Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 29.
Sementara itu di rumah Juragan Sukron. Persiapan untuk bulan madu pengantin baru sudah selesai sembilan puluh persen. Tiket pesawat sudah okey, hotel sudah okey, mobil dan sopir untuk mengantar mereka ke bandara juga sudah diberi tahu besok pagi pagi sehabis subuh harus siap untuk mengantar. Dua koper besar yang berisi pakaian Juragan Sukron dan Mona juga sudah siap.
Juragan Sukron tersenyum melihat dua koper itu..
“Ah madu dan obat kuat kelupaan.” Ucap Juragan Sukron lalu dia melangkah keluar dari kamar untuk menyuruh pelayan menyiapkan madu dan obat kuat.
“Bulan madu harus banyak minum madu agar stamina tetap kuat he... he...” gumam Juragan Sukron sambil tertawa kecil, dia sudah benar benar tidak sabar untuk menjamah dan menjelajah tubuh montok bahenol istri muda nya.
Sedangkan Mona sudah berada di dalam mobil untuk meninjau tempat makam sebelum dia pergi berbulan madu
“Mon, kalau kamu kunci bagaimana orang orang kalau mau berziarah ke makam keluarga mereka. Kamu tinggalkan saja kunci nya pada orang yang kamu percayai Mon.. Ina atau Ama kamu misalnya..” ucap sopir yang mengantar Mona ke tempat makam.
“Heleh.. Aku tidak lama pergi ke Bali .. doa arwah dari rumah kan juga bisa tanpa harus ke makam.” Ucap Mona ketus sambil memegang cermin di bedak nya untuk merapikan lipstik warna merah menyala di bibirnya.
“Orang ke makam tidak hanya untuk berdoa Mon tapi juga untuk membersihkan makam dari rumput rumput.” Ucap sopir Juragan Sukron sambil terus melajukan mobilnya. Dia juga memiliki keluarga yang dimakamkan di tempat makam itu.
“Haissss sudah dibilang aku tidak lama pergi nya, cerewet banget sih kamu! Aku suruh Ama Juragan memecat kamu nanti. Jangan mentang mentang kamu dulu teman sekolah aku ya terus kamu bisa mengatur atur aku. Kalau masalah rumput besuk kalau aku pulang aku suruh orang menyemprot herbisida dalam sekejap rumput sudah mati kering kerontang. Gitu aja repot!” bentak Mona. Dan sopir itu akhirnya hanya diam saja..
Mobil terus melaju dan tidak lama kemudian sudah berada di dalam tempat makam yang sudah berpagar tembok tinggi mengelilingi seluruh tempat itu. Pintu pagar besi baja pun sudah terpasang dan tergembok.
Mona cepat cepat turun dari mobil..
“Harus kucek siapa tahu tembok dibobol lagi..” ucap Mona sambil cepat cepat melangkah..
“Tapi bagaimana kalau mereka membobol pagar saat aku pergi ya?” Gumam Mona tampak berpikir pikir..
“Berarti benar aku harus menyuruh orang untuk menjaga makam ini. Tapi tentu saja bukan Ina atau Ama, kasihan mereka kalau disuruh jaga makam aku akan suruh salah satu pelayan saja.” Ucap Mona sambil terus melangkah menuju ke pintu pagar yang sudah tergembok itu.
Mona mengambil anak kunci dari dalam tas tangan nya. Dia cepat cepat membuka gembok pintu pagar itu..
“Kakak Wanandi tunggu aku ya.. Aku lakukan ini semua demi cinta ku pada kamu.. “ ucap Mona sambil terus melangkah menuju ke makam Wanandi.
Sesaat Mona menoleh ke kiri dan kanan untuk melihat tembok pagar.
“Sudah tertutup semua..” gumam Mona dan terus melangkah menuju ke makam Wanandi.
Saat sampai di tempat makam Wanandi, Mona tersenyum sambil menepuk nepuk batu nisan makam Wanandi..
“Aku tidak lama pergi ke Bali habis dari Bali setelah semua makam makam di sini dipindah.. aku akan bangun padepokan di tempat ini.. dan aku akan mengambil jasad Kakak Wanandi setelah padepokan selesai di bangun.. Aku bisa berdua dengan Kakak Wanandi .“ gumam Mona sambil tersenyum dan masih menepuk nepuk batu nisan itu. Setelah Mona puas menepuk nepuk batu nisan itu. Dia pergi meninggalkan tempat makam itu tidak lupa menggembok lagi pintu pagar besi baja.
Sementara itu di lain tempat.. di sebuah pantai nan indah.. Lingga Sari berdiri di samping sosok Bapa pelindung pendamping sakti nya..
“Lingga Sari kamu lihat di depan itu ada pulau kecil.” Suara berwibawa laki laki di samping Lingga Sari.
“Iya Bapa, pulau apa itu?” Tanya Lingga Sari sambil menatap pulau kecil di depannya tampak pulau itu sangat indah dengan pohon pohon yang tampak hijau, di tengah samudra yang biru
“Itu pulau tidak berpenghuni manusia, tetapi pulau itu ada secara nyata , sangat indah dan subur. Orang orang tidak berani ke pulau itu karena pulau itu menjadi kerajaan makluk gaib. Datanglah ke pulau itu, dan kuasai lah pulau itu.” Ucap laki laki itu dengan nada serius.
“Tapi Bapa...” ucap Lingga Sari yang kurang yakin dengan kemampuan nya..
“Percayalah kamu bisa.” Ucap laki laki itu.
“Bagaimana cara saya pergi ke pulau itu Bapa?” tanya Lingga Sari selanjutnya..
“Ha... ha... ha... ha... itu tidak sulit Lingga Sari. Dengan kekuatan kamu, kamu bisa sekejap sampai di pulau itu.” Ucap laki laki itu sambil tertawa..
“Apa di pulau itu seperti kerajaan Sang Ratu.” Gumam Lingga Sari di dalam hati.
“Ya... mirip mirip seperti itu..” ucap laki laki yang masih berdiri di samping Lingga Sari.
Lingga Sari tampak ragu ragu teringat akan kesaktian Sang Ratu...
“Pegang lagi jubahku kalau kamu masih ragu.. percaya lah Lingga Sari aku terus menjaga dan mendampingi kamu. Di tempat itu nanti suami kamu akan aman dari kejaran Mona dan gurunya ” Ucap laki laki itu lagi.
Mendengar demi suaminya Lingga Sari pun bertekad untuk mendatangi pulau kecil itu Lingga Sari pun cepat cepat memegang jubah putih yang dipakai laki laki itu.
“Pejamkan lagi kedua mata kamu.” Suara laki laki itu lagi. Lingga Sari pun cepat cepat memejamkan kedua matanya. Jantungnya berdebar debar lebih kencang, ada rasa takut juga untuk mendatangi pulau yang menjadi kerajaan makluk gaib..
CLING
Dalam sekejap sosok Lingga Sari dan laki laki berjubah putih sudah pindah tempat, kini mereka berdua sudah berada di suatu pulau kecil..
Kulit mulus Lingga Sari merasakan hembusan angin sepoi sepoi.. telinga Lingga Sari mendengar suara kepak kepak sayap burung burung di atas dan suara cuit cuit burung burung... dan juga ada suara deburan ombak..
“Buka mata kamu Lingga Sari. “ suara berwibawa laki laki yang jubah nya masih dipegang oleh Lingga Sari.
Pelan pelan Lingga Sari membuka kedua matanya..
“Bagus sekali Bapa.” Gumam Lingga Sari sambil menoleh noleh di sekitarnya banyak pohon pohon nan lebat dan kini dia berdiri di atas pantai tebing, bukan pantai pasir nan landai..
“Hmmmm...” gumam laki laki berjubah putih itu..
Sesaat mata Lingga Sari melihat sesuai yang tidak asing baginya..
“Bapa itu pohon yang sama seperti tempat kita bersemedi..” ucap Lingga Sari sambil menatap satu pohon besar.
Akan tetapi Lingga Sari tiba tiba kaget saat melihat sesuatu yang sangat banyak jumlah nya keluar dari dahan dahan pohon itu sambil bersuara....