⛔:TYPO BERTEBARAN
Velisa adalah gadis berusia 22 tahun.Setelah lulus kuliah Velisa di jodohkan oleh ayahnya dengan anak dari sahabatnya. Dengan ikhlas Veli menerima permintaan Ayahnya. Namun selama pernikahannya Veli tidak pernah di anggap oleh suaminya sendiri.
Dewanga Raharja adalah seorang CEO dengan kepribadian yang dingin, cuek dan ketus, suami dari Velisa.
*******
"Veli....!!".Suara teriakan dari Dewa yang baru pulang dari Kantornya mengema di Ruang tamu.
"Kenapa mas?" jawab Veli dengan setengah berteriak dari Dapur berjalan terburu buru menghampiri suaminya."Mas sudah pulang.Mau makan, aku siapin sekarang ya" ucap Veli dengan suara lembutnya dan senyum manis yang menghiasi wajahnya.
"Nggak perlu!" jawab Dewa dengan ketus."Nanti malam Mama sama Papa mau kesini," lanjutnya seraya berlalu menuju kamarnya dilantai atas.
"Sebegitu sulitkah kamu menerimaku dihidupmu, sudah 7 Bulan lebih kita menikah. Tapi sikapmu selalu dingin dan acuh dengan keberadaanku." Lirih ve
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfiatus.s, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Setelah kegiatan makan malam selesai, kini ketiga orang tersebut telah berkumpul. Mereka duduk di ruang keluarga.
Tampak Dewa duduk di sofa single, dengan tatapan tajamnya, hendak mengintrogasi kedua wanita yang juga duduk di sofa dengan berdampingan.
Dewi terlihat santai walaupun sedikit takut, sedangkan Veli tampak bingung dan tidak mengerti.
Suasana diruangan itu tampak sunyi, tidak ada satupun yang mengeluarkan suara. Kala melihat tatapan tajam Dewa, yang seakan hendak memakanya hidup-hidup.
"Em, sepertinya aku ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Aku permisi dulu." Veli hendak bangkit dari duduknya, daripada dia berada di posisi kebingungan, lebih baik dia melarikan diri saja. Lagian kenapa juga dirinya harus di introgasi, sedangkan dirinya tidak merasa berbuat salah.
"Tidak usah beralasan, duduk!" tegas Dewa, mengerti jika istrinya sedang berbohong.
"Tapi, Mas..."
"Aku bilang duduk!" titahnya tidak mau di bantah, dengan sangat terpaksa Veli kembali duduk di tempatnya.
Sedangkan Dewi hanya menatap dengan diam, drama di depanya. Terlihat hubungan mereka sedikit ada kemajuan, sepertinya Kakanya itu sudah mulai menerima Veli sebagai istri, begital pikirnya.
Kemudian Dewa menatap tajam kearah adiknya itu, yang sejak tadi diam dan terlihat santai.
"Dewi, kali ini kau benar-benar keterlaluan!" ucapnya tegas, dia sudah di beri tahu oleh Mamanya, semua kelakuan Dewi semenjak dia berkuliah. Mama Arumi sengaja menitipkan Dewi kepada Dewa, dengan harapan. Dewi bisa berubah menjadi lebih baik.
Dewi saringkalai bolos kuliah hanya untuk main tidak jelas dengan teman-temanya, keluar masuk club malam, bahkan dia sering tidak pulang, saat Mama dan Papanya keluar Kota mengurus pekerjaan. Mengetahui itu membuat Mama Arumi marah, sehingga menghukum Dewi dengan mengungsikanya kerumah Dewa. Karena Mama Arumi tau, Dewi takut dengan Kakanya itu. Dan salah satu alasanya Dewi di pindah ke Jakarta, untuk memisahkan Dewi dengan teman-teman nakalnya yang ada di Bandung.
Awalnya Dewi tidak seperti itu, walaupun dia sedikit nakal. Tapi semenjak kuliah dan bergaul dengan berbagai jenis manusia membuat Dewi makin menjadi-jadi, setiap hari memakai pakaian yang terbuka.
"Maksut kak Dewa?" tanya Dewi tak mengerti.
"Apa kau pikir, aku tidak tau. Alasan Mama dan Papa memindah, kan mu kesini?" Dewa tersenyum sinis menatap adiknya itu.
Deg
"Matilah aku...pasti Mama udah carita!" gumam Dewi dalam hati, dia sudah berniat membohongi Kakanya, tentang mengapa ia tiba-tiba, di ungsikan. Tapi gagal sudah karena Kakanya mungkin sudah tau.
Veli yang sudah sangat penasaran dengan maksut pembicaraan tersebut, pun. Akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
"Sebenarnya maksut kamu apa?" tanya Veli kepada suaminya.
"Kamu tau sebenarnya alasan mengapa orangtua ku memindahkan Dewi kesini, karena. Mereka sudah tidak sanggup lagi menghadapi kelakuanya, dia sering bolos kuliah, keluar masuk Club, bahkan sering tidak pulang!" jelas Dewa panjang lebar." Dan jangan harap nanti kau disini bisa sebebas itu, aku pasti akan mengawasimu tanpa celah!" sambungnya.
Mendengar itu, Veli sama sekali tidak kaget. Karena saat dia berkuliah dulu, banyak sekali teman-temanya yang seperti itu, bahkan ada juga yang sampai melakukan hubungan terlarang. Tapi syukurlah dia masih bisa menjaga diri, dan tidak terpengaruh.
Glekkk
Sudah di pastikan kini Dewi sudah ketar ketir, hidup bebas itu adalah kesenanganya. Dia bukan tipe orang yang bisa di atur orang lain.
"Kakak tidak berhak mengaturku, hidupku adalah tanggung jawabku. Jadi aku sendiri yang berhak menentukan apa harus aku lakukan, bukan Kakak!" protesnya.
"Aku tidak peduli, selagi kau tidak mau berubah menjadi lebih baik. Maka jangan harap hidupmu akan mudah di sini!"
Dewi sungguh tidak terima dirinya di atur-atur, dia masih muda, dan ingin menikmati masa mudanya dengan bersenang-senang.
"Kakak, urusi saja rumah tangga Kaka ini. Jangan mengaturku, jika Kaka sendiri tidak bisa menjalankan rumah tangga Kaka sebagaimana mestinya. Kak Dewa saja tidak bisa memperlakulan istri Kakak dengan baik, lalu dengan seenaknya, Kak Dewa mau mengatur hudupku. Konyol sekali!"
jlebbb
Ucapan Dewi sangat mengenai hati Dewa.
"Dewi jaga bicaramu!" Bentak Dewa menatap tajam adinknya dengan tangan terkepal kuat, mendengar ucapan Adiknya, membuat Dewa merasa bersalah kepada istrinya, dadanya terasa sesak mengingat perlakuanya selama ini kepada Veli.
"Kak Dewa kenapa marah? Aku ini bicara fakta, Kakak ingat. Jika bukan karena aku dulu mengadu kepada Mama, mungkin sampai sekarang Kak Dewa masih menyuruh Kak Veli untuk tidur di kamar lain!" Dewi berkata dengan tersenyum sinis, menatap Kakanya yang terdiam membeku.
Ya, nyatanya dulu. Dewa dengan tega membentak dan mengusir Veli dari kamarnya dengan kasar, saat baru saja menikah. Dan tanpa sengaja Dewi melihat kejadian itu, walaupun pada saat itu Dewi kurang suka terhadap Veli, tapi dia juga kasihan. Oleh sebab itu Dewi mengadukan kelakuan Dewa kepada Mama Arumi.
Mengetahui itu murkalah Mama Arumi kepada Dewa, dan semenjak hari itu Dewa dan Veli tidur satu kamar walaupun dengan terpaksa.
Deg
Kejadian itu masih teringat jelas di benaknya, malam pertama yang seharusnya menjadi malam yang indah, justru menjadi malam yang menyakitkan bagi Veli.
"Bahkan rasa sakitnya, masih ku rasa sampai sekarang," gumam Veli dalam hati, dengan wajah sendu.
Melihat wajah istrinya berubah sendu, membuat Dewa semakin merasa bersalah. Kemudian dia menatap adiknya dengan tatapan marah.
"Diam! Kau terlalu banyak bicara, ingat jangan harap setelah ini hidupmu akan bebas. Kau tidak berhak membantah, atau kau terima sendiri konsekuensinya, menurut atau menjadi gelandanga!"
"Tapi kak…" ingin protes tapi Dewa lebih dulu bangkit.
Dewa sudah engan meneruskan pertengkaranya dengan sang adik, dia lebih memilih pergi dari sana. Dengan menarik Veli untuk ikut denganya, menuju kamar. Sekarang dia ingin bicara dari hati kehati dengan istrinya, yang mungkin sudah di cintainya itu, tapi ingat Dewa masih gengsi untuk mengakuinya, Dewa tidak mau membuang-buang waktu lagi, dia takut terlambat dan Velisa meninggalkanya.
**TBC.
Jangan lupa beri like comment and vote, biar semanggat update 🤗**