Sebuah pernikahan dari kedua konglomerat terpengaruh di negara Willow. Keluarga Edvane yang menjadi keluarga terkaya kedua di negara itu, mempunyai seorang putri pertama yang bernama Rachel Edvane. Dia gadis sederhana, suka menyembunyikan identitasnya agar bisa berbaur dengan masyarakat kalangan bawah, Cantik, Mandiri, dan seorang atlet beladiri professional namun karena masa lalu yang buruk, dia tidak pernah mempercayai pria lain lagi samapi dia dipaksa oleh ayah nya (Rommy Edvane) untuk menikah dengan Putra pertama keluarga Asher yang dimana keluarga paling kaya dan paling terpengaruh di negara Willow. Namanya Ayres Asher, di depan keluarganya Ayres seorang anak yang sangat berbakti, baik hati serta sangat tampan. Namun nyatanya, diluar itu dia adalah pria nakal, playboy dan suka foya-foya dan gila perempuan, Rachel yang mengetahui sifat Ayres tidak tinggal diam. Rachel memutuskan untuk tetap menikah namun diam-diam memberi syarat-syarat tertentu pada pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16. POV Ayres. Sebelum pertunangan aku bersenang-senang. TMPP.
“Mama sayang, Ayres ingin sekali bertemu dengan teman Ayres, dia baru datang dari kota Briton. Plis, mama sangat cantik, baik hati, tidak sombong, dan suka menabung. Plis ma hanya 2 jam saja.” ku berucap dengan memegang kedua tangan mama dan memasang wajah melas.
“Hmm, ya sudah. Boleh. Ingat hanya 2 jam, ok?”
“Iya ma..”
Ku mencium pipi mama lalu pergi menggunakan mobilku.
“Asik, siang ku bersenang-senang dulu dengan Zoe, malam ku akan menemui wanita itu. Heheh, dia pasti akan tergila-gila padaku. Haha..” gumam ku sendiri.
Sampai di sana, ku keluar dengan semangat. Namun tepat di depan pintu masuk bar, lagi-lagi ku bertemu dengan Mark. Kita saling memandang, ku lihat raut wajahnya sangat datar dan sangat tak berekspresi. Dia berjalan pergi menghindari ku. Sungguh sebenarnya ku tak nyaman dengan tatapan nya. Seharusnya tatapan semua orang padaku bukan seperti itu. Seharusnya semua orang tersenyum padaku.
“Tuan… tuan, kenapa tuan lama sekali huhu. Zoe sudah menunggu tuan dari pagi.” Ku dengar suara Zoe yang terlihat tepat di balik pintu bar.
Ku menoleh dan tersenyum padanya. “Benarkah? Maaf kan aku. Hari ini sungguh melelahkan. Kamu mau kan memaafkan aku, manis?” ucap ku menyentuh dagu nya dan memancarkan pesona ku.
“Ah tuan. Zoe mana bisa marah dengan tuan. Tuan ini.. Ayo tuan masuk, teman tuan juga ada di sini.”
“Ha? Mereka ada di sini? Kenapa bisa?”
“Tuan, kata tuan Sandy. Hari ini mereka sekaligus tuan tidak bisa kemari. Apa benar? Apa benar juga kalau tuan akan bertunangan hari ini? emmm,”
Ku merangkulnya dan menjelaskan sedikit padanya. Dia sangat imut melakukan itu.
“Eh, bagaimana ya. begini saja akan ku beritahu padamu manis. Dengarkan, walaupun ku sudah terikat dengan wanita manapun, aku berjanji akan tetap sering kemari. Manis, jangan bersedih. Lebih baik hari ini kita bersenang-senang bagaimana? Hem?”
“iIih tuan, anda ini sangat tidak adil. Zoe sangat tidak bisa menolak tuan tampan.”
“Hmm, tentu saja. memang benar tak ada seorang pun yang bisa menolak pesona ku.”
Kami berdua pergi ke sebuah ruangan yang pastinya terdapat kedua teman itu. Kami bersenang-senang hingga tak terasa sudah 2 jam ku berada di luar. Sesuai janji ku, aku pun pergi dari situ.
Sesampainya di rumah, semua pelayan mengerubungi ku.
“Selamat datang tuan muda,” ucap mereka padaku.
“Ya, awas. Ku ingin mandi.” Ucap ku.
“Maaf tuan muda, ini perintah tuan besar agar tuan muda lebih dulu melakukan semua rangkaian perawatan.” Ucap Samantha padaku.
“Sekarang? Ku mandi dulu.”
“Tuan, nanti aka nada mandi juga tuan.”
“Benarkah? Oke, ayo.”
Aku pun melakukan sejumlah perawatan hingga kisaran 7 jam kemudian. Ku memang merasakan sangat relax dan segar setelah melakukan semua itu. Ku pakai handuk piyama ku lalu keluar sembari menunggu setelan ku yang sedang di rapikan dan di sempurnakan.
Ku duduk di sofa kerja ku dengan menikmati secangkir teh chamomile yang menenangkan.
“Hmm, sangat segar.” Gumam ku.
“Tuan, tuan…” Ryan seperti biasa berlari dan membuka pintu kamar ku dengan tiba-tiba.
“Apa? Ada apa?” tanya ku.
“Tidak apa-apa tuan, saya hanya ingin tau anda di dalam atau tidak.”
“Hhmm, lain kali masuknya janga seperti itu. Buat orang panik saja.”
“Baik tuan. Saya meminta maaf.”
“Ya,”
“Tuan, Nona Rachel hari ini tidak ada pergerakan.”
“Tentu saja, hari ini kan hari pertunangannya. Bagaimana kamu ini. Lebih baik kamu minum lebih dulu Ryan. Kamu sangat tidak fokus hari ini.”
“Maaf tuan, saya lupa. Baik tuan, saya ambil minum dulu di bawah.”
Ku menggelengkan kepalaku melihat tingkahnya. Beberapa menit kemudian, Desainer dan para pelayan masuk kedalam kamar ku untuk membantu ku memakai setelan luar biasa itu.
“Awwww tampan sekaliiii hihihi.”
“Tentu saja.” Ku merapikan krah kemeja dengan menatap diriku di cermin.
Sesudah semuanya siap, kisaran jam 7 malam, Kami keluara Asher pun berangkat menuju kediaman keluarga Edvane.
Sesampainya di depan kediaman keluarga Edvane.
Para penjaga berjejer rapi sepanjang jalan sebelum sampai depan pintu besar itu. Ku lihat sudah ada banyak mobil mewah yang terparkir rapi di samping taman. Kami turun tepat di depan pintu besar itu. tampak di depannya sudah ada kedua orang tua wanita itu dan adik nya. Kami pun saling bersalaman dan berjalan menuju ke sebuah ruangan besar di dalam.
Ketika pintu besar ruangan terbuka, semua mata tertuju pada kami. dengan berjalan gagah aku juga menyapa para tamu undangan nya.
“Tuan muda, anda sangat tampan.” Seorang wanita paruh baya memujiku.
“terima kasih banyak.”
Lalu di tengah ruangan, calon mertua ku dan juga mama mengatakan hal yang berurutan yang dimana aku melamar secara resmi wanita itu. lalu balasan dari calon mertua ku adalah menerima nya.
Acara dilanjutkan dengan berdansa.
“Ka, jangan gugup hehe.” Bisik adikku.
“Tidak, kenapa harus gugup? Hemmm..”
“Hmm, kakak ini sangat percaya diri sekali.”
Ku hanya melirik saja lalu beralih menuju ke semua tamu dan mengobrol dengan mereka. Tampak juga kedua teman ku yang datang.
“Hmm jadi juga kau.” Bisik Sandy.
“Shttt, diam saja dan saksikan kecantikan wanita yang sebelumnya kalian remehkan, hehe”
“Haha, apa kau sudah tau bagaimana wajahnya?”
“Hmm,” ku menjawabnya dengan anggukan.
Beberapa menit kemudian, lampu di padamkan. Lalu lampu sorot di nyalakan ke atas tangga itu. beberapa detik kemudian, tampak calon mertua ku menggandeng seorang wanita yang sangat cantik.
“Dia secantik bidadari.” Gumam ku.
“Wah, cantik sekali.” ku mendengar sahabatku juga mengatakan hal yang sama.
Satu persatu anak tangga dia lewati dengan anggun. Sampai di bawah, dia memberi salam pada semua keluarga ku. Ku masih tak percaya akan yang di lihat oleh mataku.
“Tuan, tuan muda. Anda di suruh mendekat tuan. tuan,” ku merasa lengan ku di tepuk pelan oleh Ryan.
Ku menoleh sadar padanya, “Ha?” ku mendengar nya tapi ku seperti tak mendengarnya. Seolah-olah apa yang ku dengar itu keluar semua dari telinga ku.
“Tuan muda, mari kita mendekat ke sana.” Ucap ulang Ryan lagi.
“Oh ya ya.”
Aku ubah ekspresi ku dengan sedikit serius lalu ku berjalan dengan gagah mendekat padanya.
“Dia pasti terpesona padaku.” ucap ku dalam hati.
Perlahan ku mendekat dan semakin mendekat. Kini wajahnya yang sangat cantik semakin dekat menjadi lebih lebih cantik. Namun ku harus tampak serius.
Aku pun menyentuh tangannya dan memberi salam padanya.
“Tangan nya sangat lembut untuk seseorang yang hobi berkelahi.” Ucapku dalam hati.
Dia tersenyum tipis, namun setelah itu dia menatap ku dengan datar.
“Ada apa? Ada apa dengan ekspresi nya itu? Kenapa dia merubah ekspresi nya dengan cepat padaku? Sangat sangat menarik"
Bersambung ..