NovelToon NovelToon
A Fractured Family'S Hope

A Fractured Family'S Hope

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Cerai / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Echaalov

Candy Selsha Bailey, seorang gadis cantik yang hidupnya tidak seindah namanya. Dari bayi sampai sekarang ia harus terus memakan obat-obatan agar bisa sembuh, punya tubuh yang sangat lemah, orang tua yang strict parents menjadikan hidupnya tidak bebas, nilai adalah hal yang harus ia pertahankan karena kalau tidak ia akan di marahi oleh ayahnya, masalah selalu datang menghampirinya membuat ia tidak tenang, rasa menyesal yang terus melingkupi relung hatinya membuat ia hidup dengan rasa bersalah, dan semenjak kejadian itu ia tidak pernah mempunyai teman yang benar-benar teman.

"Tuhan, kenapa hidup aku kayak gini? kenapa semua ini harus terjadi kepadaku? aku lelah Tuhan," ucapnya di ruangan yang sepi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Di sepanjang perjalanan Naysa memikirkan Tania. Ia takut Tania di marahi karena ia menginap di rumahnya. Dan tumben sekali orang tua Tania pulang ke rumah, Naysa memikirkan apa terjadi sesuatu sampai-sampai orang tua Tania pulang. Itu mungkin hanya pemikirannya saja, Naysa menggelengkan kepalanya berusaha agar tidak memikirkan itu lagi.

Tidak terasa kini ia sudah sampai di depan rumahnya. Untuk beberapa menit Naysa hanya menatap rumah itu dengan pandangan kosong. Tanpa sadar rasa sesak itu datang kembali ketika ia mengingat kejadian waktu itu. Naysa memukul dadanya berusaha menghilangkan rasa sesak ini, namun percuma rasa sesak itu malah semakin terasa.

Setetes air mata tanpa sadar berjatuhan di pipinya. Dengan kasar Naysa menghapus air mata itu dengan tangannya. Ia menahan nafas lalu menghembuskannya, Naysa terus melakukan itu berulang kali sampai ia tenang.

"Aku harus terlihat kuat agar Ibu gak khawatir, Naysa kamu pasti bisa," ucap Naysa kepada dirinya sendiri.

Naysa mendekati pintu lalu memegang knop pintu lalu membukanya. Ia masuk ke dalam rumah, ia melihat ke sekitar mencari keberadaan ibunya.

Sampainya di ruang tamu ia melihat Ibunya bak patung yang hanya duduk menonton televisi tapi pandangannya kosong. Wajahnya pun terlihat pucat dan matanya bengkak sepertinya Ibunya terus menangis sejak kejadian itu.

Dengan perlahan Naysa mendekati Ibunya, ia memegang bahu Dina. Dina tersentak merasakan ada yang memegang bahunya, lamunannya buyar lalu ia menatap orang yang memegang bahunya. Begitu melihat wajah putrinya yang sudah beberapa hari tidak terlihat sejak kejadian itu, Dina langsung saja membawa Naysa kedalam pelukannya.

"Nanay, kamu kemana aja sayang? Ibu khawatir takut kamu kenapa-napa," ucap Dina memeluk putrinya begitu erat.

"Aku nginap di rumah Yaya, Bu. Maaf ya udah bikin Ibu khawatir," ujar Naysa membalas pelukan Dina.

"Syukurlah kamu gakpapa, Ibu senang dengarnya."

Setelah berpelukan cukup lama mereka pun mengurai pelukan itu. Naysa menatap Ibunya khawatir.

"Gimana kondisi Ibu? "

"Ibu baik-baik sayang."

"Bohong, Ibu gak baik-baik aja wajah Ibu pucat dan mata Ibu bengkak. Ibu pasti nangis terus kan? "

Pertanyaan Naysa tidak bisa di jawab oleh Dina karena itu benar. Sejak kejadian itu, Dina selalu menangis setiap harinya. Rasa sesaknya tidak bisa ia tahan, terlalu sakit untuk di tahan. Tapi hal yang lebih membuat Dina sedih adalah kenyataan bahwa putrinya mendengar semua ucapannya dengan Reno.

Hal yang seharusnya tidak di ketahui oleh anaknya, malah Naysa mendengar sendiri pertengkaran orang tuanya. Semua ucapan yang keluar dari mulut Dina dan Reno di dengar oleh Naysa. Membuat Dina merasa gagal sebagai orang tua. Lamunan Dina buyar ketika mendengar ucapan Naysa.

"Aku udah pikirin baik-baik Bu, aku akan setuju apapun keputusan Ibu walaupun itu berarti aku akan setuju kalau Ibu bercerai dengan ayah, meskipun aku gak mau tapi aku akan coba menerimanya," Naysa sudah memikirkan ini beberapa hari. Meski sulit dan ia tidak mau tapi ia tidak mau egois dan menjadi penghalang untuk Ibunya agar keluar dari rasa sakit ini. Naysa berharap Ibunya bisa bahagia.

Dina terkejut mendengar ucapan Naysa. Naysa sepertinya terus memikirkan ini selama ia tidak berada di rumah. Anaknya memikirkan hal yang seharusnya tidak di pikirkan oleh anak sekecil ini. Dina menatap Naysa berkaca-kaca, ia merasa gagal menjadi orang tua karena membuat anaknya harus dewasa sebelum waktunya.

"Untuk sekarang Ibu ingin pergi dari semua masalah ini."

Naysa menatap Ibunya bingung, tidak tahu apa maksud perkataan ibunya.

"Maksud Ibu apa? "

"Ibu gak mau mikirin itu sayang. Ibu sendiri bingung harus melakukan apa, di satu sisi ibu sangat mencintai ayah kamu tapi di sisi lain ibu juga sakit hati melihat ayah kamu melakukan itu. Rasa cinta dan rasa sakit itu sama besarnya di hati Ibu. Untuk sekarang Ibu akan pergi ke rumah nenek kamu, kamu mau ikutkan? " ucap Dina menatap Naysa.

"Aku mau tapi," ucap Naysa terlihat ragu-ragu.

"Tapi apa sayang? ngomong aja jangan ragu kayak gitu," ujar Dina.

"Ujian aku gimana? "

"Nanti kita berangkat setelah ujian."

"Kalau gitu aku gak ikut liburan," ucap Naysa menundukkan kepalanya sedih.

"Nanti kamu liburan sama Ibu, kamu mau kan? "

"Mau Bu," meski Naysa ingin liburan bersama teman-teman tapi apa boleh buat saat ini kondisinya tidak mendukung. Liburan bersama ibu pun pasti gak kalah seru.

"Oke kalau gitu kita berangkat setelah kamu beres ujian," ucap Dina.

"Rumah nenek kan jauh Bu, kita akan di rumah nenek berapa lama? " tanya Naysa. Pasalnya rumah neneknya saja berada di kota yang sangat jauh dari sini. Mungkin butuh sembilan jam untuk sampai ke sana.

"Ibu gak tahu, ibu akan ada di sana mungkin untuk beberapa hari," ucap Dina. Naysa pun tidak bertanya lagi. Tapi ia masih sedih karena tidak akan liburan bersama teman-temannya.

Melihat Naysa sedih karena mungkin ia tidak bisa liburan bersama teman-temannya, Dina pun menghibur Naysa.

"Jangan sedih Nanay, kita di sana gak lama kok, kamu masih bisa ketemu teman-teman kamu setelah pulang dari rumah nenek," hibur Dina.

"Iya Bu."

"Sekarang kamu mandi, ibu akan masak untuk makan malam kita," ucap Dina.

Naysa pun mengangguk lalu pergi menuju ke kamarnya. Setelah sampai di kamarnya Naysa meletakkan tasnya di mana saja. Lalu membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Naysa menatap langit-langit kamarnya.

Padahal mungkin saja liburan itu, liburan terakhir mereka setelah tamat sekolah dasar. Karena mungkin setelah itu mereka tidak bisa bertemu lagi karena akan melanjutkan sekolah di tempat yang berbeda. Setelah sekolah di sekolah yang berbeda mungkin mereka akan jarang bertemu bahkan mungkin tidak akan bertemu.

"Sebenarnya aku tidak mau memberi tahu mereka bahwa aku gak akan ikut liburan tapi kalau mereka tidak diberi tahu itu akan makin membuat mereka makin sedih. Aku akan ngomong ini di kondisi yang tepat agar mereka tidak terlalu sedih nanti."

Setelah itu Naysa bangkit lalu mengambil handuknya dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah selesai memakai pakaian lalu ia keluar kamar menuju ke meja makan. Beberapa macam lauk yang menggiurkan sudah tersedia di meja makan. Naysa pun duduk lalu mulai mengambil nasi beserta lauk pauknya.

"Makan yang banyak sayang," ucap Dina.

"Iya Bu," ujar Naysa.

Mereka pun memakan makanan mereka dengan tenang. Kini hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring yang terdengar di ruang meja makan itu. Ketika makan mereka emang tidak berbicara.

1
Farldetenc
Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!