NovelToon NovelToon
Dihamili Tuan Impoten

Dihamili Tuan Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak
Popularitas:278.5k
Nilai: 4.9
Nama Author: Alif Irma

(Tahap Revisi)

Hani tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran pekerjaan dari sahabatnya, yakni menjadi pelayan di sebuah Villa mewah. Namun nasib naas malah menimpanya di villa mewah itu.

"Katakan, siapa yang sudah menghamilimu?" seorang wanita paruh baya langsung melabraknya.

"Laki-laki yang burungnya mati suri" Hani mengatakannya dengan judesnya di depan semua orang.

Yuk simak kisahnya hanya di cerita Dihamili Tuan Impoten!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

"Ceraikan aku!" ucap Hani dengan entengnya, membuat Hans terkejut akan ucapannya.

"Aku tidak akan melakukannya. Karena sampai kapanpun, aku tidak akan pernah mengabulkan permintaanmu yang satu ini" ucap Hans dengan tatapan dingin.

Hani tersenyum miris lalu melenggang pergi, tak peduli dengan teriakan Hans yang memintanya untuk berhenti dan tetap tinggal bersamanya.

"Hani! Aku tidak akan membiarkanmu pergi!, selamanya kamu tetap menjadi istriku" teriak Hans lalu berlari untuk menyusulnya, namun aksinya itu malah dihentikan oleh kakeknya.

Bersamaan pula, dokter William pamit undur diri setelah melihat perdebatan secara langsung yang dilakukan oleh anggota keluarga Dirgantara. Dia seperti menonton drama pernikahan keluarga konglomerat tersebut.

"Hans, jangan gegabah!. Biarkan Hani menenangkan diri terlebih dahulu. Jika kamu terus memaksanya untuk tetap tinggal disisi mu dan mengikuti segala kemauanmu, ujung-ujungnya kamu bisa saja kehilangan dirinya. Tingkat stress ibu hamil jauh lebih tinggi, jadi sebagai orang terdekatnya kita hanya perlu mengikuti keinginannya" ucap tuan Wibowo memberikan nasihat untuk cucunya.

"Tapi kakek, aku takut jika dia sampai kenapa-kenapa. Ada janin dalam perutnya yang harus kami jaga bersama" ucap Hans lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Dia benar-benar dilanda frustasi.

"Iya, kakek mengerti akan perasaanmu. Tapi, tunggu lah waktu yang tepat untuk berbicara dari hati ke hati kepadanya. Biarkan Hani mengatasi masalah yang dihadapinya dengan caranya sendiri. Karena posisimu saat ini serba salah, kamu berada di tengah-tengah antara istri dan ibumu, bisa dikatakan inilah salah satu ujian rumah tanggamu. Tapi kakek tekankan kepadamu untuk menyelesaikannya dengan kepala dingin. Satu lagi, jangan pernah kucilkan ibumu atas masalah ini, karena bagaimanapun dialah sosok yang sudah melahirkan mu di dunia ini. Hans, jangan khawatir, kakek yakin kamu pasti bisa melaluinya" ucap tuan Wibowo memberikan semangat untuk cucunya.

Hans hanya mampu menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu menjambak rambutnya. Kemudian Hans mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan sang kakek.

"Kakek, aku harus pergi. Mulai hari ini aku akan tinggal di apartemen, jadi tidak usah mencari ku" ucap Hans dengan keputusannya memberitahu sang kakek.

"Lakukan apa yang menurutmu baik. Jika tiba waktunya, pulanglah ke rumah ini bersama istri dan anakmu, karena rumah ini selalu terbuka untukmu dan keluarga kecilmu" ucap tuan Wibowo sambil menepuk pundaknya, membuat Hans langsung berhambur memeluknya.

"Pasti kek, aku janji akan pulang membawa istri dan anakku" ucap Hans dengan janjinya, membuat tuan Wibowo tersenyum dengan mata berkaca-kaca sambil menepuk-nepuk punggung kekar cucunya.

Sementara sosok wanita paruh baya yang bersembunyi di balik pintu hanya mampu meneteskan air matanya mendengar ucapan putra semata wayangnya.

Kenapa masalahnya menjadi runyam begini. Aku sungguh tidak bisa berpisah dengan putraku. Apa yang harus kulakukan sekarang untuk membuat putraku kembali di sisiku dan tinggal bersama kami di rumah ini. Batin Nyonya Miranda penuh penyesalan.

"Hans, jangan pergi nak" teriak Nyonya Miranda mencoba menghentikan putranya.

Namun sayang sekali Hans tak berpaling kearahnya dan terus melangkah menuju pintu lift yang akan membawanya ke lantai dasar.

"Hans, jangan tinggalkan mama, nak" lirih Nyonya Miranda dengan suara tercekat menatap kepergian sang putra. Dunianya seakan runtuh.

"Apa yang kamu tanam itulah yang kamu tuai. Perbanyak instrospeksi diri dan sadari semua perbuatan mu. Jika saja kamu bukan putriku, sudah pasti ayah membawamu ke ranah hukum atas tindakan perencanaan pembunuhan" jelas Tuan Wibowo tak main-main.

"Berterimakasih lah kepada orang kepercayaan ayah, karena dialah yang mengetahui rencana licik mu. Sebuah obat penggugur kandungan yang tersimpan rapi di pas bunga berhasil digantikan dengan gula halus yang sama persis dengan serbuk putih obat penggugur kandungan. Jika saja rencana licikmu berhasil, seumur hidupmu kamu akan menyesali perbuatan mu. Karena Hans tidak akan memaafkan perbuatanmu, ibu mana yang begitu tega membunuh cucunya sendiri" ucap Tuan Wibowo panjang lebar, membuat Nyonya Miranda hanya mampu meneteskan air matanya.

"Miranda! sadarlah nak. Jadikan kejadian hari ini sebagai pelajaran untukmu. Dan ayah peringatkan kepadamu bahwa ini menjadi terakhir kalinya kamu menjadi penjahat. Jika kamu kembali mengulanginya, ayah tidak segan-segan lagi menjebloskan mu kedalam penjara" ucap tuan Wibowo dengan ancamannya.

Tak ada yang mampu diucapkan nyonya Miranda. Dia benar-benar sedang diselimuti rasa penyesalan yang mendalam.

*

*

*

Hani memutuskan pulang ke rumah bibinya. Dengan ragu-ragu Hani membuka pintu pagar halaman rumah sang bibi.

Namun anehnya dia tak sengaja melihat sebuah mobil baru berwarna putih terparkir di teras rumah.

"Mobil siapa ini?" gumam Hani sambil menyentuh kaca spion mobil tersebut, namun tiba-tiba mobil tersebut langsung berbunyi dengan hebohnya.

"Siapa sih yang datang"

Samar-samar Hani mendengar suara seseorang dari dalam rumah dan orang itu adalah sosok yang dirindukannya beberapa hari ini.

Hani segera menghapus sudut matanya yang tiba-tiba berair, tak lupa dia memperbaiki penampilannya lewat kaca spion mobil. Setelah dirasa cukup, barulah Hani bergerak mengetuk pintu.

"Tok"

Tok"

"Bibi, aku pulang" teriak Hani memanggil bibinya.

"Hani"

Halimah tampak bahagia melihat kedatangan ponakannya. Dia lekas membuka pintu lalu berhambur memeluk ponakan yang sangat dirindukannya. Padahal belum genap sebulan mereka berpisah, namun rindunya sudah minta ampun.

"Mana suamimu?" tanya Halimah antusias sambil melepaskan pelukannya.

Hani tidak menjawab pertanyaan bibinya, dia malah fokus menatap perawat wanita senior sedang bersama bibinya.

"Dialah orang yang menemani bibi di rumah. Kadangkala dia merawat Bibi di kala Bibi sedang sakit" ucap Halimah memberitahu dan Hani hanya mampu manggut-manggut dan tahu pasti siapa orang yang menempatkan perawat senior di rumah bibi nya.

"Jangan-jangan kamu sedang bertengkar dengan suamimu, makanya kamu pulang ke rumah" ucap Halimah dengan tebakannya.

"Ya ampun bibi, baru juga sampai sudah dihadang dengan pertanyaan" ucap Hani sambil mengerucutkan bibirnya.

"Jangan sampai apa yang bibi katakan barusan benar, tapi mudah-mudahan tidak terjadi di rumah tangga kalian" ucap Halimah diselingi candaan.

"Kalau begitu, Hani ke kamar dulu, bibi" ucap Hani tersenyum tipis.

"Iya nak, beristirahatlah. Bibi mau memasak dulu" ucap Halimah tersenyum lalu menyeret tongkatnya ke dapur. Sementara perawat yang menjaganya memutuskan pulang ke rumah sesuai dengan jam kerjanya.

Maaf bibi, Hani sudah berbohong kepada bibi. Batin Hani lalu menutup pintu kamarnya.

Malam harinya....

Hani begitu lahapnya makan malam bersama dengan bibi nya. Apalagi semua masakan bibi nya adalah masakan kesukaannya.

Namun tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar membuat Hani yang melangkah untuk membuka pintu.

Ceklek

Deg!

Hani membulatkan kedua matanya melihat sosok yang sangat dibencinya berdiri di ambang pintu. Tanpa basa-basi Hani langsung menutup kembali pintu, akan tetapi pria itu lebih dulu menghadang kakinya di pintu.

"Hani, siapa yang datang?" tanya Halimah sembari melangkah ke ruang tamu.

"Bukan siapa...."

"Nak Hans, mari silahkan masuk" ajak Halimah yang tak sengaja melihat Hans berdiri di ambang pintu. Bahkan bibinya sampai menarik tangan Hans untuk membawanya ke meja makan.

"Wah, kebetulan sekali saya belum makan malam, bibi" ucap Hans tersenyum.

Hani hanya mampu memutar bola matanya malas melihat Hans. Hani buru-buru menghabiskan makanannya.

"Bibi, jangan lupa tamunya di suruh cuci piring" ucap Hani dengan ketusnya lalu melangkah masuk ke dalam kamarnya. Tak lupa Hani mengunci kamarnya dan tak akan membiarkan Hans masuk ke dalam kamarnya.

"Biar saya saja yang mencuci piring, bibi" ucap Hans yang baru selesai makan malam bersama Hani dan bibi nya.

"Tidak usah" tolak Halimah, namun Hans tetap ingin melakukannya.

Untuk pertama kalinya seorang Hans Prasetyo Dirgantara mencuci piring. Itupun di rumah istrinya.

"Maaf sekali nak Hans, sepertinya malam ini kamu tidur di ruang tamu" ucap Halimah tidak enak hati.

"Tidak apa-apa bibi" ucap Hans sembari melirik pintu kamar Hani yang terkunci.

Bersambung....

1
Novida Eryani
Luar biasa
Eka Uderayana
semoga sukses selalu
mrsdohkyungsoo
Luar biasa
mrsdohkyungsoo
hadiir
Siti Jule
biar pun gk suka sama hans tapi hani jng begitu juga sikap nya gk kurang ajar bnget keterlaluan gk tau diri orang miskin juga
Sulainiothman Sulainiothman
Luar biasa
M Dewi
bagus
M Dewi
kuberi hadiah mawar untukmu
Alif_Cha: terima kasih 🙏
total 1 replies
Sally Samuel
Luar biasa
Sophia Aya
mampir Thor
Nur Adam
lnjut
tzyii
next
lala
alhamdulilah keluarga feni juga bahagia
lala
hehehe erina aduin kakakx🤭
lala
mogok sekolah nih
lala
adik erlan perempuan
Kak olaa
semangat ditunggu kelanjutannya 💪
Kak olaa
jodohin anak hani n Feni thor
Ade
lanjutkan
Ade
hani udah jdi mama muda, gak disangka feni jga punya anak cewek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!