipun Hermawan ini memang bodoh tapi dia juga tahu kali ini dirinya sudah salah besar !
" Kamu cari mati , aku sudah beberapa kali bilang padamu , sekarang sudah zaman apa , kamu masih mengira kondisinya sama seperti belasan tahun yang lalu ? Kamu tidak menjalankan bisnis dengan baik - baik dan malah melakukan perbuatan seperti ini ! "
Marcus berkata dengan emosi ,
" Pengawal , hukum dia , patahkan kedua kakinya ! "
" Tuan Marcus, jangan , saya tahu saya sudah berbuat salah ! "
Hermawan tahu bahwa meskipun Marcus sudah berumur tapi wibawanya masih sama seperti dulu . Dulu , kalau ada bawahannya yang berbuat salah , orang itu akan dibakar hidup - hidup sebagai peringatan kepada bawahannya yang lain .
Beberapa tahun ini , Marcus berusaha menghapus sejarah kejamnya itu melalui jalan bisnis , tapi itu bukan berarti temperamennya sudah berubah dan dia sudah sepenuhnya insaf .