Keyra Onellia, seorang putri angkat keluarga Arlott yang kini sudah tak dianggap akibat keluarganya kembali menemukan sang anak kandung. Dari umur 13 tahun, Keyra mulai tersisihkan. Kembalinya Dasya, membuat dirinya tak mendapatkan kasih sayang lagi. Di hancurkan, di kucilkan, di buang dan di rendahkan sudah ia rasakan. Bahkan diakhir hidupnya yang belum mendapatkan kebahagiaan, ia harus dibunuh dengan kejam.
Keyra mengira jika hidupnya telah berakhir. Namun siapa sangka, bukannya ke alam baka, jiwanya malah bertransmigrasi ke tubuh bibinya—adik dari daddy angkatnya.
•••
"Savierra, kau hanya alat yang akan dikorbankan untuk kekasihku. Ku harap kau jaga sikap dan sadar diri akan posisimu!"
Mampukah Savierra yang berjiwa Keyra itu menghadapi tiran kejam, yang sial nya adalah suaminya itu? Takdir benar benar suka bercanda! Apakah Savierra harus mengalami kemarian tragis untuk kedua kalinya? Tidak! Savierra akan berusaha mengubah takdir hidupnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetstory_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Keyra termenung, ia hanya bisa menerima takdir nya saja saat ini. Walau isi kepala sangat terasa berisik akibat memikirkan banyak pertanyaan di kepala, ia harus tetap berusaha tenang.
Perempuan itu menatap pantulan dirinya di cermin. Ia sangat tak menyangka, Vierra—gadis baik itu ternyata mempunyai suami yang kejam dan tak berperasaan.
"Tuhan, bukannya aku tak bersyukur kepadamu karena memberikanku kehidupan kembali, namun bukannya ini sama saja?" monolognya seraya menahan rasa gugup yang menjalar.
Dia baru saja mendapatkan memori Vierra yang ternyata selama pernikahannya, Vierra sama sekali tidak bahagia! Dan kini.. entah lah, Keyra harus bahagia atau bersedih. Pasalnya, hidupnya sama sama terancam.
"Aku senang bisa merasakan kehidupan kembali, namun ini seperti perumpamaan 'keluar dari sarang singa, masuk ke kandang harimau' bukan?"
Keyra tersenyum tipis, "Baiklah, tidak apa apa. Tuhan memang masih bersimpati padaku. Namun apa yang harus aku lakukan? Dan dimana Vierra sekarang?" lanjutnya bertanya tanya.
Tunggu! Keyra mengingat sesuatu! Dalam ingatan Vierra, sebelum tidur ia meminum sebuah obat!
"Ya obat!" seru Keyra yang segera berjalan kearah nakas dan membukanya. "Ini.." kata nya terbata saat ia menemukan obat tidur.
Mata Keyra berkaca kaca. "Gila! Vierra, apa yang sebenarnya kamu lakukan? Apa kamu sengaja meminum obat tidur dosis tinggi agar kamu mati?" seru nya terkejut.
Obat itu jatuh ke lantai bersamaan tubuh Savierra yang oleng. Keyra memejamkan matanya, mencoba menetralkan rasa sesak yang teramat di dada.
"Vierra.. hikss.. apa kamu rela hidup mu berakhir begitu saja? Kenapa.. kenapa kamu harus meninggalkanku tanpa memberiku kabar.. Aku, Keyra selalu merindukanmu sahabatku. Apa kamu tau, selama ini hidupku penuh penderitaan? Oh ayolah, aku jadi merasa bersalah karena jiwa ku berpindah ke tubuhmu, Vier..." isak Keyra merasa sedih. Ia sedih karena kehidupan rumah tangga sahabatnya itu tidak bahagia. Dan bahkan ia sangat terkejut saat mengetahui bahwa keluarga Vierra seakan lepas tangan dan tak peduli lagi dengannya.
"Aku tidak menyangka, hidupku akan berurusan dengan orang orang yang kejam! Kenapa tuhan tidak memberiku kebahagiaan walau sejenak?"
Keyra berdiri, ia mengusap air matanya yang turun. Menatap tegas kearah cermin seakan menatap tajam pada diri sendiri. "Vierra, karena kamu mempercayakan hidup dan takdirmu kepadaku, maka aku tidak akan mengecewakanmu! Mari hadapi dunia ini bersama, cari kebahagiaan yang sudah lama tidak kita dapatkan! Mari kita saling melindungi dan menghindari maut. Aku yakin, bahagia akan menanti kita walau itu terasa semu dan lama," ucap nya penuh ambisi. "Sekarang aku bukan lagi Keyra. Aku adalah Savierra Arlott! Mari kita bertahan di dunia yang kejam ini."
Ya, Savierra atau Keyra akan mencoba melawan takdirnya! Ia percaya, takdirnya pasti tak seburuk itu. Hanya saja, hari sial tidak ada di kalender! Dari ingatannya, sepertinya Savierra juga terpaksa menikah dengan lelaki kejam itu.
•••
"Bagaimana kondisi perempuan itu?" tanya seorang lelaki dengan wajah dingin pada ajudannya.
"Lapor tuan, Seharian ini nyonya hanya berdiam diri di dalam kamar," balas sang ajudan.
"Dia tidak teriak ataupun marah marah?" tanya lelaki itu sekali lagi. Ia merasa sedikit aneh, pasalnya perempuan itu setiap hari selalu berisik. Jika tidak memaki, maka akan menyumpah serapahi dirinya. "Apa dia juga tak keluar sebentar pun?"
Sang ajudan menunduk, "Jawab tuan, dari informasi yang saya dapat dari pelayan di sana, nyonya memang tidak pernah keluar kamar seharian ini. Makanan pun selalu diantar kesana. Tapi anehnya, nyonya tak mau orang lain melihat kondisi dirinya, bahkan pelayan pun tidak di perbolehkan memasuki kamarnya," terang sang ajudan rinci.
"Baguslah kalau dia bisa diam. Sungguh rasanya diriku ingin menembak mati kepalanya jikalau tidak memikirkan nasib Caroline," sinis lelaki itu dengan jari telunjuk yang mengetuk ngetuk meja.
Ia menatap tajam ke depan, dan menyunggingkan senyum misterius. "Awasi terus! Jangan sampai dia melakukan hal nekat ataupun membahayakan nyawanya! Jangan sampai kita lengah!" titahnya yang langsung diangguki oleh ajudan.
"Oh iya tuan, dokter Alvaro sudah mengkonfirmasikan bahwa operasi bisa di lakukan sekitar 2 bulan kemudian."
Lelaki itu mengernyit, "Kenapa harus selama itu!? Apa tubuh Caroline bisa bertahan lebih lama lagi!?" bentak lelaki itu.
Sang ajudan mencoba menetralkan rasa gugup yang menyerang. Lagi lagi ia menjadi sasaran amarah bos nya itu. 'Kak Zion, tolong cepat kembali! Hanya kamu lah yang bisa menetralkan sifat meledak tuan Hander' batinnya menangis.
"Mohon tenangkan diri anda tuan. Kondisi nona Caroline saat ini sedang tidak baik baik saja. Kemarin baru saja mendapatkan donor untuk jantung dan hati, menyebabkan nona Caroline ada di masa kritis. Dan membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk kembali memulai operasi selanjutnya," terang ajudan.
Menarik nafas kasar, lelaki itu meraih sebuah pigura kecil yang berisi foto dirinya dengan Caroline—kekasihnya. Ia tak menyangka kejadian malam itu membuat ia kehilangan senyum manis Caroline.
"Sam, tetap atur gizi untuk perempuan itu! Pastikan ia sehat sampai nanti waktu operasi tiba!" titah lelaki itu membuat sang ajudan mengangguk.
"Baik tuan. Tapi perempuan yang mana?"
"BODOH! TENTU SAJA SAVIERRA! Apa aku harus menyebut namanya dulu biar kau mengerti?" bentak lelaki itu murka. Ia menatap dingin Sam, yang kini tengah gemetaran.
"Ba-Baik tuan! Akan saya laksanakan!" seru nya cepat lalu segera berlari keluar dari ruangan bosnya.
Sebelum mencapai pintu, Sam membalikkan tubuh nya. "Sekitar jam 2 siang nanti, yang mulia Zyonel datang berkunjung, tuan. Anda akan menemui beliau dimana?" tanya nya lugas.
Lelaki itu menyenderkan tubuhnya di kursi, "Suruh dia menunggu di Line Garden saja! Nanti aku akan menyambutnya."
"Baik."
Samuel segera keluar, "huft, gila! Dadaku rasanya seperti tertimpa beberapa ton batu bara! Sungguh terasa sesak nafas jika masih dalam satu ruangan dengannya" maki nya lirih. Sam segera mengusap dada dan menjauh dari ruangan bos nya itu.
"Dan sepertinya hanya tuan yang berani membuat yang mulia menunggu."
•••
Di belakang mansion megah terdapat sebuah rumah yang tak terlalu besar. Seorang perempuan cantik terlihat tengah mencoretkan kuas pada sebuah kanvas putih polos. Ia mencoba menghilangkan rasa yang sudah seharian ini membuatnya seperti hampir gila.
Ia butuh ketenangan. Dengan secangkir teh melati impor dan sepiring roti lapis yang menjadi kesukaannya. Ia tersenyum kecut melihat goresan itu. Angin lembut bersemilir membuat hatinya sedikit tenang.
"Hai, Vierra. Kamu apa kabar? Dimana kamu? Aku sangat merindukanmu. Maaf, karena aku tidak bisa berdiri di sampingmu saat kamu terpuruk, karena saat itu aku juga sama terpuruknya seperti dirimu. Kita sama sama terluka ya?"
"Aku sangat terkejut saat mengetahui identitas asli suamimu. Namun aku juga sangat sakit, saat membayangkanmu terluka karena dia akan membunuhmu untuk menyelamatkan nyawa kekasihnya."
"Hatiku sakit, aku juga merasakan sakit Vierra.. Perempuan mana yang tidak mau dicintai oleh suami nya?"
"Perempuan itu makhluk yang paling lembut hatinya, walau awalnya tidak cinta, jikalau lelaki itu memberikan kelembutan dan kasih sayang, perlahan perempuan akan takluk dan jatuh dalam pesona sang lelaki.. Namun kamu.. Aihh.., memang tiran kejam. Julukannya memang sangat pantas untuk lelaki bajingan itu, benar bukan Vier?"
Perempuan itu menggerutu di sela sela goresan yang ia buat, seakan melampiaskan kekesalannya pada sebuah kanvas. Tentu saja tak berani langsung dihadapan lelaki itu! Bisa ditembak mati dia..
Savierra Arlott, yang ditubuhnya bersemayam jiwa Keyra Onellia. Perempuan itu menggerakkan kuas dengan lugas, berusaha mengeluarkan beban pikirannya. Angin semilir menerbangkan rambutnya yang tergerai indah.
"Jadi, Vierra sering mengamuk karena kondisi mentalnya tidak baik baik saja? Lalu, apa yang akan ku lakukan jika aku bertemu dengannya? Cepat atau lambat lelaki itu pasti menemuiku, atau sebaliknya."
Disisi lain, seorang lelaki dengan paras tampan, seragamnya rapi dan elegan. Aura nya tampak menonjol bak pangeran negri dongeng itu berjalan bersama asisten dan ajudannya.
Rambut berwarna merah dengan seragam rapi beraksen emas, tubuhnya jangkung, memiliki garis wajah tegas, hidung mancung, bibir tebal, dan alis yang menukik tajam, membuat ketampanan nya berkali kali lipat. Jangan lupakan mata berwarna ruby yang menambahkan kesan tegas dan misterius.
Lelaki tampan itu menyusuri halaman belakang mansion milik sang sahabat. Sebelum ke tempat pertemuan, ia menyusuri area halaman belakang untuk berjalan jalan.
"Disini nyaman. Ryden sangat pintar merapikan halaman belakangnya," kagumnya sembari menikmati hembusan angin sejuk yang menerpa wajahnya.
"Tapi tuan, saya dengar dari gosip para ajudan, tuan Hander menawan seseorang gadis di rumah kecil sana. Tapi saya tidak tahu pasti benar atau tidak," jelas ajudan.
"Mari kita lihat!"
Asisten dan ajudan saling berpandangan. 'Sejak kapan yang mulia tertarik dengan hal seperti itu?' pikir keduanya.
Mau tak mau, keduanya hanya mengikuti tuan mereka berjalan.
Brukk!
"Hey perhatikan langkahmu!" seru asisten menatap tajam pada sang ajudan. Pasalnya ajudan tersebut hampir saja menubruk tubuh tuan mereka dikarenakan beliau tiba tiba saja berhenti melangkah. Untung saja asisten tersebut cepat menggapai tubuh ajudan.
"Maafkan saya yang mulia!"
Lelaki yang dipanggil 'yang mulia' itu tidak menanggapi sama sekali. Netranya terlihat fokus pada satu titik keindahan yang baru kali ini lelaki itu lihat.
"Tuan, kenapa anda berhe-"
"Siapa perempuan itu?" sela lelaki itu cepat. Ia menatap kagum pada seorang perempuan yang memakai dress cantik berwarna putih polos itu. Rambutnya tergerai indah diterpa angin. Tangannya sangat luwes saat menggores kanvas. Lelaki itu menatap tanpa berkedip pada sosok yang tengah bersantai di balkon kamar itu.
"I-itu.. sepertinya rumor di kediaman Hander benar yang mulia. Tuan Hander menawan seorang gadis yang merupakan istrinya," jelas sang asisten sembari menatap arah pandang tuannya.
'Cantik sekali. Dia persis seperti peri musim semi yang membuat manusia terpana..' batin lelaki itu, namun tersentak saat netranya bertatapan dengan perempuan itu.
Deg.. Deg.. Deg..
Tubuhnya membeku, ia masih betah menatap perempuan cantik itu. Perlahan tangannya memegang dada, mulai merasakan euphoria aneh yang menjalar ke hatinya.
'Ada apa dengan jantungku? Kenapa berdetak begitu kencang?' monolognya dalam hati, lalu tersenyum tipis kepada perempuan itu, yang dibalas dengan senyuman juga.
"Tuan, ini hampir waktunya. Ayo kita segera menuju Line Garden."
Ucapan sang asisten membuat lelaki itu sadar. Ia mengangguk, "Baiklah, ayo pergi!".
Ketiganya berjalan menjauhi tempat tersebut, dengan sesekali lelaki itu melirik ke balkon rumah tersebut.
•••