Follow ig 👉 @sifa.syafii
Fb 👉 Sifa Syafii
Seorang gadis berusia 18 tahun bernama Intan, dipaksa Bapaknya menikah dengan Ricko, laki-laki berusia 28 tahun, anak sahabatnya.
Awalnya Intan menolak karena ia masih sekolah dan belum tahu siapa calon suaminya, tapi ia tidak bisa menolak keinginan Bapaknya yang tidak bisa dibantah.
Begitu juga dengan Ricko. Awalnya ia menolak pernikahan itu karena ia sudah memiliki kekasih, dan ia juga tidak tahu siapa calon istrinya. Namun, ia tidak bisa menolak permintaan Papanya yang sudah sakit sangat parah.
Hinggga akhirnya Ricko dan Intan pun menikah. Penasaran dengan kisah mereka? Yuk langsung simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
"Iya. Aku tahu, Mas ...," balas Intan paham dengan perasaan Ricko. Intan sudah menganggap Pak Bambang seperti bapaknya sendiri. Pak Bambang orang baik dan sering membantu keluarganya. Intan tidak akan melupakan kebaikan Pak Bambang.
"Oh iya, pembantuku tidak kembali lagi karena ibunya sakit. Jadi, dia ingin merawatnya di kampung. Kamu nggak apa-apa kan tiap hari masak untuk kita? Masalah bersih-bersih nanti aku panggil pembantunya mama saja biar ke sini dua hari sekali," ujar Ricko lalu memasukkan somay suapan terakhir ke dalam mulutnya.
"Oke. Terserah Mas Ricko aja. Oh iya, Mas ... mm ... Intan boleh pacaran nggak?" tanya Intan dengan hati-hati.
"Nggak boleh!" balas Ricko singkat.
"Mas Ricko curang! Mas Ricko ‘kan punya pacar? Kenapa aku nggak boleh?" tanya Intan sedikit menaikkan nada suaranya dengan bibir cemberut.
"Aku suamimu sekarang! Pak Ramli menitipkan kamu ke aku. Jadi, sekarang kamu tanggung jawabku. Kalau ada apa-apa sama kamu, Pak Ramli pasti akan menyalahkan aku, Ntan!" balas Ricko tidak kalah tinggi nada bicaranya.
Intan merasa dibentak. Hatinya sakit. Tiba-tiba matanya berkaca-kaca. Ia berusaha keras agar air matanya tidak jatuh.
Setelah menghabiskan makanannya, Intan mencuci piring lalu masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya. Ia mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Di dalam kamar mandi ia mengguyur tubuhnya sambil menangis.
"Sudah umur 18 tahun, masih saja nggak boleh pacaran. Bapak sama Mas Ricko sama aja!" gumam Intan kecewa karena tidak dapat izin pacaran dari Ricko.
Selesai mandi, Intan melilitkan handuk di tubuhnya dan keluar dari dalam kamar mandi. Ia menyisir rambutnya lalu menguncirnya ke atas. Karena terlalu lama menangis, rasa kantuk pun mulai datang. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan akhirnya tertidur.
Ricko tidak tahu dan tidak mengerti kalau Intan menangis karena bentakannya. Setelah makan tadi, ia kembali ke kamarnya di lantai atas lalu mandi.
Setelah mandi Ricko menyalakan laptop di kamarnya lalu melihat file-file pekerjaanya. Karena terlalu fokus, ia tidak menyadari kalau sekarang sudah pukul tujuh malam. Lantaran tadi sore hanya makan somay, sekarang Ricko mulai merasa lapar lagi. Ia segera keluar kamarnya dan turun berharap Intan sudah memasak seperti biasanya. Namun, ia tidak menemukan Intan di dapur. Di meja makan pun tidak ada makanan sama sekali. Kini ia menghampiri kamar Intan.
"Ntan ... Intan ..., kamu nggak masak?" panggil Ricko sambil mengetuk pintu kamar Intan. Namun, tidak ada sahutan dari Intan.
Ricko pun membuka pintu kamar Intan yang ternyata tidak dikunci. Ia masuk dan melihat Intan tidur di atas ranjang hanya menggunakan handuk yang melilit di tubuhnya dan hampir melorot.
"Ini pingsan apa tidur sih?" gumam Ricko. Ia pun menghampiri Intan dan mengguncang tubuhnya.
"Ntan ... Intan ...," panggil Ricko dengan lembut.
"Mm ...," gumam Intan seraya menggeliat lalu membuka matanya.
"Kenapa kamu nggak pakai baju?" tanya Ricko heran. Intan pun melihat tubuhnya dan melihat ia hanya memakai handuk yang hampir melorot.
"AAAAA KELUAR!" teriak Intan lalu berdiri dan mendorong tubuh Ricko keluar dari kamarnya.
"Ntan, aku lapar! Kamu nggak masak?" tanya Ricko saat didorong Intan.
"Sebentar! Aku ganti baju dulu!" balas Intan sambil mendorong tubuh Ricko.
"Aku tunggu di meja makan ya?" ucap Ricko.
"Iya!" balas Intan.