NovelToon NovelToon
Gadis Desa Vs Pewaris Sultan

Gadis Desa Vs Pewaris Sultan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Anak Yatim Piatu / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:11.2k
Nilai: 5
Nama Author: I Wayan Adi Sudiatmika

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hutan, hiduplah Kirana, gadis cantik, cerdas, dan mahir bela diri. Suatu hari, ia menemukan seorang pemuda terluka di tepi sungai dan membawanya ke rumah Kakek Sapto, sang guru silat.


Pemuda itu adalah Satria Nugroho, pewaris keluarga pengusaha ternama di Jakarta yang menjadi target kejahatan. Dalam perawatan Kirana, benih cinta mulai tumbuh di antara mereka. Namun, setelah sembuh, Satria kembali ke Jakarta, meninggalkan kenangan di hati Kirana.


Bertahun-tahun kemudian, Kirana merantau ke Jakarta dan tak disangka bertemu kembali dengan Satria yang kini sudah dijodohkan demi bisnis keluarganya. Akankah mereka bisa memperjuangkan cinta mereka, atau justru takdir berkata lain?


Sebuah kisah takdir, perjuangan, dan cinta yang diuji oleh waktu, hadir dalam novel ini! ❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon I Wayan Adi Sudiatmika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33: Penghianat

Seperti yang sudah diduga Satria… di kantor papanya ternyata ada mata-mata yang mengawasi setiap gerak-gerik Tuan Nugroho. Pria itu yang selama ini berpura-pura setia. Dia adalah salah satu staf di bagian keuangan. Diam-diam dia memantau kepanikan yang melanda keluarga Nugroho terutama setiap kejadian di perusahaan. Setelah melihat Tuan Nugroho dan Alex berdiskusi dengan wajah tegang dan suara yang tak bisa disembunyikan penuh kekhawatiran lalu pria itu segera mengambil kesempatan. Dia melangkah ke sudut ruangan yang sepi dan jauh dari jangkauan telinga orang lain lalu menelepon seseorang.

“Mereka semakin panik Tuan…” bisik pria itu dengan suara rendah namun penuh kepuasan. “Tuan Nugroho dan Alex terlihat seperti kehilangan akal. Aku yakin mereka sudah menemukan mobil dan mayat Satria di hutan.”

Di seberang telepon suara tawa dingin terdengar. “Bagus… Biarkan mereka menderita. Ini baru permulaan. Mereka harus merasakan betapa sakitnya kehilangan sesuatu yang paling berharga.” Suara itu terdengar penuh dendam seolah ada luka lama yang belum sembuh dan kini mulai terbuka kembali.

Pengkhianat itu menyeringai dan matanya menyipit seperti menikmati setiap detik penderitaan yang dialami keluarga Nugroho. “Iya Tuan… saya akan terus memantau mereka. Anak buah kita sudah kita sebar juga di sekitar rumah mereka. Menurut anak buah kita… keluarga itu semakin panik sekarang Tuan….”

Orang di seberang telepon kembali tertawa dan kali ini lebih keras. “Biarkan mereka terpuruk. Aku ingin melihat mereka hancur perlahan-lahan. Ini bukan sekadar urusan bisnis… ini dendam pribadi. Si Dewanto telah menghancurkan bisnisku… dan mengambil apa yang seharusnya milikku…”

Setelah menutup telepon lalu pria misterius itu menghela napas panjang. Wajahnya yang tadinya penuh kepuasan berubah menjadi ekspresi dingin seperti es yang tak tergoyahkan.

Matanya yang tajam melirik ke arah wanita muda yang sedang menunggunya di sofa apartemen mewah itu. Wanita itu adalah seorang wanita panggilan kelas atas yang dipesan oleh anak buahnya untuk menemani tuannya sore ini. Dia cantik dengan rambut panjang yang terurai lembut di bahunya dan mengenakan gaun hitam yang menonjolkan lekuk tubuhnya yang memesona. Namun pria itu tidak benar-benar menikmati kehadirannya. Pikirannya masih tertuju pada rencananya yang semakin matang. Dendam yang dia pendam selama ini mulai membuahkan hasil dan dia tidak akan berhenti sampai keluarga Nugroho benar-benar hancur.

“Ada apa Tuan…? Tuan kelihatan serius sekali…,” ujar wanita itu dengan suara manis dan mencoba menarik perhatiannya. Dia menyilangkan kakinya dengan elegan sementara matanya berbinar penuh pesona seolah mencoba menembus tembok dingin yang pria itu bangun di sekeliling dirinya.

Pria itu menghela napas lagi dan matanya masih tertuju ke kejauhan seolah ada sesuatu yang jauh lebih penting dari sekadar kehadiran wanita di depannya. “Ini bukan urusanmu…. Aku cuma punya banyak hal yang harus dipikirkan,” ucapnya dengan suara datar namun terdengar berat.

Wanita itu tidak menyerah. Dia mendekat dan meletakkan tangannya di paha pria itu dengan gerakan yang lembut namun penuh arti. “Tuan selalu begitu. Selalu menutup diri. Apa sih yang bikin Tuan sampai segininya?” tanyanya dengan nada menggoda sambil matanya menatap tajam ke arah pria itu seolah mencoba membaca pikirannya.

Pria itu diam sejenak lalu menoleh ke arah wanita itu. Matanya yang tadinya dingin mulai mencair sedikit. “Kamu tidak akan mengerti,” ujarnya dengan suara yang lebih lembut namun masih terasa berat.

Wanita itu tersenyum kecil dan tangannya mulai bergerak naik ke dada pria itu. “Coba saja Tuan cerita... Siapa tahu aku bisa bikin Tuan merasa lebih baik…,” bisiknya dengan suara yang menggoda sambil matanya terus menatap pria itu dengan penuh arti.

Pria itu menatapnya sejenak lalu menghela napas lagi. “Kamu memang tidak kenal lelah ya…?” ujarnya dengan nada setengah heran namun ada sedikit gairah yang mulai muncul.

Wanita itu tertawa kecil. “Tuan sudah tahu jawabannya. Aku tidak akan menyerah sampai Tuan benar-benar bisa menikmati sore ini,” ucapnya dengan penuh keyakinan sambil tangannya terus bergerak lembut di dada pria itu.

Pria itu akhirnya menyerah dan sedikit tersenyum. “Baiklah… Mungkin kamu memang bisa membuatku lupa sejenak,” ujarnya sambil tangannya mulai merangkul pinggang wanita itu.

Wanita itu tersenyum puas dan mendekatkan wajahnya ke arah pria itu. “Aku selalu tahu cara membuat Tuan lupa…,” bisiknya dengan suara yang penuh perasaan sebelum bibir mereka akhirnya bertemu dalam sebuah ciuman yang penuh gairah.

Sore itu pun berubah menjadi sore yang penuh dengan kehangatan dan gairah di antara mereka. Pria misterius itu akhirnya luluh dan menikmati kehadiran wanita penggoda yang tidak kenal lelah itu. Namun di balik semua itu… dendam dan rencananya yang matang masih terus berputar di pikirannya. Sore ini mungkin dia bisa melupakan sejenak tapi besok dia akan kembali fokus pada tujuannya. Keluarga Nugroho harus hancur dan dia tidak akan berhenti sampai itu terjadi.

---

Setelah berjam-jam lamanya memikirkan segala risiko dan kemungkinan yang bisa terjadi akhirnya Satria memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Namun keputusan itu tidak datang dengan mudah. Dia tahu langkah ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Satu kesalahan kecil saja bisa berakibat fatal. Orang-orang yang ingin mencelakainya masih di luar sana sedang mengintai dan menunggu kesempatan untuk menghancurkan hidupnya. Dia tidak bisa gegabah. Tidak sekarang.

Ruangan pondok itu sunyi dan hanya diterangi cahaya remang-remang dari matahari sore yang masuk melalui celah-celah dinding kayu. Suasana terasa berat seolah udara di sekitarnya ikut menahan napas. Satria duduk di tepi tempat tidur dengan kedua tangannya menopang dagu sementara pikirannya terus berputar memikirkan rencana yang harus dia lakukan. Kirana yang duduk di sampingnya tampak gelisah. Dia memandang Satria dengan tatapan penuh kekhawatiran seolah ingin menembus pikiran pria itu.

"Kirana…," ujarnya pelan memecah kesunyian ruangan itu. "Hmmm… Sepertinya aku harus pulang. Tapi aku tidak bisa melakukannya sembarangan. Mereka pasti masih mengawasi keluargaku."

Kirana yang sedang duduk di samping tempat tidurnya menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran. Matanya berbinar seolah ingin memastikan bahwa Satria benar-benar serius dengan keputusannya. "Tapi Mas… ini terlalu berisiko. Bagaimana jika mereka menangkapmu sebelum kamu sampai di rumah? Atau... atau malah menyakiti keluargamu?"

Satria menarik napas dalam-dalam. Dia tahu Kirana hanya mencoba melindunginya tapi dia juga tidak punya pilihan lain. "Aku sudah memikirkannya semalaman. Aku tidak bisa terus bersembunyi di sini. Aku harus kembali dan menghadapi ini. Tapi aku tidak akan melakukannya dengan gegabah."

Setelah beberapa saat duduk dalam keheningan lalu Satria mengerutkan kening sambil mengusap matanya yang masih terasa buram. Penglihatannya belum pulih sepenuhnya dan itu membuatnya semakin frustasi. Dia tahu dia tidak bisa pergi sendirian dalam kondisi seperti ini. Dengan suara pelan namun tegas lalu dia meminta bantuan Kirana.

"Kirana…," ujarnya sambil menahan rasa pusing yang mulai menyerang. "Tolong hubungi Alex. Dia yang kemarin sempat aku telepon. Aku butuh bantuannya."

Kirana segera mengangguk dan wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. "Baik Mas…. Aku akan hubungi dia sekarang." Dia mengambil ponselnya dan mencari nomor Alex di daftar kontak yang sempat Satria hubungi kemarin. Setelah beberapa dering akhirnya Alex menjawab.

"Halo… Pak Alex… ini Kirana. Mas Satria mau bicara denganmu," ujar Kirana sebelum menyerahkan ponselnya ke Satria.

Satria mengambil ponsel itu dengan tangan yang sedikit gemetar. "Alex…. Ini Satria."

"Tuan Muda! Anda baik-baik saja? Suaramu terdengar lemah," sapa Alex di seberang sana dengan suara penuh kecemasan.

"Aku… aku baik-baik saja. Tapi aku butuh bantuanmu. Aku harus pulang tapi kondisiku belum memungkinkan untuk pergi sendirian. Bisakah kau menjemputku?" tanya Satria dengan suara yang berusaha tenang meski sebenarnya dia merasa sangat tidak nyaman.

Alex terdiam sejenak seolah memproses permintaan itu. "Tentu… Saya akan menjemputmu Tuan Muda... Tapi di mana Tuan Muda sekarang? Dan… apa ada yang harus saya waspadai? Saya tidak ingin menarik perhatian orang-orang yang mengincar anda."

Satria menghela napas. "Aku mengerti… Kirana akan mengirimkan lokasiku padamu. Tapi Alex… tolong jangan sampai ada yang curiga. Jangan bilang siapa-siapa. Aku tidak ingin ada yang tahu rencanaku."

"Tenang Tuan Muda…. Saya mengerti. Saya akan berhati-hati. Kirimkan lokasi anda Tuan Muda… dan saya akan segera ke sana," jawab Alex dengan suara yang meyakinkan.

Satria mengangguk meski Alex tidak bisa melihatnya. "Terima kasih Alex…."

Setelah menyerahkan ponsel kembali ke Kirana dan Satria memandangnya dengan tatapan serius. "Kirana… tolong kirimkan lokasi pondok ini ke Alex...."

Kirana mengangguk cepat lalu mulai mengirimkan pin lokasi pondok Kakek Sapto ke Alex melalui pesan singkat. Setelah selesai dia menatap Satria dengan mata yang penuh pertanyaan. "Mas… apa kamu yakin ini aman? Bagaimana jika ada yang menyadari keberadaan Alex?"

Satria menghela napas lagi dan kali ini lebih dalam. "Aku tahu risikonya Kirana…. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku harus pulang dan aku tidak bisa melakukannya sendirian. Alex adalah satu-satunya orang yang bisa aku percayai saat ini."

Kirana mengangguk pelan meski raut wajahnya masih menunjukkan kekhawatiran. "Aku mengerti Mas… Aku hanya… aku tidak ingin ada yang terjadi padamu."

Satria tersenyum kecil dan mencoba menenangkannya. "Aku akan baik-baik saja Kirana… Aku janji…"

Mereka duduk kembali dalam keheningan namun pikiran mereka dipenuhi oleh berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. 

1
Abu Abdullah
hahahaha kenapa di episode ini endingnya konyol.
bukankah SDH ajarkan beladiri bertahun2 kenapa kok Thor abaikan tentang kecerdasan si cewek.
Abu Abdullah
aku baca serius banget
cuma kok pingsannya sampai 3 hari ?
gimana pelajaran beladiri yg bertahun tahun apa guna
Atik R@hma
Alhamdulillah, semangat Kirana 💪🤣
Sitidesydesy Desy
lakutaannya kpn ini ka
Adi Sudiatmika: Sabar Kak... sedang proses...
total 1 replies
Atik R@hma
semoga penghianatbya bkn alex🤔🤔
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin ya
total 1 replies
Atik R@hma
pertemuan pertama, 😚😚
Atik R@hma
ok ka,,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!